Senin, 02 Mei 2011

My All is in You : Chapter 1

Chapter 1

Ia mulai menyusuri jalanan berbatu itu, terhitung sejak gadis itu turun dari mobilnya. Mungkin sudah tiga kali sebuah senyum kecil terkembang di bibir merahnya. Manik matanya yang seperti mata boneka membuat gadis itu terlihat polos, namun tetap terlihat manis. Angin yang bertiup, membuat anak-anak rambutnya keluar menyembul dari rambutnya yang ikal.

Choi Shin-Fa –nama gadis itu –telah berdiri di depan sebuah gedung yang akan menjadi tempatnya menuntut ilmu dengan tersenyum. Hari ini, Shin-Fa telah resmi menjadi bagian dari Seoul National University, tepatnya College of Law –fakultas hukum.

“Sudah lama sekali aku ingin kuliah di tempat ini dan masuk fakultas hukum. Shin-Fa, HWAITING!” serunya sambil mengepalkan tangannya keatas.

Shin-Fa kembali melangkahkan kakinya menuju pintu masuk gedung tersebut. Menurut jadwal, setengah jam lagi akan diadakan sebuah pengarahan untuk para mahasiswa baru, khususnya mahasiswa fakultas hukum di aula gedung fakultas. Meskipun masih setengah jam lagi, dengan santai Shin-Fa tetap berjalan menuju gedung.

Tinggal beberapa langkah lagi dirinya masuk kedalam gedung, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari kejauhan. Seorang pemuda yang sedang bermain dengan skateboard meluncur kearah Shin-Fa dengan cepat.

“Wiheomhae!!!”

“KYAAA!!!”

BRUUK!!

Shin-Fa tertabrak cukup keras hingga terjatuh kebawah. Barang bawaan yang sudah tersimpan rapi didalam tasnya, keluar dan berantakan semua. Badannya terasa sakit sekali efek dari tabrakan yang tidak disengaja.

“Ya, Tuhan! Mianhae! Mianhae! Kau tidak apa-apa??” pemuda itu –yang baru saja menabraknya –bertanya sambil membantu Shin-Fa untuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

“A…aku tidak apa-apa,” jawab Shin-Fa.

“Mianhae! Seharusnya aku tidak bermain skateboard disaat banyak orang seperti ini! Benar, kau tidak apa-apa?” tanyanya sekali lagi. Shin-Fa menggeleng cepat.

“Sungguh aku tidak apa-apa, kau tenang saja,” jawab Shin-Fa.

“Syukurlah kalau begitu. Ngomong-ngomong namamu siapa? Aku Eunhyuk, mahasiswa tingkat satu di fakultas hukum!” serunya antusias. Choi Shin-Fa tersentak begitu mendengar suaranya yang terbilang keras dan penuh dengan semangat.

“A…aku Choi Shin-Fa, aku juga mahasiswa tingkat satu di sana,” jawab Shin-Fa.

“Wah! Kebetulan sekali aku bertemu seseorang yang sama-sama dari tingkat satu fakultas hukum, tidak ada yang kukenal disini! Senang berkenalan denganmu, Shin-Fa! Ngomong-ngomong namamu bagus sekali!” puji Eunhyuk. Wajahnya langsung memerah begitu namanya dipuji oleh Eunhyuk. Baru kali ini Shin-Fa mendengar ada seseorang yang memuji namanya.

“Gham…ghamsahamnida,” gumamnya.

“Kau ini gadis yang sopan ya, kalau denganku kau tidak perlu memakai bahasa yang terlalu sopan, biasa saja,” kata Eunhyuk.

“Wah, sebentar lagi pengarahan akan dimulai, bagaimana kalau kita pergi ke aula bersama-sama? Kau mau tidak?” ajak Eunhyuk. Shin-Fa mengangguk.

“Kalau begitu, ayo!”

*

Ruang Aula

“Disini saja! kosong!”

Eunhyuk memilih dua bangku yang berada di posisi dua paling depan. Setidaknya meskipun dalam keadaan mengobrol, mereka masih tetap bisa mendengar pengarahan dari senior-seniornya. Eunhyuk sudah duduk duluan dengan santai, begitu sadar bahwa Shin-Fa masih berdiri, Eunhyuk menatapnya dengan tatapan heran.

