Selasa, 03 Mei 2011

My All is in You : Chapter 2


Chapter 2

Tujuh hari menyusahkan itu telah berlalu. Itu berarti kegiatan masa orientasi telah selesai dilaksanakan, mereka –para mahasiswa baru –sudah dinyatakan resmi sebagai bagian dari fakultas hukum Seoul National University.

Kini, mahasiswa angkatan baru tidak akan direpotkan lagi dengan serangkaian kegiatan yang bisa dibilang adalah ‘neraka dunia’. Sekarang sudah tidak terdengar lagi bentakan dari para senior yang selalu melayangkan tatapan sinis kepada mereka dan tidak ada lagi hukuman yang harus mereka terima jika melakukan kesalahan. Bebas. Ya, mereka bebas. Sekarang yang ada hanyalah senyuman  dan gelak tawa menyenangkan yang terdengar di sepanjang kooridor ataupun taman.

Begitupun dengan gadis berambut ikal yang kini sedang duduk di sebuah bangku taman yang tidak jauh dari gedung. Binaran matanya menyiratkan kelelahan yang sangat berat akibat perlakuan para senior terhadapnya, terutama…orang itu. Laki-laki yang telah membuat hidupnya menjadi suram selama seminggu.

Masa orientasi. Ah, bayangan kejadian-kejadian seminggu yang lalu kembali datang menghantui pikirannya, seperti video yang sedang diputar berulang kali. Dari banyak kejadian di masa orientasi yang sampai saat ini terus berputar-putar di otaknya, hanya satu yang masih terganjal didalam. Hanya satu kalimat. Kalimat yang diucapkan dengan mudah oleh sang Ketua. Cho Kyuhyun.

“Aku, Cho Kyuhyun, akan membuat harimu semakin menyenangkan dan tak akan pernah kau lupakan semudah itu… Choi Shin-Fa.”

Choi Shin-Fa menghela napas panjang. Satu kalimat saja bisa membangkitkan semua ingatannya akan perlakuan yang ia terima dari laki-laki itu. Ya, ia teringat kembali dengan beberapa hal yang terjadi diantara mereka berdua –Choi Shin-Fa dan Cho Kyuhyun –saat masa orientasi berlangsung.

_Flashback on_

“Sunbae! Lepaskan aku!”

Cho Kyuhyun melepaskan genggaman tangannya dan berhenti memegang dagu kecil Shin-Fa. Perlahan, Shin-Fa mulai berjalan mundur ke belakang sehingga dirinya dan Kyuhyun  terpisah jarak beberapa meter. Kyuhyun tertawa sinis memandang gadis itu.

“Kenapa kau berjalan mundur seperti itu? kau takut padaku?” tanya Kyuhyun. Shin-Fa tidak menjawab. Shin-Fa enggan sekali untuk menjawab pertanyaan konyol tersebut. Siapa yang tidak akan takut jika kau memandang orang dengan tatapanmu yang seperti iblis itu, pikirnya. Bukannya menjawab, Shin-Fa malah memainkan bagian bawah kemejanya.

“Hah, tidak sopan sekali kau, tidak menjawab pertanyaan seniormu. Tadi saat aku bicara kau tidak menatap mataku, sekarang kau tidak menjawab pertanyaanku, ternyata aku memang harus membuat hari-harimu semakin menyenangkan ya, Choi Shin-Fa,” gumamnya.

Pelan-pelan, Kyuhyun mulai mendekati Shin-Fa, sementara Shin-Fa malah semakin mundur kebelakang sampai-sampai punggungnya menabrak sebuah pohon. Ya, Shin-Fa tidak bisa menghindar lagi, ia mulai merasa tersudut dengan posisinya sekarang. Kyuhyun sudah berada di depannya dengan tangan yangmenyentuh pohon. Jarak diantara mereka hanya tinggal beberapa senti saja. Lama-lama wajah Kyuhyun semakin mendekat, Shin-Fa langsung memejamkan matanya karena tatapan Kyuhyun baginya sangat mematikan. Sekarang bibir Kyuhyun sudah berada tepat disamping telinga Shin-Fadan kemudian laki-laki itu berbisik pelan.

“Kau, sebagai junior, harus mematuhi semua yang kusuruh, aku tidak mau dengar ada satu kata bantahan, jika kau masih berani membantah, tunggu saja hadiah apa yang akan kau dapat dariku, kau harus tahu tidak ada satupun orang yang berani melawanku,” bisiknya.

Kyuhyun pun perlahan menjauhkan diri dari Shin-Fa. Tatapan tajam dan senyuman jahatnya masih terlihat di raut wajahnya.

“A…aku boleh pergi?” tanya Shin-Fa dengan nada ketakutan.

“Kau mau kembali ke teman-temanmu?” tanyanya. Shin-Fa mengangguk.

Tiba-tiba tangan Shin-Fa  ditarik dan digenggam kuat-kuat oleh Kyuhyun. Karena langkah Kyuhyun yang sangat cepat dan besar, Shin-Fa hampir saja terjatuh karena tidak bisa mengimbangi irama langkah kaki laki-laki itu.

Kyuhyun membawanya ke tempat kegiatan selanjutnya, tepatnya di sekitar danau yang tidak jauh dari gedung. Heechul, Leeteuk, dan Shindong yang melihat mereka datang dari kejauhan, hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.

“Hei Kyu! Apa yang kau lakukan pada gadis itu? Lihat wajahnya, pucat pasi, seperti habis melihat hantu,” ujar Heechul.

“Dia memang habis melihat hantu, tepatnya iblis jahat yang sekarang sedang memegang tangannya, haha…” celetuk Leeteuk. Kyuhyun hanya tertawa.

“Mianhae, Sunbae…”

“Ne?” tanya Kyuhyun.

“Bisa kau lepas tanganmu?”

Kyuhyun melepas tangannya yang sedaritadi terus menggenggam tangan Shin-Fa. Setelah terlepas dari cengkraman tangan Kyuhyun, Shin-Fa segera masuk ke dalam barisan para mahasiswa baru. Selama dirinya menjalankan kegiatan dan selama Kyuhyun masih berada disana mengawasi para mahasiswa, Shin-Fa tidak akan mau melihat kearahnya.

Sementara itu, kedua mata Kyuhyun masih tetap menatap Shin-Fa, matanya tidak bisa beralih kearah lain. Hanya Shin-Fa.

“Kuperhatikan sejak beberapa menit yang lalu, matamu terus terarah pada gadis itu, jangan-jangan kau suka padanya?” tanya Shindong. Kyuhyun memandang Shindong dengan tatapan heran.

“Suka?”

“Iya suka. Daritadi kau hanya memperhatikan gadis yang bernama Choi Shin-Fa itu,”

“Aku baru saja bertemu dengannya setengah jam yang lalu, dan sekarang kau berkesimpulan bahwa aku menyukainya?”

“Bisa saja, tidak ada yang tidak mungkin, bukan?”

“Aku tidak tahu…tapi kupikir…ada satu hal yang membuatnya menarik dari dalam dirinya sehingga gadis itu tidak terlihat seperti gadis lain…dan aku menjadi tidak bosan untuk menjahili gadis itu, ” gumam Kyuhyun.

“Menarik ya?”

“Mungkin…ya, kita lihat saja nanti, perasaan seseorang bisa berubah kapan saja bukan?”

“Ya, kau benar, Kyu…” jawab Shindong. Tiba-tiba Kyuhyun mengambil sebuah  alat pengeras suara dan langsung berteriak menggunakan alat pengeras suara tersebut.

“HEI!! YANG DISANA, SAYA TAHU KAU SEDANG MENGGERUTU! SIMPAN SAJA GERUTUANMU ITU DALAM HATI DAN TERUSKAN APA YANG KAMI PERINTAHKAN!!”

*

Jam dua belas siang, saatnya mereka kembali kedalam aula untuk istirahat dan makan siang. Raut wajah para mahasiswa baru terlihat sangat kelelahan. Ini baru hari pertama, ya hari pertama, tapi hari pertama saja sudah menguras banyak tenaga seperti ini, bagaimana dengan hari kedepannya?

