Minggu, 24 April 2011

The Story of Us:Part1

Part 1: Singa Gunung dan Kyuhyun Super Junior dari Veritas

BRAAK!!

Ify mengambil koper berwarna biru miliknya dari dalam bagasi mobil dan menaruhnya dibawah. Saat ini Ify sudah berada di depan sebuah sekolah asrama milik Papa tirinya yang baru saja resmi menjadi suami Mama Ify. Sebuah sekolah asrama yang bernama Veritas. Ify melihat ke sekeliling wilayah sekolah tersebut. Dari segi lingkungan, not bad, pikirnya, namun ada masalah yang mengganjal di dalam pikirannya, yang pasti jika bersekolah di sekolah asrama, ia tak akan bisa bermalas-malasan lagi, itu yang ia pikirkan. Seperti yang sudah diketahui, Ify adalah gadis yang santai, selalu bermalas-malasan. Tiba-tiba harus mengubah pola hidupnya menjadi anak yang disiplin.

“Gimana Ify? Kamu suka?” tanya Papa barunya itu. Ify tersenyum.

“Dari segi lingkungan, Ify suka kok, lingkungannya nyaman, tapi kalo segi kehidupannya, Ify belum tahu deh, Oom, eh Pa…” jawab Ify sambil memandang sekeliling.

“Rioo! Tolong antar Ify ke asrama perempuan ya!” suruh Papa.

Namun orang yang dipanggil tidak menghampiri Papa, bahkan tidak menjawabnya. Papa berjalan menuju mobilnya dan melihat orang tersebut. Dan ternyata, laki-laki yang dikenal sebagai Rio itu sedang tertidur di kursi belakang sambil memeluk bantal.

“Ya, ampun Rioo…bangun, Yo! Ini udah sampai asrama!!” seru Papa sambil menggoyang-goyangkan badan Rio.

“Aduuh, Demi sayaaang…jangan sekarang yaaa, abang Rio masih mau tidur nih…” gumam Rio ngelindur.

Papa dan Mama cengok, Ify hanya menahan tawa. Ternyata Kakak tirinya itu sedang tidur dan bermimpi bahwa ia berpacaran dengan Demi Lovato.

“RIOOO!!!!” Teriak Papa.

Rio langsung terkejut dan bangun dari tidurnya. Dia menggaruk-garuk kepalanya dan nyengir ke Papa.

“Hehe…Papa, udah nyampe di Veritas ya, Pa?” tanya Rio polos.

“Daritadi! Makanya jangan tidur aja! Sebelum kamu ke asrama laki-laki, antar Ify ke asrama perempuan,” suruh Papa.

“He? Ke asrama perempuan? Males ah, Pa ketemu sama ketuanya!!” tolak Rio.

“Kamu mau Papa hukum bersihin gedung asrama laki-laki selama seminggu?” ancam Papa.

“Eh, nggak deh, iya iya Rio anterin!” Rio langsung keluar dari mobil dan mengambil koper miliknya.

Sementara itu, Ify pamit ke Mamanya

“Baik-baik ya, Sayang…awas, kamu jangan ngerepotin Rio ataupun penghuni asrama yang lain, jadi anak yang disiplin!” pesan Mama. Ify hanya mengangguk. Mama tersenyum dan mencium kening Ify.

“Kalo ada apa-apa kamu bilang sama Mama, atau Papa atau Rio yaaa…”

“Iya, Mamaa…jangan khawatir…” kata Ify.

“Rioo…sini sayaang…” panggil Mama.

“Sekarang kalian berdua udah jadi kakak adik, Rio tolong jaga Ify, Ify kamu harus nurut sama Rio,” pesan Mama.

“Sip, Ma! Kalo Ify macem-macem, Rio bakal hukum Ify pijitin Rio!” seru Rio. Ify langsung menoyor kepala Rio.

“Sakit Ify…!!” ringis Rio. Ify memeletkan lidah.

“Ma, Pa…Ify ke asrama dulu ya, ayo, Kak!” pamit Ify.

“Baik-baik ya sayaaang!!” kata Mama sambil mengusap air matanya dengan tissue.

“Lah kenapa kamu nangis, May?” tanya Papa.