“Kau ini kenapa? Kenapa tidak duduk? Ayolah! Aku tidak akan menggigitmu! Kau pikir aku ini binatang ganas?” tanya Eunhyuk dengan nada bercanda. Dengan sedikit agak canggung dan salah tingkah, Shin-Fa akhirnya duduk di samping Eunhyuk.

Tentu saja Shin-Fa merasa canggung juga salah tingkah, selama ini Shin-Fa belum pernah berada di posisi yang sangat dekat dengan laki-laki kecuali dengan ayahnya. Sejak SD sampai SMA, Shin-Fa disekolahkan di sebuah sekolah khusus perempuan. Begitu memasuki masa-masa kuliah, sepertinya ia harus terbiasa untuk dekat dengan laki-laki. Dekat dalam arti sebagai teman tentunya. Apalagi sekarang ia bertemu dan berkenalan dengan Eunhyuk, seorang laki-laki yang pertama kali ia temui dan terlebih lagi hanya Eunhyuk saja yang ia kenal.

Shin-Fa baru saja pindah ke Kota Seoul dengan ayahnya satu minggu yang lalu. Ayah dan ibunya memutuskan untuk bercerai karena merasa sudah tidak cocok lagi satu sama lain. Shin-Fa ikut pindah dengan ayahnya bukan karena ia lebih memilih ayahnya ketimbang ibu yang telah melahirkannya, tapi bagi orangtuanya pendidikan di kota Seoul lebih bagus dibandingkan daerah tempat tinggalnya yang lama. Apalagi karena ada Seoul National University, salah satu universitas terbaik di Korea Selatan, dan Shin-Fa juga ingin sekali kuliah disana. Shin-Fa pun memutuskan untuk ikut ayahnya pindah ke Kota Seoul. Ibunya tetap tinggal di rumah lamanya, tepatnya di Mokpo bersama adik laki-lakinya.

“Kau tidak perlu takut seperti itu, Shin-Fa!” seru Eunhyuk.

“Bu…bukannya aku takut…tapi selama ini aku tidak pernah dekat seperti ini dengan seorang laki-laki kecuali ayahku, sejak SD sampai SMA aku disekolahkan di sekolah khusus wanita, jadinya aku merasa…ya, kau tahu, canggung,” tutur Shin-Fa. Tiba-tiba Eunhyuk tertawa setelah mendengar penjelasan Shin-Fa.

“Kau kenapa?” tanya Shin-Fa heran.

“Kau ini lucu sekali, polos pula! Kau seperti anak kecil! Santai saja!” seru Eunhyuk sambil mengacak-acak rambut Shin-Fa. Rambut Shin-Fa yang rapi, menjadi sedikit agak berantakan.

“Ah, Eunhyuk-ssi rambutku berantakan!” serunya sambil merapikan rambut ikalnya.

“Ah, maafkan aku!”

“Sudahlah tidak apa-apa!”

Disaat menunggu para senior datang, Shin-Fa hanya bisa diam. Sedangkan Eunhyuk asyik dengan I-Pod miliknya, sesekali terdengar suara Eunhyuk yang sedang menyanyi. Shin-Fa melirik Eunhyuk, memperhatikan penampilan laki-laki itu dari atas ke bawah. Laki-laki ini…nyentrik sekali, pikirnya.

Rambutnya yang berwarna coklat tua dibuat berdiri dan sedikit berantakan. Kulitnya putih dan tidak ada jerawat yang terlihat di wajahnya. Eunhyuk memakai jaket bercappuchon berwarna hitam dengan kaos putih yang terlihat didalamnya, lengan jaketnya dilipat sampai kesiku sehingga terlihat sekali bentuk lengan bawahnya yang terbilang kurus. Selain itu, jika dilihat-lihat postur tubuhnya tergolong tinggi untuk ukuran seorang pria Korea, itu menambah nilai plus yang diberikan oleh Shin-Fa pada pandangan pertama ketika melihat laki-laki itu. Kesimpulannya, hanya satu kata. Keren.