“Choi Shin-Fa!!”

Shin-Fa menoleh kearah sumber suara. Senyumannya merekah begitu melihat laki-laki itu kembali. Ternyata dia selamat.

“Apa yang mereka lakukan padamu?” tanya Shin-Fa.

“Yang pasti hukuman yang sangat menguras tenaga,” jawab Eunhyuk.

“Contohnya?”

“Ah, aku tidak mau mengingatnya! Sudahlah, lupakan saja, lebih baik kita ambil kotak makanan kita dan makan yang banyak!” seru Eunhyuk antusias.

“Hei, Choi Shin-Fa!!!”

Sebuah suara tiba-tiba terdengar menggelegar dari depan pintu ruang aula, tempat dimana seluruh mahasiswa angkatan baru berkumpul untuk istirahat. Shin-Fa tersentak begitu mendengar suara tersebut, ya Shin-Fa tahu siapa yang memanggilnya. Cho Kyuhyun. Mau apa lagi dia?

“Shin-Fa, dia memanggilmu…” bisik Eunhyuk.

“Pura-pura tidak mendengar saja,” jawab Shin-Fa. Mereka –terutama Shin-Fa –terus berjalan menuju tempat duduknya dan kemudian mengambil kotak makanan dari dalam tas.

“CHOI SHIN-FA!!!” teriaknya sekali lagi dengan suara yang lebih keras.

Semua orang yang berada di dalam aula melayangkan pandangan pada gadis yang kini tertunduk lesu menatap dan memegang kotak makannya kuat-kuat sambil menggigit bibir.

“HEI CHOI SHIN-FA!! APA KAU TIDAK MENDENGAR SUARAKU YANG TERUS MEMANGGIL NAMAMU!!??” suara yang memekakkan telinga itu kembali terdengar dan membuat ruang aula menjadi sunyi. Para senior yang melihat kejadian tersebut hanya tersenyum saja. Ya, mereka memang sudah tahu watak Kyuhyun yang sebenarnya. Kyuhyun akan marah dan murka jika seseorang tidak mau merespon panggilannya.

“Shin-Fa? Gwenchana?” tanya Eunhyuk.

“A…aku…aku…takut…” gumam Shin-Fa lirih.

“Kau tenang saja, lebih baik kau hampiri saja Kyuhyun-sunbae,”

“Aku takut sekali dengannya…”

“Kau akan baik-baik saja, setidaknya kau tidak akan mendapatkan  hal seperti ini, karena kau perempuan, dia tidak akan melakukan kekerasan padamu,” kata Eunhyuk sambil menunjukkan sebuah luka kecil di wajahnya. Shin-Fa terkejut begitu melihat bekas luka Eunhyuk.

“Kau dipukul?”

“Ini hanya luka kecil, tidak seberapa, cepat kau temui Kyuhyun-sunbae,” suruh Eunhyuk sambil tersenyum. Shin-Fa tersenyum simpul. Ia menaruh kotak makanannya di atas tas dan pergi menemui sang ‘Ketua’. Shin-Fa terus-terusan menghela napas. Kenapa dirinya harus berurusan dengan laki-laki itu?

Kyuhyun telah menunggunya dengan posisi membelakangi tempat duduk para mahasiswa baru sambil menumpukan tangannya di meja. Kyuhyun pun tidak sadar jika Shin-Fa sudah berdiri di belakangnya.

“CHOI SHIN –ah ternyata kau sudah datang,” Kyuhyun mulai berjalan mendekati Shin-Fa sambil terus menatapnya. Shin-Fa? Tentu saja masih tidak berani menatap mata laki-laki itu. Kyuhyun tersenyum miring begitu melihat ekspresi wajah takut Shin-Fa yang menurutnya sangat lucu dan menggemaskan. Dan kemudian Kyuhyun berhenti tepat di hadapan Shin-Fa. Lagi-lagi dengan mudahnya, tangan kanan Kyuhyun kembali memegang dagu Shin-Fa sehingga gadis itu tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.

“Harusnya kau memberitahuku bahwa kau sudah berdiri manis di belakangku, bukan diam seperti patung. Jadi aku tidak lagi berteriak untuk menghabiskan suaraku ini,” gumam Kyuhyun.

“Mi…mianhae, Sunbae…Sunbae ada perlu apa denganku?” tanya Shin-Fa pelan. Kyuhyun menarik tangannya yang memegang dagu Shin-Fa dan kemudian menggenggam tangan gadis tersebut.

“Ikut aku!” suruhnya.

“Hei! Kau mau kemana, Kyu??” tanya Sungmin.

“Rahasia!!” seru Kyuhyun.

Sekali lagi, Kyuhyun membawa Shin-Fa dengan mudahnya. Kali ini Kyuhyun membawanya ke kantin. Semua mata tertuju pada mereka berdua. Kenapa ada mahasiswa baru yang pergi kantin? Bukankah mereka harus tetap diaula? Begitu Kyuhyun menatap mereka dengan tajam, mereka tidak bisa berkutik dan langsung mengalihkan pandangannya kearah lain.

“Duduk!” suruh Kyuhyun. Shin-Fa segera duduk di depan Kyuhyun.

“Temani aku makan siang disini, aku sangat bosan berada di aula!”

“A…aku…harus ke aula,”

“Kau mau membantahku, Choi Shin-Fa? Apa kau lupa bahwa danau tidak jauh dari gedung?”

“Mi…miahae, sunbae…”

Para mahasiswa yang memenuhi kantin kembali memandang kedua orang itu dengan heran. Mereka semua berpikir sedang apa seorang mahasiswa baru yang seharusnya sedang mengikuti serangkaian kegiatan masa orientasi kini justru sedang duduk manis dengan sang ketua panitia, Cho Kyuhyun.

“Kau tidak makan?”

“Ko…kotak makanku ada di aula…”

“Aigoo~ buat apa kau memikirkan kotak makanmu yang ada di aula? Pesanlah makanan yang ada di kantin ini! Aku yang bayar!” Shin-Fa masih tetap diam.

“Hei, kenapa kau diam?? Kau tidak mendengar kata-kataku??”

“A…anio…tidak perlu…aku, tidak lapar…”

“Kau harus menemaniku makan siang, dan kau juga harus makan! Aku tidak ingin mendengar laporan bahwa ada mahasiswa yang pingsan karena belum makan!” suruhnya.

Shin-Fa kembali menghela napas. Ya, dia tidak bisa membantah seniornya itu. Ia terus menunduk sambil memainkan ujung-ujung rok hitam –seragam wajib masa orientasi –yang ia pakai. Ya, Tuhan…kenapa hari ini aku tidak bisa menghindar sekalipun darinya…kenapa aku harus bersamanya…kenapa harus aku, pikirnya.

*

Keesokan harinya, tidak ada yang berbeda. Tetap suram, pikirnya. Shin-Fa –juga teman-temannya –masih harus mengikuti serangkaian kegiatan masa orientasi hari ini sampai beberapa hari ke depan. Hari ini Shin-Fa harus berangkat sendiri dengan menggunakan bus, ayahnya tidak bisa mengantar karena harus berangkat pagi-pagi sekali ke kantornya yang berada di daerah Incheon. Shin-Fa terus berjalan menuju halte pemberhentian bus sambil menatap jalan aspal yang terlihat sangat kusam. Setelah itu ia menatap keatas langit. Langit hari ini cerah, sepertinya ramalan cuaca tadi benar, tidak akan turun hujan. Shin-Fa berharap bahwa hari ini hatinya akan secerah langit karena tidak akan mendapat perlakuan aneh lagi dari para seniornya, terutama Cho Kyuhyun.

“TIN! TIN!” Bunyi suara klakson mobil terdengar dari belakang membuat Shin-Fa sedikit tersentak.

“Hei, Choi Shin-Fa!!”

Lagi-lagi suara itu, pikirnya. Siapa lagi kalau bukan Cho Kyuhyun. Shin-Fa berpura-pura tidak mendengarnya dan terus berjalan.