“Sedih, gak bisa ketemu Ify sama Rio lagi…hiks, hiks,”

“Jangan lebay deh, May. Mereka bakal pulang kerumah hari Sabtu, lagian kalo kamu mau nengok mereka tinggal ikut aku aja ke sekolah!” keluh Papa.

“Eh, iya ya? Gak jadi sedih lagi deh,” kata Mama polos. Papa menghela napas.

“Pulang yuk,”

***

“Kak Rio, asrama ceweknya dimana sih?” keluh Ify sambil mendorong kopernya yang sangat besar.

“Dikit lagi nyampe, ini udah kawasan asrama cewek, liat tuh cewek-cewek bertebaran dimana-mana, gue masuk kesini udah kayak penyamun disarang perawan!” kata Rio.

“Bahasa lo nggak bagus banget, Kak!” seru Ify.

“Oh iya gue pengen nanya sama lo, Fy…”

“Apa?”

“Lo seneng gak punya kakak kayak gue?” Ify terdiam.

“Sebenernya ya…gue tuh pengennya punya kakak ganteng, keren, kulitnya putih kayak artis korea gitu,” celetuk Ify.

“Lho? Lo gak liat? Gue kan mirip artis Korea!!” seru Rio.

“Artis Korea gak ada yang item dekil kayak lo, Kak!” seru Ify.

“Songong lo, Fy!” gerutu Rio sambil mengacak-acak rambut Ify.

JEPREEET!!!

Rio dan Ify terdiam. Terdengar suara jepretan kamera. Mereka berdua menengok kearah samping. Dua gadis memandang mereka dengan wajah berseri-seri.

“Woi! Dea! Lo motoin gue ya?” tanya Rio.

“Iya, sudah pasti berita lo ini bakal ditaro dihalaman paling depan di Koran Veritas! Gue kan udah dapet buktinya ada didalem kamera gue!” seru gadis bernama Dea itu sambil membetulkan kacamatanya yang melorot.

“Berita apaan?” tanya Rio heran.

“Udah jelas kan? Mario Stevano sang idola Veritas, gaet cewek baru!! Itu berita hot! Hot! Seperti udara saat ini sangat Hot!!” seru salah seorang gadis yang sedang menulis di buku note kecilnya yang bergambar spongebob itu.

“He? Cewek gue? Lo jangan nyebar gossip dulu, Ze! Ini bukan cewek gue! Ini adek gue!!” seru Rio sambil menunjuk kearah Ify yang cengok.

“Ha? Adek? Lo jangan ngelawak deh, Mario! Semua murid Veritas tahu lo itu gak punya adek ataupun kakak! Lo mimpi, Yo??” tanya Zevana sambil tertawa.

“Aduuh, Rioo saking lo ngebet banget punya adek kayak orang ngebet kawin, lo sampe ngakuin cewek lo sendiri jadi adek lo? Lo mau punya adek? Jadiin gue adek lo aja, Yo! Gue rela kok!” seru Dea antusias.

“Dea!!! Cukup!! Lo diem aja!!” seru Zevana. Dea langsung menutup mulutnya.

“Ya, Tuhan…kenapa gue harus ketemu cewek-cewek gila kayak lo berdua, sih…” keluh Rio.

“Halo, nama lo siapa? Gue Zevana! Eh, lo beruntung banget bisa pacaran sama Rio! Banyak tahu disini yang ngincer cowok lo! Lo anak baru disini ya? Awas lho ntar lo digigit sama cewek-cewek! Soalnya cowok cakep dan jomblo berkurang satu, teruus…” Kalimat Zevana terpotong begitu Rio menutup mulutnya.

“Cukup! Tutup mulut lo, Ze! Gue udah bilang dia itu adek gue! dia adek tiri gue!! bokap gue nikah lagi! Dan dia anak nyokap tiri gue! Puas lo??” seru Rio.

Tiba-tiba Zevana menggigit tangan Rio yang menutup mulutnya.

“Aduh!! Sakiit!!” ringis Rio sambil menarik tangannya dan mencium tangannya sendiri.

“Iiih!! Bauuu!!!” teriak Rio sambil mengusap tangannya yang basah karena digigit Zevana.

“Apaan sih meper-meper!! Jadi beneran dia adik lo?” tanya Zevana.