“Kenapa kau terus memperhatikanku? Apa aku terlihat keren?” celetuk Eunhyuk tiba-tiba di depan wajah Shin-Fa. Raut wajah Shin-Fa menjadi merah, semerah kepiting rebus yang baru saja dimasak.

‘Kenapa orang ini bisa membaca pikiranku?’ batin Shin-Fa.

Beberapa menit kemudian, sekumpulan mahasiswa yang sudah dipastikan adalah senior mereka sudah berjalan masuk kedalam aula dan tampil kedepan. Suasana aula yang sebelumnya berisik, tiba-tiba menjadi sunyi karena kedatangan mereka.

“Annyeong haseyo! Perkenalkan nama saya Shin Donghee, tapi saya sering disapa Shindong!” sapa salah seorang senior berbadan gemuk yang diketahui bernama Shindong.

“Sebelumnya, saya akan memperkenalkan beberapa teman saya yang menjadi panitia dalam masa orientasi tahun ini…” Shindong mulai memperkenalkan semua mahasiswa yang ikut tampil kedepan bersamanya. Yah, diantara semuanya, hanya delapan –termasuk Shindong –yang paling mudah diingat karena mereka termasuk golongan pria tampan dan keren. Choi Siwon, Lee Sungmin, Kim Heechul, Kim Ryeowook, Yesung, Kangin,  dan Leeteuk.

“Selamat untuk semuanya yang sudah datang dan sudah hampir resmi menjadi bagian dari kami, fakultas hukum Universitas Nasional Seoul, ingat! Kalian belum sepenuhnya resmi menjadi mahasiswa sebelum melalui sebuah masa orientasi yang akan kami selenggarakan!”

Sementara itu…

“Sepertinya masa orientasi di fakultas hukum akan menjadi hal yang paling buruk buat para mahasiswa baru!” keluh Eunhyuk. Shin-Fa yang mendengarnya langsung menoleh kearah Eunhyuk.

“Memangnya kenapa?”

“Kata seseorang yang aku kenal, masa orientasi fakultas hukum adalah masa orientasi yang paling buruk dibandingkan dengan fakultas yang lain! Katanya, para mahasiswa baru akan diperintahkan untuk berlari sejauh 10 km tanpa istirahat, selain itu kita akan disuruh masuk kedalam danau yang tidak jauh dari sini dan harus menahan napas selama lima menit!” bisik Eunhyuk. Shin-Fa terkejut.

“MWO???” Ucap Shin-Fa dengan suara yang terlalu kencang sehingga orang-orang yang duduk disekitar mereka bisa mendengarnya, terutama senior yang sedang berdiri di depan.

“Hei kalian berdua!! Laki-laki berambut coklat dan gadis berambut ikal! Apa yang sedang kalian bicarakan!?” Bentak Kangin. Wajahnya yang terlihat sangar, membuat semua mahasiswa menjadi pucat dan tidak berani bergerak satu senti sekalipun

“Anio! Tidak ada, sunbae! Mianhae!!” seru Shin-Fa.

“Diam dan dengarkan!!” bentaknya sekali lagi.

“Shin-Fa! Kau ini kenapa kau berteriak?? Aku hanya bercanda!!” bisik Eunhyuk.

“Mwo? Kau bercanda? Jahat sekali kau! Seandainya kau tidak mengatakannya padaku, kita tidak akan terkena masalah seperti tadi!” bisik Shin-Fa.

“Ah, maafkan aku…itu karena kau terlihat sangat serius memperhatikan senior sedang berbicara didepan!”

“Memang seharusnya seperti itu bukan? Sudahlah, kau diam sekarang, jangan ganggu aku!”

“Tapi aku tidak tahan, Choi Shin-Fa, aku ini orang yang tidak bisa diam!” seru Eunhyuk dengan suara kerasnya.

“Hei, rambut coklat yang tidak bisa diam seperti monyet!!” Kangin kembali berteriak karena sepertinya sudah tidak tahan melihat tingkah laku Eunhyuk yang tidak bisa diam dan selalu berbicara.