“Kau ini memang tidak mendengar panggilanku atau pura-pura tidak mendengar, hah??” tanya Kyuhyun dari dalam mobil yang sekarang sudah berada tepat di samping Shin-Fa. Kyuhyun segera menghentikan mobil dan keluar dari mobilnya. Kemudian ia berlari dan menghadang Shin-Fa di depan, sehingga Shin-Fa tidak bisa maju kedepan.

“Ada apa, Sunbae?” tanyanya.

“Naiklah ke mobilku, kita berangkat sama-sama,”

“Anio…terima kasih tawarannya, tapi aku bisa sendiri, aku tidak ingin merepotkan Sunbae!”

“Naik, atau kau akan menerima kejutan lain dariku!” lagi-lagi sebuah ancaman. Shin-Fa tidak bisa mengelak lagi jika sudah menyangkut ancaman. Bagaimanapun juga selama seminggu ini dia harus menuruti segala perintah senior terutama Cho Kyuhyun yang mempunyai andil besar dalam masa orientasi karena jabatan yang ia pegang.

Shin-Fa masih tetap diam tak bergeming. Kyuhyun langsung melengos dan langsung menarik tangan Shin-Fa membawanya masuk ke dalam mobil dengan paksa.

“Kau ini memang susah sekali diatur!” gerutunya.

Selama diperjalanan, Shin-Fa tetap diam, ia hanya menatap kearah jendela samping sambil memain-mainkan ujung roknya.

“Kenapa kau diam saja? apa kau ketakutan?”

“Ha? Aku…aku…”

“Aish…lama sekali kau menjawab pertanyaanku itu!”

Begitu sampai di tempat parkir gedung fakultas hukum, Shin-Fa bergegas keluar terlebih dahulu dari mobil Kyuhyun. Karena postur tubuh Kyuhyun yang tinggi dan kaki yang panjang, hanya dengan berjalan santai saja dia masih bisa mengimbangi langkah kaki Shin-Fa yang cepat karena ingin menghindar. Ketika mereka telah sejajar dalam berjalan, dengan mudahnya Kyuhyun menyusupkan jari-jarinya kedalam jemari Shin-Fa yang tergantung bebas. Shin-Fa terkejut begitu mendapati tangannya digenggam oleh Kyuhyun. Disaat ia ingin melepasnya, Kyuhyun langsung meremas jarinya dan kemudian berbisik di telinganya.

“Diam atau kau akan kutenggelamkan di danau, sepertinya kau ingin sekali mencoba berenang di danau itu, ya…”

Ya, Tuhan…kenapa harus aku…gumamnya.

*

“Kyu,”

Kyuhyun tidak mendengar panggilan temannya. Ia masih tenggelam di dalam lamunannya dan terus memandang kearah jendela. Tepatnya, kearah Choi Shin-Fa yang berada di luar dengan…ya, tentu saja laki-laki hiperaktif itu, Lee Hyukjae.

“CHO KYUHYUN!!!”

“Ha? Apa?” Sontak, lamunan Kyuhyun buyar ketika suara keras itu memanggil namanya.

“Kau melamun, ya? kau tahu suaraku sudah hampir habis karena memanggil namamu!” keluh Sungmin.

“Mianhae, Sungmin. Aku tidak mendengarnya,” ujar Kyuhyun sambil memandang kearah luar. Lagi. Karena penasaran, Sungmin berjalan menuju kearah jendela dan mencari hal apa yang terus Kyuhyun perhatikan sampai-sampai tidak mendengar panggilannya. Dan, sekarang ia tahu apa yang sedaritadi Kyuhyun lihat.

“Choi Shin-Fa…”

“Ha?”

“Kau melamun sambil memandang gadis itu bukan?” tanya Sungmin sambil menunjuk kearah gadis itu berada.

“Ng…”

“Ah, untuk menjawab pertanyaanku itu tidak butuh waktu untuk berpikir bukan? hanya tinggal menjawab ‘ne’ atau ‘anio’ saja!”

“Ng…Ne…aku sedang melihatnya…”

“Kau menyukai gadis itu bukan?”

“Menurutmu?”

“Kenapa kau harus berbalik tanya padaku? Kau yang merasakannya, bukan aku, dasar bodoh!” seru Sungmin sambil memukul kepala Kyuhyun.

“Hei, sakit!” ringis Kyuhyun sambil memegang kepalanya.

“Menurutku tidak ada yang menonjol dari gadis itu, kenapa kau bisa terus memperhatikannya seperti itu?”

“Justru karena itu aku jadi bisa melihat bahwa dia adalah gadis yang berbeda dengan gadis lain, mungkin bisa dibilang…istimewa,”

“Hm…istimewa…”

“Sungmin, mungkin kau benar…”

“Apa?”

“Sepertinya aku menyukainya…tapi…”

“Tapi apa? kau tak berani menyatakan perasaanmu?”

“Bukan, laki-laki itu…”

“Oh, maksudmu Lee Hyukjae?”

“Ne, kenapa dia selalu ada disamping Choi Shin-Fa? Aku…tidak suka…” Sungmin tersenyum.

“Sepertinya perjuanganmu akan menjadi berat karena ada laki-laki itu, berjuanglah, Evil Kyu!” seru Sungmin.

Kyuhyun kembali memperhatikan gadis itu yang masih berada di luar. Gadis itu terlihat sangat senang sekali disaat bersama Eunhyuk. Tatapan matanya jelas sekali berbeda, matanya menyiratkan rasa persahabatan terhadap Eunhyuk. Sedangkan dia? Choi Shin-Fa pasti melayangkan tatapan ketakutan disaat Kyuhyun memandangnya. Kenapa bisa begitu berbeda? Ah, Kyuhyun mulai tidak suka ini. Ya, bisa dikatakan…dia cemburu.

*

“Sepertinya kau terus diganggu oleh Kyuhyun-sunbae, ya?”

“Ah, aku tidak mau membicarakan tentang laki-laki itu saat ini,” gumam Shin-Fa.

“Ah, baiklah…sepertinya nama itu sangat menyeramkan untukmu…”

“Kau tahu, Eunhyuk-ssi jika aku tidak menuruti perintahnya, aku akan dicerburkan kedalam danau, dia gila!”

“Pantas saja, setiap jam istirahat dia pasti akan menarikmu dan membawamu ke suatu tempat, jam pulang pun kau pasti akan selalu ditarik olehnya dengan mudah,”

“Dan setiap kegiatan selalu saja aku yang menjadi sasarannya, ya Tuhan kapan aku akan terbebas darinya??” keluh Shin-Fa sambil memandang langit.

“Tenang saja, kau akan terbebas darinya setelah masa orientasi!”

“Ne, aku harap juga begitu…dia terlalu memanfaatkan jabatannya,” gumam Shin-Fa.

“Hei, Shin-Fa! Kau tahu? Karena kau selalu menghilang setiap kali makan siang, aku menjadi kesepian sekali…tapi untung saja ada Lee Donghae! Jadi, meskipun kau hilang dibawa oleh Kyuhyun-sunbae entah kemana, aku tidak akan kesepian lagi, haha…” celetuk Eunhyuk.

“Kau jahat sekali, Eunhyuk-ssi!! Kau ini berharap supaya aku terus menghilang dibawa oleh laki-laki gila itu?”

“Tenanglah, Shin-Fa! Tidak perlu marah seperti itu, kau menyeramkan sekali! Oya, nanti akan kukenalkan pada Donghae-ya!”

“CHOI SHIN-FA!!”

Sontak, mereka berdua terkejut, karena suara laki-laki itu kembali terdengar. Shin-Fa melengos sambil memandang Eunhyuk dengan tatapan tolong-bawa-aku-pergi-dari-sini-sekarang-juga.

“Kenapa kau menatapku seperti itu? aku tidak suka…kau dipanggil, aku tidak bisa berbuat apa-apa jika masih dalam masa orientasi,” keluh Eunhyuk.

Dengan malas, Shin-Fa bangkit dari tempat duduknya dan pergi menghadap Kyuhyun yang sudah menunggunya depan gedung dengan senyum jahatnya. Mudah-mudahan minggu depan aku akan terlepas darinya, batin Shin-Fa.