“Iya, tanya aja sama orangnya!”

“Lo beneran adik tiri Rio?” tanya Dea pada Ify.

“Iya, Kak. Gue Ify, gue anak baru disini kelas X,” kata Ify.

“Halo, gue Dea! Gue anak jurnalistik bagian ngambil foto!” kata Dea ramah.

“Gue Zevana, gue ketua jurnalistik, yang sering banget nyari berita hot! Yaaah, kita dapet berita hot nih, De!” keluh Zevana.

“Iyaa, niih…eh iya, ada kok, Ze!! Gue denger tadi Daud mau nembak Angel di taman jam empat! Sekarang masih setengah empat! Ayo ke taman!!” seru Dea.

“Nah! Itu dia berita hot!! Ayo, De!!!”

Zevana dan Dea langsung pergi menuju taman dan meninggalkan Rio dan Ify. Rio hanya geleng-geleng kepala, Ify hanya cengok.

“Aduuh, makin gila aja tuh mereka berdua! Dasar maniak!!” seru Rio.

“Tapi mereka lucu juga, Kak, kayak seru masuk jurnalistik!” kata Ify.

“Jangan masuk sana!! Ntar lo ketularan gila sama mereka!!” larang Rio. Ify manyun.

“Iya…iya…”

Beberapa menit kemudian, Rio dan Ify sampai di depan gedung asrama perempuan Veritas. Gedung berwarna biru langit dengan taman kecil yang berada di depan gedung tersebut membuatnya terlihat semakin nyaman.

BLETAK!!!

“Aduuh!!” teriak Rio. Ify terbelalak melihat Rio sedang meringis memegang kepalanya.

“CUKUP!! Hari ini gue udah ngalamin 3 kesialan!! Pertama, gue ditoyor Ify! Kedua, tangan gue digigit Zevana! Dan yang ketiga, gue ditimpuk pake batu!! Kampret!” Cerocos Rio.

“Heh, Jelek! Ngapain lo di asrama cewek!? Mau ngintip lo ya?”

Rio dan Ify menengok kebelakang. Seorang gadis dengan rambut yang diikat satu sambil melempar batu keatas sedang menatap mereka dengan tatapan tajam.

“Heh, Sivia!! Sori, gue itu tahu diri ya! Bikin reputasi gue ancur aja! Ngapain sih lo nimpuk kepala gue pake batu?”

“Aaah, gue gak sengaja kok, tadi tangan gue licin jadi kelempar gitu, Yo…” kata Sivia enteng.

“Alaaah, ngibul lo!! Gue tahu! Lo itu sengaja kan nimpuk gue?” tanya Rio nyolot.

“Kalo iya kenapa?? Lo mau apa? Hah??” tanya Sivia balik makin nyolot.

“Nyolot banget sih lo! Lo tahu gak? Ada tiga alasan kenapa gue benci banget ketemu sama lo!!” seru Rio.

“Apa?”

“Satu, lo itu sangat anarkis! Kedua, lo itu amat sangat anarkis! Yang ketiga, lo itu super duper amat sangat anarkis!!!” seru Rio. Ify hanya geleng kepala melihat kelakuan Rio.

“Jadi intinya??” tanya Sivia.

“Lo itu…ya anarkis!!” seru Rio.

“Itu hanya ada satu alasan, odong!! Cuma lo panjang-panjangin doang jadi tiga alasan!! Dasar odong!!” ledek Sivia.

“Hah!! Apa kata lo dah, sadako!! Ify, baek-baek lo disini, awas diterkam sama singa gunung macam Sivia ini!” pesan Rio.

“APA MAKSUD LO SINGA GUNUNG??” Teriak Sivia.

“Eh, biasa aja dong! Dasar ketua gila!!” ledek Rio yang langsung kabur menenteng kopernya.

“DASAR ITEM! JELEK! DEKIL! BAU!!” Balas Sivia.

Ify hanya mematung melihat sosok seorang ketua asrama perempuan yang super duper amat sangat anarkis dan galak ini. Ify merasa asrama perempuan akan terlihat seperti surg dari luarnya namun seperti neraka didalamnya. Sivia mendekati Ify dan menatapnya tajam. Bisa-bisanya ada singa gunung macam dia, pikir Ify.