“Mwo? Mereka menyebutku monyet??” tanya Eunhyuk dengan nada tidak percaya sambil menatap Shin-Fa.

“Tolong diam sebentaaar!!!”  lagi-lagi semua mahasiswa kembali dibuat pucat olehnya.

“Mianhae, Sunbae!” seru Eunhyuk yang berusaha untuk duduk dengan posisi manis.

“Senior yang bernama Kangin itu galak sekali,” gumam Shin-Fa.

“Ya memang, mungkin kita harus berhati-hati dan bertindak sopan dengan mereka, selama kita sopan mungkin kita akan baik-baik saja,” tutur Eunhyuk.

“Tapi aku masih tidak terima karena aku disebut monyet!” tambah Eunhyuk. Eunhyuk memasang tampang cemberut sambil menatap kearah depan. Laki-laki ini hiperaktif sekali, pikir Shin-Fa.

“Tidak ada yang mengobrol lagi, kan? Baiklah, karena Ketua panitia orientasi berhalangan datang, saya selaku orang yang dipercayakan akan memberikan pengarahan pada hari ini, tolong catat apa saja yang harus kalian bawa!”

*

Kantin

“Aku rasa kau akan menjadi sasaran semua senior minggu depan, terutama menjadi sasaran Kangin-sunbae,” gumam Shin-Fa. Eunhyuk yang sedang menyesap cappuchino hangatnya tiba-tiba tersedak begitu mendengar ucapan gadis itu.

“Jheongmal? Wae?”

“Karena tadi kau tidak bisa diam dan membuat keributan, Eunhyuk-ssi!”

“Aku tidak membuat keributan, aku hanya tidak bisa diam!” seru Eunhyuk.

“Justru karena kau tidak bisa diam, kau jadi membuat keributan!”

“Ah, sudahlah, berharap saja bahwa minggu depan senior-senior itu tidak akan membuat semua mahasiswa tertindas, terutama yang bernama Kangin itu, mukanya sangar sekali, seperti singa yang tidak dikasih makan berhari-hari,” gumamnya.

“Ah, Eunhyuk-ssi, aku harus pulang, aku tidak bisa lama-lama disini,” ujar Shin-Fa sambil melihat arlojinya.

“Kau sudah mau pulang? Cepat sekali, ini masih siang!”

“Tapi aku sudah janji dengan Appa untuk makan siang, Appa menungguku di restoran,”

“Mau kuantar? Kebetulan aku membawa mobil, daripada kau harus naik bus berdesak-desakkan…” tawarnya.

“Aku…tidak ingin merepotkanmu, Eunhyuk-ssi…”

“Hei, kita teman bukan? kau itu temanku, apa salahnya aku mengantarmu?” Teman? Apa benar mereka sudah menjadi teman mulai dari hari ini? Shin-Fa menggigit bibir. Akhirnya Shin-Fa menerima tawaran Eunhyuk untuk mengantarnya.

“Baiklah…” Eunhyuk tersenyum sambil memamerkan gigi putihnya.

“Baiklah! Ayo kita pergi!” seru Eunhyuk seraya merangkul bahu Shin-Fa secara tiba-tiba. Shin-Fa langsung terkejut dan mencubit tangan Eunhyuk dengan keras.

“Hei! Jangan merangkulku sembarangan!”

*

Mobil Eunhyuk sudah berhenti di depan restoran yang dituju. Shin-Fa melihat kearah jendela restoran tersebut. Ah, itu dia ayahnya! Ayahnya sudah berada di dalam, tepatnya di salah satu meja di samping jendela sambil menelepon seseorang. Mungkin rekan kerjanya. Shin-Fa segera melepas sit-belt yang terpasang di tubuhnya.

“Ghamsahamnida, Eunhyuk-ssi! Kau baik sekali,” ucap Shin-Fa sambil tersenyum.

“Cheonmaneyo, itu gunanya teman bukan?”

“Jadi kita berteman, ya?” celetuk Shin-Fa.