_Flashback off_

“Hei, kau melamuniku, ya??” tepukan halus di bahu Shin-Fa  yang diikuti oleh suara renyah –dari sosok laki-laki yang sudah dikenalnya sekitar tujuh hari yang lalu –sontak membuat semua lamunanya buyar.

Shin-Fa mengalihkan pandangannya pada laki-laki yang sekarang sudah duduk di sampingnya. Shin-Fa melempar senyum simpul padanya sekilas sebelum akhirnya mengernyitkan dahinya begitu melihat bekas-bekas luka yang muncul di wajah laki-laki itu.

“Astaga, apa yang terjadi denganmu?? Kau seperti habis dipukuli!” Shin-Fa segera menggeser posisi duduknya supaya bisa lebih dekat dengan Eunhyuk. Shin-Fa langsung mengeluarkan saputangannya dari dalam tas dan segera mengusap luka-luka bekas pukulan di pelipis dan sudut bibir pria tersebut. Dengan cekatan, Shin-Fa juga membahasi saputangannya dengan air mineral yang ia beli pagi tadi, lalu kembali mengusapkan saputangannya pada luka-luka Eunhyuk.

“Pasti sakit sekali bukan?”

“Ah, tidak. Aku ini pria yang kuat…AUW!! Aigoo~ pelan-pelan! Tenagamu kuat sekali, Shin-Fa! Apakah kau ikut klub Taekwondo disini??” keluh Eunhyuk.

“Kalau kau kesakitan, jangan pernah berkata jika kau kuat! Dan aku tidak pernah dan tidak akan mengikuti klub Taekwondo! Kau itu aneh sekali, Eunhyuk-ah!”

Shin-Fa masih terus mengusap luka-luka Eunhyuk dengan cekatan. Sesekali Eunhyuk menatap mata gadis yang berada di hadapannya itu. Ya, sepertinya gadis itu sangat khawatir akan keadaannya sekarang.

“Kenapa kau dipukuli, Eunhyuk-ah? Apakah kau telah membuat kesalahan sehingga kau dipukuli seperti ini? Siapa yang memukulmu? Dan kenapa kau tidak melawan?” tanya Shin-Fa dengan pertanyaan yang bertubi-tubi, Eunhyuk pun bingun harus memulai dari mana untuk menjawab serangkaian pertanyaan gadis itu. Tiba-tiba senyum di bibir tipisnya mengembang.

“Kau mengkhawatirkanku, ya?”

“Tentu saja! kau itu temanku! Sudah seharusnya aku merasa khawatir karena melihat temanku babakbelur seperti ini!”

“Haha, gomawo, Shin-Fa, tapi…mianhae, ini urusan pribadiku, aku tidak mengatakannya padamu…”

“Wae?”

“Ya, Tuhan!! Hyukkie!! Kenapa kau babak belur seperti itu? kau habis terkena amukan massa??”

Suara itu mengejutkan Eunhyuk dan Shin-Fa yang sontak menengok kearah depan mereka. Sesosok laki-laki sudah berdiri di depan mereka berdua dengan tatapan heran dan terkejut melihat luka-luka yang membekas di wajah Eunhyuk.

“Hei, Lee Donghae! Kaupikir aku habis mencuri dompet para ahjumma sehingga aku dihajar oleh masyarakat??”

“Mungkin saja, haha…kenapa kau babak belur seperti itu?” tanya Donghae.

“Ah, kau tidak perlu tahu itu urusan pribadiku!” seru Eunhyuk.

Kemudian Donghae mendekati Shin-Fa dan berbisik di telinganya.

“Dia kenapa?” bisiknya. Shin-Fa menggelengkan kepalanya.

“Dia tidak mau memberitahu…”

“Ooh,”

“Ah, sudah jam satu! Ayo kita kekelas, nanti kita terlambat!!” seru Shin-Fa.

*

“Semuanya sudah mengerti dengan materi yang saya berikan? Baiklah, saya akhiri kelas hari ini, sampai bertemu di pertemuan selanjutnya.”

 Pengajar mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum itu pun kini mulai melangkah meninggalkan ruangan setelah mengakhiri kelasnya siang ini. Tak terkecuali mahasiswa-mahasiswa lain yang kini juga mulai mengikuti dari belakang dosen, berhamburan ke luar kelas, menyisakan tak kurang dari sepuluh orang masih terlihat sibuk membereskan peralatan tulisnya.

Eunhyuk yang sudah selesai membereskan alat tulisnya langsung menghampiri gadis yang masih sibuk membereskan peralatan tulisnya di bangku depan.

“Kau langsung pulang, Shin-Fa?”

“Ah, kau. Iya, tentu saja. Tidak ada sesuatu yang harus aku lakukan setelah ini. Kau sendiri?”

“Aku juga. Bagaimana jika kau pulang bersamaku? Aku membawa mobil,”

“Kau pulang? Bukankah hari ini kau mengikuti tes masuk klub basket bersama Donghae-ya?”

“Tenang saja, tesnya akan dimulai pukul lima sore. Dan ini masih jam tiga, masih ada waktu dua jam lagi bukan? masih sempat untuk mengantarmu pulang, Shin-Fa!”

“Apa kau tidak akan kelelahan? Kau tahu sendiri jarak rumahku dengan kampus ini lumayan jauh! Aku takut nanti kau kelelahan dan akhirnya kau tak bisa melalui tes dengan baaa…hmphhmph!!” karena bagi Eunhyuk Shin-Fa sangat cerewet, Eunhyuk langsung menutup mulut Shin-Fa sehingga tidak bisa bicara panjang lebar lagi.

“Ah, kau ini seperti ibuku saja! Sudahlah, diam saja! lagipula aku tidak akan bisa membiarkanmu pulang sendirian dengan bus yang selalu penuh dengan penumpang!”

“Eunhyuk-ah! Tolong jangan menutup mulutku tiba-tiba!” seru Shin-Fa.

“Habisnya kau cerewet sekali, ayo!” Eunhyuk langsung menarik tangan Shin-Fa dan menggenggamnya dengan lembut.

Selama perjalanan menuju tempat parkir, Eunhyuk masih tetap menggenggam tangan gadis itu tanpa dilepas sama sekali. Wajah Shin-Fa langsung memerah begitu melihat tangannya masih tetap berada di dalam genggaman tangan Eunhyuk.

“Aaa…Eunhyuk-ah?”

“Mwo? Kau mau melawanku lagi?” tanya Eunhyuk.

“Anioo…tapi… tanganmu,” gumam Shin-Fa. Tiba-tiba Eunhyuk berhenti sejenak dan berbalik badan memandang Shin-Fa.

“Tanganku? Wae?”

“Tanganmu…” ujarnya sambil menunjuk tangannya yang di genggam oleh Shin-Fa. Eunhyuk langsung segera melepas tangannya dengan cepat.

“Ah! Mianhae!!” serunya kikuk dengan wajah yang merah. Wajah Shin-Fa juga tak kalah merah dengan wajah Eunhyuk.


Ketika sampai di tempat parkir mobil, sebuah mobil yang sangat Shin-Fa kenal –dan juga pemiliknya –yang selalu menjemput ataupun mengantarnya pulang selama masa orientasi terparkir manis tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Sang pemilik mobil yang tadi sedang bersandar di mobilnya tersenyum miring begitu melihat Shin-Fa dan juga Eunhyuk baru saja keluar dari gedung.

“Shin-Fa? Wae?”

“Dia…”

Eunhyuk memandang laki-laki  yang sepertinya sedang menunggu kedatangan Shin-Fa. Eunhyuk segera merangkul bahu Shin-Fa dan tetap mengajaknya berjalan tanpa memperdulikan laki-laki itu.

“Tenang saja, kau tidak perlu takut. Ada aku…”

“Hei, Choi Shin-Fa!”

Shin-Fa mencoba untuk tidak memperdulikan suara itu dan tetap berjalan bersama Eunhyuk menuju mobilnya.

“Hei, Choi Shin-Fa! Apa kau berniat untuk membuatku terus berdiri disini menunggumu?” tanya Kyuhyun.