“Lo siapa? Anak baru, ya?” tanya Sivia jutek.

Ify mengeluarkan segala keberaniannya dan kemampuannya dalam bidang pernyolotan (?).

“Iya, Kak. Gue Alyssa Saufika Umari! Gue adik tiri Kak Rio!”

“Ooh, adik tiri? Jadi masih baru ya disini?” tanya Sivia.

“Ya, begitulah…”

Sivia langsung menarik tangan Ify dan membawanya masuk kedalam gedung.

“Karena lo masih baru disini, gue terangin peraturan yang ada disini!!”

Ify dibawa ke sebuah ruangan untuk bersantai dan duduk di sebuah sofa. Sivia berdiri di depannya sambil memandang Ify dengan tajam.

“Di asrama cewek Veritas tidak ada yang boleh bermalas-malasan!! Semua harus disiplin! Patuhi semua peraturan yang ada!”

“Ooh, gitu aja? Udah ya, gue mau ke kamar,” kata Ify.

“Eit, siapa yang nyuruh lo pergi, gue punya sesuatu buat lo!” Sivia melempar sebuah buku kecil yang sangat tebal kearah Ify.

“Apaan nih, Kak? Kitab suci punya Sun Go Kong?” tanya Ify sambil memandang buku tersebut.

“Aduuh! Otak lo dimana sih??” tanya Sivia.

“Ya, dikepala lah! Masa di dengkul? Anak TK juga tahu otak tuh ada di kepala!” seru Ify.

“Yeee…makin nyolot lo! Liat tuh judulnya! Dan baca yang keras!” suruh Sivia.

“ ‘KUMPULAN PERATURAN DAN TATA TERTIB ASRAMA WANITA VERITAS’ ?”

“Jangan lupa sama nama penulisnya, baca juga yang keras!”

“ ‘Di susun oleh: SIVIA AZIZAH’ ? Promosi nih ceritanya?” tanya Ify.

“Lo udah tahu kan siapa yang ngebuat buku tersebut? Gue! itu kumpulan peraturan asrama Veritas sejak dari dulu, dan gue susun dalam bentuk buku, lo baca dan pahami! Kalo lo melanggar, lo bakal berurusan sama gue!” ancam Sivia. Ify hanya melengos.

“Ya…ya…so, where’s my room?” tanya Ify.

Ify berjalan mengikuti Sivia. Sampailah mereka di sebuah kamar nomor 10, dibawahnya terdapat dua tempat papan nama. Nama yang terpampang adalah “Larissa Safanah Arif”. Sivia mengetuk pintu kamar tersebut.

“ACHAA!! BUKAAA!!!” Teriak Sivia. Ify terbelalak begitu mendengar suara Sivia. Anjir, ini mah bener-bener singa gunung, pikirnya.

GEDUBRAK GEDEBRUK!!

Terdengar suara gaduh di dalam kamar. Beberapa menit kemudian, seorang gadis dengan rambut acak-acakan membuka pintu kamar dan nyengir pada Sivia.

“Ha, halo Kak? Apa kabar? Baek, Kak?” tanya gadis itu basa-basi.

“Lo abis ngapain, Cha? Nyembunyiin apa lagi di kolong tempat tidur lo?” tanya Sivia.

“Eh, nggak ada kok! tadi ada kucing! Terus gue usir, jadinya tadi ada grasak grusuk gitu haha…” kata gadis bernama Acha itu.

“Awas kalo sampe ketauan lo nempelin poster artis-artis Korea ataupun yang berbau Korea lagi, gue suruh lo cuciin baju anak-anak satu asrama! Ngerti lo?” ancam Sivia.

“Sippo, Kak!” kata Acha.

“Oya, ini temen sekamar lo yang baru, namanya alysia!” kata Sivia.

“ALYSSA!!” Seru Ify.

“Cukup! Apapun itu namanya, baek-baek lo berdua! Buat lo Alysia…”

“Alyssa!!!”

“Oke! Terserah! Gue ingetin, lo jangan sekali-kali ngelanggar peraturan yang ada disini!” Sivia pun akhirnya pergi meninggalkan Ify dan Acha.