“Ha? Jadi daritadi kau tidak menganggapku sebagai teman?? Ya, Tuhan…kasihan sekali aku ini, aku sudah menganggapmu sebagai temanku saat pertama kali mengenalmu tadi,” keluh Eunhyuk sambil memajukan bibirnya. Shin-Fa tertawa terbahak-bahak.

“Aku hanya bercanda, Eunhyuk-ssi, jangan memasang wajah jelek seperti itu, aneh sekali wajahmu!”

“Choi Shin-Fa…kau ingin menyindirku apa menghiburku?”

“Menghibur juga menyindir mungkin? Ah, Appa sudah menunggu, sekali lagi terima kasih! Sampai ketemu minggu depan!”

Shin-Fa bergegas keluar dari mobil Eunhyuk. Dari dalam mobil, Eunhyuk melambaikan tangannya dan berteriak ‘annyeong’ pada Shin-Fa. Shin-Fa tersenyum dan membalas lambaian tangannya, kemudian gadis itu masuk ke dalam restoran dan menemui ayahnya yang sedang menelepon rekan kerjanya.

“Choi  Shin-Fa…gadis itu…lucu sekali…” gumam Eunhyuk sambil tersenyum sendiri.

Eunhyuk kembali kembali menyalakan mesin mobilnya, dan segera pergi meninggalkan restoran tersebut.

*

Seminggu kemudian…

“Hei, tebak ini siapa!!”

Shin-Fa yang sedang duduk sendirian di taman dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba menutup kedua matanya. Shin-Fa melengos.

“Sudah pasti kau, laki-laki paling hiperaktif sedunia, Eunhyuk-ssi!” jawab Shin-Fa. Eunhyuk segera melepas tangannya dan duduk disamping Shin-Fa.

“Kenapa kau sendirian saja disini?”

“Lagi ingin sendirian, kau baru datang?”

“Ne, aku baru datang, tadi aku harus mencari barang-barang yang dibawa,” jawab Eunhyuk.

“Kenapa kau tidak membereskannya tadi malam?”

“Hehe, aku malas, kemarin malam aku bermain game sampai tengah malam, lihat saja mataku, ada lingkaran hitam bukan?” seru Eunhyuk sambil menunjuk kearah matanya.

“Dasar kau ini!”


Karena terlalu lama mengobrol dan bercanda, mereka –Shin-Fa dan Eunhyuk –sampai lupa bahwa mereka harus pergi ke lapangan tepat jam delapan. Arlojinya sudah menunjukkan pukul delapan lebih sepuluh menit. Raut wajah Shin-Fa menjadi pucat seketika.

“Kenapa kau?” tanya Eunhyuk.

“Gawat, sudah jam delapan lewat!!!” seru Shin-Fa sambil memperlihatkan arlojinya pada Eunhyuk.

“Astaga!! Ayo cepat!!”

Shin-Fa dan Eunhyuk bergegas menuju tempat dikumpulkannya para mahasiswa baru, tepatnya di lapangan. Begitu sampai di lapangan,semua mata menatap mereka berdua, terutama para senior dengan tatapan sinisnya yang bisa membunuh mereka secara perlahan.

“Kenapa kalian telat? Kalian sudah tahu bukan bahwa harus berkumpul jam delapan?? Ini sudah jam berapa?? Percuma saja kau memakai arloji!!”

“Mianhae, sunbae…” gumam Shin-Fa lirih.

“Hei, Sungmin! Tidak usah galak seperti itu, kasihan mereka!”

“Buat apa dikasihani, Wookie! Kau ini terlalu lembek! Sudah lembek, wajahmu juga polos! Tidak akan ada yang takut denganmu!!” teriak Sungmin.

“Tolong jangan mengucapkan kata ‘Polos’ didepan mereka! kau mempermalukanku, Lee Sungmin!” seru Ryeowook yang disebut ‘Wookie’ oleh Sungmin.

“Kenapa kalian jadi bertengkar, hah? Lihat mereka! mereka kebingungan karena melihat seniornya bertengkar seperti orang bodoh!” Choi Siwon, laki-laki yang bisa dibilang merupakan senior yang paling tampan, mencoba untuk melerai mereka –Ryeowook dan Sungmin.