“Diamkan saja, jangan didengarkan…” bisik Eunhyuk. Shin-Fa mengangguk lemas.

Shin-Fa masih tetap diam dan tidak bersuara. Raut wajahnya memucat dan rahangnya menegang. Berbeda sekali dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh Eunhyuk yang saat ini terkejut dan terus memandang Kyuhyun. Laki-laki itu masih saja mengganggu Shin-Fa, dia selalu bersikeras untuk mengantar Shin-Fa pulang, mau apa laki-laki itu? pikirnya.

“Hei, Shin-Fa! Ayo pulang! Aku akan mengantarmu!!” Tiba-tiba Kyuhyun langsung menarik tangan Shin-Fa sehingga dirinya tertarik dan jaraknya menjadi dekat sekali dengan seniornya itu. Shin-Fa tidak tahu harus berbuat apa, rasa takutnya pada Kyuhyun membuat dirinya tidak bisa bergerak melawannya. Ia hanya bisa menatap Eunhyuk dengan tatapan memohon untuk menolongnya secepat mungkin. Menjauhkan dirinya dari Kyuhyun.

Tiba-tiba Eunhyuk tersenyum, sebelum akhirnya menanggapi perlakuan Kyuhyun yang seenaknya saja memaksa teman –atau mungkin lebih tepat sahabat –barunya itu.

“Mianhae, Kyuhyun-sunbae, tapi Shin-Fa akan pulang denganku,” katanya dengan santai.

Raut wajah Kyuhyun sontak berubah dan menatap sengit kepada Eunhyuk sekilas sebelum mengangkat kedua sudut bibirnya yang diikuti dengan tawa sinisnya.

“Kau lagi, masih tetap setia menjadi pahlawan kesiangan rupanya…” gumam Kyuhyun dengan tawa meremehkan.

“Pahlawan kesiangan? Aku hanya ingin pulang bersamanya, apakah itu yang disebut seorang pahlawan, apalagi pahlawan kesiangan? Menurutku, sama sekali tidak,” ucap Eunhyuk dengan –nada yang diusahakan terdengar –santai. Memang terdengar biasa saja, tapi ada sebuah amukan besar di dalam dirinya yang tidak bisa ia perlihatkan di depan Kyuhyun. Eunhyuk tidak mau membuat keributan besar yang akan membuat area fakultas hukum menjadi heboh.

“Sunbae…apakah kau tidak lihat ekpresi wajahnya? Dia tidak mau pulang bersamamu,” tambahnya.

“Kau tidak perlu bertingkah seakan-akan kau tahu isi hatinya.”

“Aku memang tidak tahu isi hatinya, tapi itu sangat terlihat sekali dari pancaran matanya, apa kau tidak bisa melihatnya? Coba saja kau tanyakan padanya!” ujar Eunhyuk seraya mengangkat dagunya sekilas kearah Shin-Fa. Kyuhyun langsung melihat kearah yang sama, kearah gadis yang sekarang tertunduk lemas di dekatnya. Ia menghela napas panjang sebelum mengutarakan pilihannya. Lagi pula ia sama sekali tidak berniat ingin menghabiskan waktu perjalanan pulangnya sore ini dengan seniornya itu.

“A…aku akan pulang dengannya,” ujar Shin-Fa dengan perlahan. Shin-Fa segera menarik tangannya yang masih tercengkram kuat di jari-jari Kyuhyun. Setelah berhasil melepas tangannya, Shin-Fa segera bergerak menuju sebelah Eunhyuk dan mengambil posisi di kirinya. Eunhyuk yang melihat gadis itu bergerak memilihnya langsung melempar senyum sambil mengusap pundak kecilnya.

“Geurae. Annyeong-hi gyeseo, Sunbae,” pamit Eunhyuk pada Kyuhyun sambil melempar senyum. Berbeda dengan ekspresi Kyuhyun yang sekarang menggambarkan kekesalan yang sangat besar pada Eunhyuk. Ia mendengus kesal lalu menendang ban mobil depannya dengan kasar untuk melampiaskan emosinya.

*


   






Senin, 02 Mei 2011

My All is in You : Chapter 1

Chapter 1

Ia mulai menyusuri jalanan berbatu itu, terhitung sejak gadis itu turun dari mobilnya. Mungkin sudah tiga kali sebuah senyum kecil terkembang di bibir merahnya. Manik matanya yang seperti mata boneka membuat gadis itu terlihat polos, namun tetap terlihat manis. Angin yang bertiup, membuat anak-anak rambutnya keluar menyembul dari rambutnya yang ikal.

Choi Shin-Fa –nama gadis itu –telah berdiri di depan sebuah gedung yang akan menjadi tempatnya menuntut ilmu dengan tersenyum. Hari ini, Shin-Fa telah resmi menjadi bagian dari Seoul National University, tepatnya College of Law –fakultas hukum.

“Sudah lama sekali aku ingin kuliah di tempat ini dan masuk fakultas hukum. Shin-Fa, HWAITING!” serunya sambil mengepalkan tangannya keatas.

Shin-Fa kembali melangkahkan kakinya menuju pintu masuk gedung tersebut. Menurut jadwal, setengah jam lagi akan diadakan sebuah pengarahan untuk para mahasiswa baru, khususnya mahasiswa fakultas hukum di aula gedung fakultas. Meskipun masih setengah jam lagi, dengan santai Shin-Fa tetap berjalan menuju gedung.

Tinggal beberapa langkah lagi dirinya masuk kedalam gedung, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari kejauhan. Seorang pemuda yang sedang bermain dengan skateboard meluncur kearah Shin-Fa dengan cepat.

“Wiheomhae!!!”

“KYAAA!!!”

BRUUK!!

Shin-Fa tertabrak cukup keras hingga terjatuh kebawah. Barang bawaan yang sudah tersimpan rapi didalam tasnya, keluar dan berantakan semua. Badannya terasa sakit sekali efek dari tabrakan yang tidak disengaja.

“Ya, Tuhan! Mianhae! Mianhae! Kau tidak apa-apa??” pemuda itu –yang baru saja menabraknya –bertanya sambil membantu Shin-Fa untuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

“A…aku tidak apa-apa,” jawab Shin-Fa.

“Mianhae! Seharusnya aku tidak bermain skateboard disaat banyak orang seperti ini! Benar, kau tidak apa-apa?” tanyanya sekali lagi. Shin-Fa menggeleng cepat.

“Sungguh aku tidak apa-apa, kau tenang saja,” jawab Shin-Fa.

“Syukurlah kalau begitu. Ngomong-ngomong namamu siapa? Aku Eunhyuk, mahasiswa tingkat satu di fakultas hukum!” serunya antusias. Choi Shin-Fa tersentak begitu mendengar suaranya yang terbilang keras dan penuh dengan semangat.

“A…aku Choi Shin-Fa, aku juga mahasiswa tingkat satu di sana,” jawab Shin-Fa.

“Wah! Kebetulan sekali aku bertemu seseorang yang sama-sama dari tingkat satu fakultas hukum, tidak ada yang kukenal disini! Senang berkenalan denganmu, Shin-Fa! Ngomong-ngomong namamu bagus sekali!” puji Eunhyuk. Wajahnya langsung memerah begitu namanya dipuji oleh Eunhyuk. Baru kali ini Shin-Fa mendengar ada seseorang yang memuji namanya.

“Gham…ghamsahamnida,” gumamnya.

“Kau ini gadis yang sopan ya, kalau denganku kau tidak perlu memakai bahasa yang terlalu sopan, biasa saja,” kata Eunhyuk.

“Wah, sebentar lagi pengarahan akan dimulai, bagaimana kalau kita pergi ke aula bersama-sama? Kau mau tidak?” ajak Eunhyuk. Shin-Fa mengangguk.

“Kalau begitu, ayo!”

*

Ruang Aula

“Disini saja! kosong!”

Eunhyuk memilih dua bangku yang berada di posisi dua paling depan. Setidaknya meskipun dalam keadaan mengobrol, mereka masih tetap bisa mendengar pengarahan dari senior-seniornya. Eunhyuk sudah duduk duluan dengan santai, begitu sadar bahwa Shin-Fa masih berdiri, Eunhyuk menatapnya dengan tatapan heran.