“Haaah…alhamdulillah gak ketauaaan…” kata Acha bernapas lega sambil mengambil sesuatu dari dalam kolong tempat tidurnya.

“Emang lo nyembunyiin apa?” tanya Ify.

“Ini!!” Acha langsung memperlihatkan sebuah poster bergambar Super Junior.

“Aaaaa!! Masya Allah! Ganteeeeng!!!” seru Ify.

“Ganteeeng, kaaan??? Pengen banget gue pasang di dinding, tapi pasti bakalan dirampas sama Kak Via! Makanya gue umpetin di kolong tempat tidur, kalo dia gak ada, pasti gue peluk terus nih poster!” seru Acha.

“Oya nama lo siapa tadi? Gue Alyssa tapi panggil aja Ify!” kata Ify.

“Gue Acha, lo anak baru ya? Kelas berapa?” tanya Acha.

“Gue kelas X.2, lo?”

“Gue X.2 juga! Asiik, ada tambah temen deh, hehe…suka Korea gak?” tanya Acha.

“Mmm…lumayan, aku suka SuJu, apalagi Kyuhyun, ganteng abis!” kata Ify.

“Yeee…samaaa!!”

Karena sudah menemui kesamaan, akhirnya mereka menjadi cocok, mereka sama-sama cerewet, sehingga tidak pernah kehabisan topik pembicaraan.

“Ha? Lo adik tiri Kak Rio?” tanya Acha. Ify mengangguk.

“Iya, nyokap gue nikah sama bokapnya Kak Rio,” tutur Ify.

“Ooh, pantesan tadi kayaknya rame banget diluar, pasti lo sama Kak Rio ditodong buat konferensi pers sama Kak Dea dan Kak Zevana?” celetuk Acha.

“Haha, iya, Cha,” kata Ify sambil tertawa.

“Eh, Fy. Jalan-jalan yuk, sekarang lagi banyak ekskul yang latihan, siapa tahu lo tertarik ikut ekskul apa gitu,” ajak Acha.

“Oke!”

Mereka berjalan-jalan di sekitar wilayah sekolah terbesar  yang ada kawasan Bandung ini. Ternyata memang benar, banyak ekskul yang sedang mengadakan latihan sore. Ada basket, futsal, marching band, dan masih banyak lagi. Dan ada satu ekskul yang sangat menarik bagi Ify, yaitu karate. Sejak dulu Ify ingin sekali ikut ekskul karate.

“Cha, kesitu yuk liat yang lagi latihan karate!!” ajak Ify.

Mereka menghampiri sebuah taman yang luas, tempat ekskul karate berlatih. Ify melihat kesekeliling, banyak sekali gadis-gadis yang sedang menonton dan memberi dukungan ke salah satu orang.

“Kak Alvin!!!”

“Alviiin!!!”

Semua gadis bersorak-sorai dan meneriaki seseorang yang bernama ‘Alvin’. Karena penasaran, Ify mencolek bahu Acha.

“Cha, yang namanya Alvin yang mana sih? Kok pada neriakin nama Alvin?” tanya Ify.

“Ooh, Kak Alvin…yang itu tuh, yang mukanya kayak orang Korea, yang sabuk biru!” seru Acha sambil menunjuk kearah seseorang yang sedang bersiap-siap untuk melakukan latih tanding.

Ify cengok, sumpah demi apapun, dia ganteng banget! Mirip Kyuhyun gue di SuJu! Batin Ify.

“Sumpah, Cha! Ganteng banget!! Gue kesemsem sama diaa!! Ngomong-ngomong lo tahu gak tentang dia?” seru Ify antusias.

“Dia itu ketua asrama cowok, terus dia ketua ekskul karate dan atlit kebanggaan Veritas, sering banget ngasih piala buat sekolah,” tutur Acha.

“Ya Allah, ganteng banget, deh Cha!”

“Mau ngedapetin Kak Alvin? Hadapin dulu tuh singa gunung!” celetuk Acha sambil melirik seorang gadis familiar yang juga anggota ekskul karate seperti Alvin.

“APA!? Singa gunung suka juga sama Kak Alvin!!??” seru Ify.

“Begitulah, gimana? Berani bersaing sama singa gunung?” tanya Acha.

“Bukan Ify namanya kalo gak berani saingan sama singa gunung!!” seru Ify.

“Haha, Ify…Ify…keren lo, Fy!” puji Acha.

Ify dan Acha mencari tempat yang enak untuk menonton latihan karate. Entah sudah berapa kali Ify teriak histeris begitu melihat Alvin yang sedang melakukan latih tanding dengan sesama anggota.

“Ya, ampuun!!! Kereen bangeet!!!” kata Ify sambil menggoyang-goyangkan bahu Acha.

“Cukup! Jangan gila, Fy!!” seru Acha.

“Tapi ganteng, Chaa!! Gue mau ikut ekskul karate ah!” kata Ify.

“Yakin?”

“Gue kan daridulu emang mau ikut karate tapi baru kesampean sekarang, Cha!” seru Ify.

“Terserah aja deh,”

Setelah latihan selesai, Ify langsung ngabur ke tempat para anggota karate.


***

“Alvin, semakin hari kamu semakin mantap!” puji Sensei.

“Thanks, Sensei! Itu juga berkat bantuan Sensei juga!” kata Alvin.

“Oke, saya pulang dulu ya,” pamit Sensei.

Alvin merogoh tasnya untuk mengambil air mineral. Alvin meneguk air mineralnya itu secara perlahan, kemudian ia merasa bahwa bahunya sedang dicolek oleh seseorang. Alvin melihat seorang gadi berbehel nyengir dan duduk disampingnya.

“Ya?”

“Eum, Kyuhyun, eh salah! Kak Alvin, hehe…aku boleh ikut ekskul karate gak?” tanya Ify.

“Bolehlah, siapa juga yang ngelarang? Sini biar gue data, nama lo siapa?” tanya Alvin.

“Nama aku Alyssa Saufika Umari, panggil aja Ify, hehe…”

“Ooh, Ify…good name, oiya ngomong-ngomong lo adik tirinya Rio ya?” tanya Alvin.

“Iya, kok Kakak tahu?”

“Rio temen sekamar gue, dia tadi cerita sama gue,” kata Alvin.

“Ooh, gitu…Kak Alvin…”

“Hm?” tanya Alvin yang sedang menulis data Ify di buku datanya.

“Kok Kakak ganteng banget sih?” tanya Ify polos.

Alvin langsung menoleh dan melihat Ify. Ify langsung menutup mulutnya. Alvin langsung tertawa.

“Haha, lo bisa aja, Fy…” kata Alvin sambil geleng-geleng kepala.

Tiba-tiba seseorang berdiri di depan Ify dan Alvin. Alvin tersenyum.

“Elo, Vi…”

“Eh, ada Alysiaaa…” kata Sivia sok manis.

“Alyssa!!”

Karena melihat Ify yang duduk dekat berdekatan dengan Alvin, tiba-tiba Sivia langsung mencoba duduk di tengah-tengah mereka berdua, Ify yang terkejut langsung menggeser badannya, daripada ditiban Sivia (?).

“Vin, pasti lo capek banget ya, nih gue beliin isotonic buat nambah tenaga,” kata Sivia sambil menyodorkan sebotol minuman isotonic pada Alvin.

“Thanks, Vi,” kata Alvin.

“Kak Alvin…aku kesana dulu ya, abis ada singa gunung…” celetuk Ify pada Sivia, begitu melihat Sivia melotot, Ify langsung kabur.

“DASAR JELEEEK!!” Teriak Sivia.

***

“Ah, Ify mana sih…kok lama banget…” keluh Acha.

Daripada bosan, Acha pun memilih untuk mendengarkan lagu dari handphonenya.

JEPRET!!

Acha merasa ada yang memotretnya, ia melihat kesekeliling, namun nihil.

“Kayaknya ada yang fotoin gue deh…”

“Ah biarin aja…”

Acha pun kembali menikmati lagu yang terdengar di telinganya. Tanpa ia sadari, ada seseorang yang memperhatikannya dari kejauhan. Orang tersebut sedang melihat hasil gambar yang baru saja ia dapatkan. Foto seorang Larissa Safanah Arif yang sedang menikmati lagu di bawah pohon yang rindang. Orang itu tersenyum.

“Manis…Ya, dia selalu terlihat manis,”

***






Tidak ada komentar:

Posting Komentar