“Kau ini kenapa? Kenapa tidak duduk? Ayolah! Aku tidak akan menggigitmu! Kau pikir aku ini binatang ganas?” tanya Eunhyuk dengan nada bercanda. Dengan sedikit agak canggung dan salah tingkah, Shin-Fa akhirnya duduk di samping Eunhyuk.

Tentu saja Shin-Fa merasa canggung juga salah tingkah, selama ini Shin-Fa belum pernah berada di posisi yang sangat dekat dengan laki-laki kecuali dengan ayahnya. Sejak SD sampai SMA, Shin-Fa disekolahkan di sebuah sekolah khusus perempuan. Begitu memasuki masa-masa kuliah, sepertinya ia harus terbiasa untuk dekat dengan laki-laki. Dekat dalam arti sebagai teman tentunya. Apalagi sekarang ia bertemu dan berkenalan dengan Eunhyuk, seorang laki-laki yang pertama kali ia temui dan terlebih lagi hanya Eunhyuk saja yang ia kenal.

Shin-Fa baru saja pindah ke Kota Seoul dengan ayahnya satu minggu yang lalu. Ayah dan ibunya memutuskan untuk bercerai karena merasa sudah tidak cocok lagi satu sama lain. Shin-Fa ikut pindah dengan ayahnya bukan karena ia lebih memilih ayahnya ketimbang ibu yang telah melahirkannya, tapi bagi orangtuanya pendidikan di kota Seoul lebih bagus dibandingkan daerah tempat tinggalnya yang lama. Apalagi karena ada Seoul National University, salah satu universitas terbaik di Korea Selatan, dan Shin-Fa juga ingin sekali kuliah disana. Shin-Fa pun memutuskan untuk ikut ayahnya pindah ke Kota Seoul. Ibunya tetap tinggal di rumah lamanya, tepatnya di Mokpo bersama adik laki-lakinya.

“Kau tidak perlu takut seperti itu, Shin-Fa!” seru Eunhyuk.

“Bu…bukannya aku takut…tapi selama ini aku tidak pernah dekat seperti ini dengan seorang laki-laki kecuali ayahku, sejak SD sampai SMA aku disekolahkan di sekolah khusus wanita, jadinya aku merasa…ya, kau tahu, canggung,” tutur Shin-Fa. Tiba-tiba Eunhyuk tertawa setelah mendengar penjelasan Shin-Fa.

“Kau kenapa?” tanya Shin-Fa heran.

“Kau ini lucu sekali, polos pula! Kau seperti anak kecil! Santai saja!” seru Eunhyuk sambil mengacak-acak rambut Shin-Fa. Rambut Shin-Fa yang rapi, menjadi sedikit agak berantakan.

“Ah, Eunhyuk-ssi rambutku berantakan!” serunya sambil merapikan rambut ikalnya.

“Ah, maafkan aku!”

“Sudahlah tidak apa-apa!”

Disaat menunggu para senior datang, Shin-Fa hanya bisa diam. Sedangkan Eunhyuk asyik dengan I-Pod miliknya, sesekali terdengar suara Eunhyuk yang sedang menyanyi. Shin-Fa melirik Eunhyuk, memperhatikan penampilan laki-laki itu dari atas ke bawah. Laki-laki ini…nyentrik sekali, pikirnya.

Rambutnya yang berwarna coklat tua dibuat berdiri dan sedikit berantakan. Kulitnya putih dan tidak ada jerawat yang terlihat di wajahnya. Eunhyuk memakai jaket bercappuchon berwarna hitam dengan kaos putih yang terlihat didalamnya, lengan jaketnya dilipat sampai kesiku sehingga terlihat sekali bentuk lengan bawahnya yang terbilang kurus. Selain itu, jika dilihat-lihat postur tubuhnya tergolong tinggi untuk ukuran seorang pria Korea, itu menambah nilai plus yang diberikan oleh Shin-Fa pada pandangan pertama ketika melihat laki-laki itu. Kesimpulannya, hanya satu kata. Keren.

“Kenapa kau terus memperhatikanku? Apa aku terlihat keren?” celetuk Eunhyuk tiba-tiba di depan wajah Shin-Fa. Raut wajah Shin-Fa menjadi merah, semerah kepiting rebus yang baru saja dimasak.

‘Kenapa orang ini bisa membaca pikiranku?’ batin Shin-Fa.

Beberapa menit kemudian, sekumpulan mahasiswa yang sudah dipastikan adalah senior mereka sudah berjalan masuk kedalam aula dan tampil kedepan. Suasana aula yang sebelumnya berisik, tiba-tiba menjadi sunyi karena kedatangan mereka.

“Annyeong haseyo! Perkenalkan nama saya Shin Donghee, tapi saya sering disapa Shindong!” sapa salah seorang senior berbadan gemuk yang diketahui bernama Shindong.

“Sebelumnya, saya akan memperkenalkan beberapa teman saya yang menjadi panitia dalam masa orientasi tahun ini…” Shindong mulai memperkenalkan semua mahasiswa yang ikut tampil kedepan bersamanya. Yah, diantara semuanya, hanya delapan –termasuk Shindong –yang paling mudah diingat karena mereka termasuk golongan pria tampan dan keren. Choi Siwon, Lee Sungmin, Kim Heechul, Kim Ryeowook, Yesung, Kangin,  dan Leeteuk.

“Selamat untuk semuanya yang sudah datang dan sudah hampir resmi menjadi bagian dari kami, fakultas hukum Universitas Nasional Seoul, ingat! Kalian belum sepenuhnya resmi menjadi mahasiswa sebelum melalui sebuah masa orientasi yang akan kami selenggarakan!”

Sementara itu…

“Sepertinya masa orientasi di fakultas hukum akan menjadi hal yang paling buruk buat para mahasiswa baru!” keluh Eunhyuk. Shin-Fa yang mendengarnya langsung menoleh kearah Eunhyuk.

“Memangnya kenapa?”

“Kata seseorang yang aku kenal, masa orientasi fakultas hukum adalah masa orientasi yang paling buruk dibandingkan dengan fakultas yang lain! Katanya, para mahasiswa baru akan diperintahkan untuk berlari sejauh 10 km tanpa istirahat, selain itu kita akan disuruh masuk kedalam danau yang tidak jauh dari sini dan harus menahan napas selama lima menit!” bisik Eunhyuk. Shin-Fa terkejut.

“MWO???” Ucap Shin-Fa dengan suara yang terlalu kencang sehingga orang-orang yang duduk disekitar mereka bisa mendengarnya, terutama senior yang sedang berdiri di depan.

“Hei kalian berdua!! Laki-laki berambut coklat dan gadis berambut ikal! Apa yang sedang kalian bicarakan!?” Bentak Kangin. Wajahnya yang terlihat sangar, membuat semua mahasiswa menjadi pucat dan tidak berani bergerak satu senti sekalipun

“Anio! Tidak ada, sunbae! Mianhae!!” seru Shin-Fa.

“Diam dan dengarkan!!” bentaknya sekali lagi.

“Shin-Fa! Kau ini kenapa kau berteriak?? Aku hanya bercanda!!” bisik Eunhyuk.

“Mwo? Kau bercanda? Jahat sekali kau! Seandainya kau tidak mengatakannya padaku, kita tidak akan terkena masalah seperti tadi!” bisik Shin-Fa.

“Ah, maafkan aku…itu karena kau terlihat sangat serius memperhatikan senior sedang berbicara didepan!”

“Memang seharusnya seperti itu bukan? Sudahlah, kau diam sekarang, jangan ganggu aku!”

“Tapi aku tidak tahan, Choi Shin-Fa, aku ini orang yang tidak bisa diam!” seru Eunhyuk dengan suara kerasnya.

“Hei, rambut coklat yang tidak bisa diam seperti monyet!!” Kangin kembali berteriak karena sepertinya sudah tidak tahan melihat tingkah laku Eunhyuk yang tidak bisa diam dan selalu berbicara.

“Mwo? Mereka menyebutku monyet??” tanya Eunhyuk dengan nada tidak percaya sambil menatap Shin-Fa.

“Tolong diam sebentaaar!!!”  lagi-lagi semua mahasiswa kembali dibuat pucat olehnya.

“Mianhae, Sunbae!” seru Eunhyuk yang berusaha untuk duduk dengan posisi manis.

“Senior yang bernama Kangin itu galak sekali,” gumam Shin-Fa.

“Ya memang, mungkin kita harus berhati-hati dan bertindak sopan dengan mereka, selama kita sopan mungkin kita akan baik-baik saja,” tutur Eunhyuk.

“Tapi aku masih tidak terima karena aku disebut monyet!” tambah Eunhyuk. Eunhyuk memasang tampang cemberut sambil menatap kearah depan. Laki-laki ini hiperaktif sekali, pikir Shin-Fa.

“Tidak ada yang mengobrol lagi, kan? Baiklah, karena Ketua panitia orientasi berhalangan datang, saya selaku orang yang dipercayakan akan memberikan pengarahan pada hari ini, tolong catat apa saja yang harus kalian bawa!”

*

Kantin

“Aku rasa kau akan menjadi sasaran semua senior minggu depan, terutama menjadi sasaran Kangin-sunbae,” gumam Shin-Fa. Eunhyuk yang sedang menyesap cappuchino hangatnya tiba-tiba tersedak begitu mendengar ucapan gadis itu.

“Jheongmal? Wae?”

“Karena tadi kau tidak bisa diam dan membuat keributan, Eunhyuk-ssi!”

“Aku tidak membuat keributan, aku hanya tidak bisa diam!” seru Eunhyuk.

“Justru karena kau tidak bisa diam, kau jadi membuat keributan!”

“Ah, sudahlah, berharap saja bahwa minggu depan senior-senior itu tidak akan membuat semua mahasiswa tertindas, terutama yang bernama Kangin itu, mukanya sangar sekali, seperti singa yang tidak dikasih makan berhari-hari,” gumamnya.

“Ah, Eunhyuk-ssi, aku harus pulang, aku tidak bisa lama-lama disini,” ujar Shin-Fa sambil melihat arlojinya.

“Kau sudah mau pulang? Cepat sekali, ini masih siang!”

“Tapi aku sudah janji dengan Appa untuk makan siang, Appa menungguku di restoran,”

“Mau kuantar? Kebetulan aku membawa mobil, daripada kau harus naik bus berdesak-desakkan…” tawarnya.

“Aku…tidak ingin merepotkanmu, Eunhyuk-ssi…”

“Hei, kita teman bukan? kau itu temanku, apa salahnya aku mengantarmu?” Teman? Apa benar mereka sudah menjadi teman mulai dari hari ini? Shin-Fa menggigit bibir. Akhirnya Shin-Fa menerima tawaran Eunhyuk untuk mengantarnya.

“Baiklah…” Eunhyuk tersenyum sambil memamerkan gigi putihnya.

“Baiklah! Ayo kita pergi!” seru Eunhyuk seraya merangkul bahu Shin-Fa secara tiba-tiba. Shin-Fa langsung terkejut dan mencubit tangan Eunhyuk dengan keras.

“Hei! Jangan merangkulku sembarangan!”

*

Mobil Eunhyuk sudah berhenti di depan restoran yang dituju. Shin-Fa melihat kearah jendela restoran tersebut. Ah, itu dia ayahnya! Ayahnya sudah berada di dalam, tepatnya di salah satu meja di samping jendela sambil menelepon seseorang. Mungkin rekan kerjanya. Shin-Fa segera melepas sit-belt yang terpasang di tubuhnya.

“Ghamsahamnida, Eunhyuk-ssi! Kau baik sekali,” ucap Shin-Fa sambil tersenyum.

“Cheonmaneyo, itu gunanya teman bukan?”

“Jadi kita berteman, ya?” celetuk Shin-Fa.

“Ha? Jadi daritadi kau tidak menganggapku sebagai teman?? Ya, Tuhan…kasihan sekali aku ini, aku sudah menganggapmu sebagai temanku saat pertama kali mengenalmu tadi,” keluh Eunhyuk sambil memajukan bibirnya. Shin-Fa tertawa terbahak-bahak.

“Aku hanya bercanda, Eunhyuk-ssi, jangan memasang wajah jelek seperti itu, aneh sekali wajahmu!”

“Choi Shin-Fa…kau ingin menyindirku apa menghiburku?”

“Menghibur juga menyindir mungkin? Ah, Appa sudah menunggu, sekali lagi terima kasih! Sampai ketemu minggu depan!”

Shin-Fa bergegas keluar dari mobil Eunhyuk. Dari dalam mobil, Eunhyuk melambaikan tangannya dan berteriak ‘annyeong’ pada Shin-Fa. Shin-Fa tersenyum dan membalas lambaian tangannya, kemudian gadis itu masuk ke dalam restoran dan menemui ayahnya yang sedang menelepon rekan kerjanya.

“Choi  Shin-Fa…gadis itu…lucu sekali…” gumam Eunhyuk sambil tersenyum sendiri.

Eunhyuk kembali kembali menyalakan mesin mobilnya, dan segera pergi meninggalkan restoran tersebut.

*

Seminggu kemudian…

“Hei, tebak ini siapa!!”

Shin-Fa yang sedang duduk sendirian di taman dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba menutup kedua matanya. Shin-Fa melengos.

“Sudah pasti kau, laki-laki paling hiperaktif sedunia, Eunhyuk-ssi!” jawab Shin-Fa. Eunhyuk segera melepas tangannya dan duduk disamping Shin-Fa.

“Kenapa kau sendirian saja disini?”

“Lagi ingin sendirian, kau baru datang?”

“Ne, aku baru datang, tadi aku harus mencari barang-barang yang dibawa,” jawab Eunhyuk.

“Kenapa kau tidak membereskannya tadi malam?”

“Hehe, aku malas, kemarin malam aku bermain game sampai tengah malam, lihat saja mataku, ada lingkaran hitam bukan?” seru Eunhyuk sambil menunjuk kearah matanya.

“Dasar kau ini!”


Karena terlalu lama mengobrol dan bercanda, mereka –Shin-Fa dan Eunhyuk –sampai lupa bahwa mereka harus pergi ke lapangan tepat jam delapan. Arlojinya sudah menunjukkan pukul delapan lebih sepuluh menit. Raut wajah Shin-Fa menjadi pucat seketika.

“Kenapa kau?” tanya Eunhyuk.

“Gawat, sudah jam delapan lewat!!!” seru Shin-Fa sambil memperlihatkan arlojinya pada Eunhyuk.

“Astaga!! Ayo cepat!!”

Shin-Fa dan Eunhyuk bergegas menuju tempat dikumpulkannya para mahasiswa baru, tepatnya di lapangan. Begitu sampai di lapangan,semua mata menatap mereka berdua, terutama para senior dengan tatapan sinisnya yang bisa membunuh mereka secara perlahan.

“Kenapa kalian telat? Kalian sudah tahu bukan bahwa harus berkumpul jam delapan?? Ini sudah jam berapa?? Percuma saja kau memakai arloji!!”

“Mianhae, sunbae…” gumam Shin-Fa lirih.

“Hei, Sungmin! Tidak usah galak seperti itu, kasihan mereka!”

“Buat apa dikasihani, Wookie! Kau ini terlalu lembek! Sudah lembek, wajahmu juga polos! Tidak akan ada yang takut denganmu!!” teriak Sungmin.

“Tolong jangan mengucapkan kata ‘Polos’ didepan mereka! kau mempermalukanku, Lee Sungmin!” seru Ryeowook yang disebut ‘Wookie’ oleh Sungmin.

“Kenapa kalian jadi bertengkar, hah? Lihat mereka! mereka kebingungan karena melihat seniornya bertengkar seperti orang bodoh!” Choi Siwon, laki-laki yang bisa dibilang merupakan senior yang paling tampan, mencoba untuk melerai mereka –Ryeowook dan Sungmin.

Setelah berhasil melerai mereka berdua, Siwon mendekati Shin-Fa dan Eunhyuk yang masih berdiri dengan wajah pucat karena kesangaran para senior-seniornya.

“Siapa namamu?” tanya Siwon pada Shin-Fa.

“Choi Shin-Fa,” jawabnya.

“Mwo? Kau mempunyai nama keluarga yang sama denganku! Ah, sudahlah! Dan kau? Laki-laki berambut coklat?”

“Namaku Lee Hyukjae,” mata Shin-Fa melotot kearah Eunhyuk. Sepertinya laki-laki di sebelahnya ini ingin cari mati. Bukankah namanya Eunhyuk? Kenapa dia menyebut namanya sebagai ‘Lee Hyukjae’?

“Sebenarnya kami ingin sekali menghukum kalian sekarang juga, tapi kami tidak punya hak untuk menghukum kalian karena wewenang ada ditangan ketua, dan ketua belum datang. Oleh karena itu kalian harus menunggu sampai Ketua datang, mengerti?” tutur Siwon. Shin-Fa dan Eunhyuk mengangguk.

“Hei Siwon! Kenapa kita tidak menyuruh mereka untuk bernyanyi?? Atau melawak? Sepertinya laki-laki yang seperti monyet itu punya bakat melawak yang bagus!” usul Yesung, senior yang berwajah paling datar.

“Percuma dia melawak, kalaupun melawak, kau tak akan tertawa, Jong Woon! Kau tahu, kau itu susah sekali dibuat tertawa!” jawab Siwon.

“Hei, Choi Siwon! Jangan memanggil nama asliku!!” Siwon hanya memeletkan lidahnya dan tidak memperdulikan Yesung.

“Kalian segera pergi ke barisan!” suruhnya. Shin-Fa dan Eunhyuk membungkukkan badannya, untuk menghormati seniornya itu.

“Ghamsahamnida, sunbae!”

Shin-Fa dan Eunhyuk segera pergi ke barisan yang paling belakang dan berdiri tegak seperti mahasiswa yang lain. Tiba-tiba Shin-Fa mencolek bahu Eunhyuk. Eunhyuk mulai mendekatkan dirinya pada Shin-Fa secara perlahan supaya bisa mendnegar suara gadis itu.

“Hei, kau ini mau cari mati??” bisik Shin-Fa.

“He? Apa maksudmu, Choi Shin-Fa?”

“Namamu Eunhyuk! Kenapa kau mengaku bahwa namamu adalah Lee Hyukjae??”

Eunhyuk menahan tawa karena takut dimarahi atau hukumannya diperberat oleh seniornya. Shin-Fa menatap laki-laki itu dengan heran. Kenapa dia tertawa? Pikirnya.

“Kenapa kau tertawa? Memangnya ada yang lucu??”

“Aku lupa memberitahumu, Shin-Fa, namaku memang Lee Hyukjae,” ujar Eunhyuk.

“Terus…nama Eunhyuk itu? Ya, Tuhan aku sama sekali tidak mengerti, tolong jangan bercanda!”

“Itu nama…kerenku, aku tidak mau disamakan dengan comedian yang bernama sama denganku , Lee Hyukjae yang itu! lebih baik aku memakai nama kerenku saja!”

“Kau ini selalu penuh dengan kejutan, Lee Hyukjae!” Shin-Fa tertawa kecil.

“Hei, jangan memanggilku Lee Hyukjae!!” bisik Eunhyuk.

“Choi Shin-Fa! Lee Hyukjae!! Maju kalian!!”

Mereka berdua tersentak begitu nama mereka dipanggil. Shin-Fa dan Eunhyuk maju ke depan untuk menghadap seniornya.

“Saatnya dua orang ini mendapat hukuman karena keterlambatan mereka…” gumam Ryeowook sembari lewat di hadapan mereka. Shin-Fa dan Eunhyuk hanya menatap dengan wajah datar saja ketika seniornya yang satu ini lewat dengan wajah polosnya.

“Ryeowook-sunbae itu benar-benar polos apa hanya tampangnya saja yang terlihat polos??” bisik Eunhyuk pada Shin-Fa. Shin-Fa menggelengkan kepalanya.

Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari kejauhan, seorang pemuda dengan mata tajamnya menatap semua mahasiswa baru, terutama Shin-Fa dan Eunhyuk yang sangat mencolok karena berdiri paling depan.

“Akhirnya Ketua datang juga, kau harus tahu dua orang ini harus dihukum karena mereka telat datang,” ujar Sungmin sambil melipat tangannya di dada. Secara perlahan, laki-laki selalu dipanggil dengan sebutan ‘Ketua’ itu berjalan menuju Shin-Fa juga Eunhyuk.

Shin-Fa tidak berani menatap laki-laki yang sudah berdiri di depannya itu. Tatapan matanya yang sangat tajam membuat Shin-Fa semakin ketakutan. Raut wajahnya pun juga semakin pucat.

“Siapa namamu?” tanyanya.

“Choi…Choi Shin-Fa…” gumam Shin-Fa dengan keadaan masih menundukkan kepalanya.

“APA KAU TIDAK PERNAH DIAJARKAN OLEH ORANG TUAMU?? KAU HARUS MENATAP LAWAN BICARAMU JIKA DIA SEDANG BICARAA!!” laki-laki itu tiba-tiba berteriak tepat di telinga Shin-Fa. Teriakkannya yang keras membuat semua diam dan sunyi.

“Ouch, jiwa evilnya mulai keluar…” gumam Shindong kepada teman-temannya.

“Mianhae, Sunbae jika saya lancang, tapi apakah kau tidak bisa bicara baik-baik dengannya? Kau lihat sendiri, wajahnya sudah ketakutan,” tiba-tiba Eunhyuk menyela dengan mudahnya. Alhasil, pemuda itu segera menatap Eunhyuk dengan tajam.

“Berani sekali kau memotong pembicaraanku dengan gadis ini…” gumamnya sambil tertawa sinis.

“Aku berani karena aku merasa kasihan padanya, apa kau tidak merasa kasihan padanya?”

“Kau mau membelanya?? Wah, beruntung sekali gadis ini mempunyai pahlawan seperti kau! Hei, Siwon, Kangin! Bawa laki-laki ini! Terserah kalian saja mau kalian apakan dia!” suruhnya.

“Oke!” Siwon dan Kangin segera membawa Eunhyuk entah kemana bersama Sungmin, Ryeowook, juga Yesung. Semua orang tidak bisa memprediksikan apa yang akan terjadi dengan Eunhyuk. Hanya satu yang sepertinya mereka pikirkan, mungkin Eunhyuk tidak akan kembali dengan selamat.

“Heechul! Leeteuk! Shindong! Bawa mereka semua bersama yang lain untuk kegiatan selanjutnya!!” tambahnya.

“Lalu kau dan gadis itu?” tanya Leeteuk.

“Aku?” Laki-laki itu mengeluarkan senyum jahatnya. Tiba-tiba ia menarik tangan Shin-Fa supaya dirinya bisa lebih dekat, sedangkan salah satu tangannya memegang dagu kecil Shin-Fa.

“Aku akan bersenang-senang dulu dengan gadis ini, kami akan menyusul sepuluh menit lagi!”

Shin-Fa semakin ketakutan dan hampir menangis begitu melihat tatapannya yang tajam dan menusuk.

“Aku, Cho Kyuhyun, akan membuat harimu semakin menyenangkan dan tak akan pernah kau lupakan semudah itu…Choi Shin-Fa…”

*

*histeris* asli sumpah gue histeris banget bikin ini cerita. tapi ini kayaknya agak ancur ya -.-'
oya sedikit cerita, cerita ini merupakan project gue, kak mely juga anind, awalnya request-an kak mely haha
ceritanya udah didiskusiin kemaren sampe jam setengah satu malem

gue nggak bisa ngebayangin kalo mereka ntar jadi senior gue pas ospek nanti, meskipun galak-galak tapi ganteng *plak* oke gue mulai ngayal -.-

jangan hanya jadi silent reader ya, bolehlah komen dikit hehe
terima kasih ;)