Setelah berhasil melerai mereka berdua, Siwon mendekati Shin-Fa dan Eunhyuk yang masih berdiri dengan wajah pucat karena kesangaran para senior-seniornya.

“Siapa namamu?” tanya Siwon pada Shin-Fa.

“Choi Shin-Fa,” jawabnya.

“Mwo? Kau mempunyai nama keluarga yang sama denganku! Ah, sudahlah! Dan kau? Laki-laki berambut coklat?”

“Namaku Lee Hyukjae,” mata Shin-Fa melotot kearah Eunhyuk. Sepertinya laki-laki di sebelahnya ini ingin cari mati. Bukankah namanya Eunhyuk? Kenapa dia menyebut namanya sebagai ‘Lee Hyukjae’?

“Sebenarnya kami ingin sekali menghukum kalian sekarang juga, tapi kami tidak punya hak untuk menghukum kalian karena wewenang ada ditangan ketua, dan ketua belum datang. Oleh karena itu kalian harus menunggu sampai Ketua datang, mengerti?” tutur Siwon. Shin-Fa dan Eunhyuk mengangguk.

“Hei Siwon! Kenapa kita tidak menyuruh mereka untuk bernyanyi?? Atau melawak? Sepertinya laki-laki yang seperti monyet itu punya bakat melawak yang bagus!” usul Yesung, senior yang berwajah paling datar.

“Percuma dia melawak, kalaupun melawak, kau tak akan tertawa, Jong Woon! Kau tahu, kau itu susah sekali dibuat tertawa!” jawab Siwon.

“Hei, Choi Siwon! Jangan memanggil nama asliku!!” Siwon hanya memeletkan lidahnya dan tidak memperdulikan Yesung.

“Kalian segera pergi ke barisan!” suruhnya. Shin-Fa dan Eunhyuk membungkukkan badannya, untuk menghormati seniornya itu.

“Ghamsahamnida, sunbae!”

Shin-Fa dan Eunhyuk segera pergi ke barisan yang paling belakang dan berdiri tegak seperti mahasiswa yang lain. Tiba-tiba Shin-Fa mencolek bahu Eunhyuk. Eunhyuk mulai mendekatkan dirinya pada Shin-Fa secara perlahan supaya bisa mendnegar suara gadis itu.

“Hei, kau ini mau cari mati??” bisik Shin-Fa.

“He? Apa maksudmu, Choi Shin-Fa?”

“Namamu Eunhyuk! Kenapa kau mengaku bahwa namamu adalah Lee Hyukjae??”

Eunhyuk menahan tawa karena takut dimarahi atau hukumannya diperberat oleh seniornya. Shin-Fa menatap laki-laki itu dengan heran. Kenapa dia tertawa? Pikirnya.

“Kenapa kau tertawa? Memangnya ada yang lucu??”

“Aku lupa memberitahumu, Shin-Fa, namaku memang Lee Hyukjae,” ujar Eunhyuk.

“Terus…nama Eunhyuk itu? Ya, Tuhan aku sama sekali tidak mengerti, tolong jangan bercanda!”

“Itu nama…kerenku, aku tidak mau disamakan dengan comedian yang bernama sama denganku , Lee Hyukjae yang itu! lebih baik aku memakai nama kerenku saja!”

“Kau ini selalu penuh dengan kejutan, Lee Hyukjae!” Shin-Fa tertawa kecil.

“Hei, jangan memanggilku Lee Hyukjae!!” bisik Eunhyuk.

“Choi Shin-Fa! Lee Hyukjae!! Maju kalian!!”

Mereka berdua tersentak begitu nama mereka dipanggil. Shin-Fa dan Eunhyuk maju ke depan untuk menghadap seniornya.

“Saatnya dua orang ini mendapat hukuman karena keterlambatan mereka…” gumam Ryeowook sembari lewat di hadapan mereka. Shin-Fa dan Eunhyuk hanya menatap dengan wajah datar saja ketika seniornya yang satu ini lewat dengan wajah polosnya.

“Ryeowook-sunbae itu benar-benar polos apa hanya tampangnya saja yang terlihat polos??” bisik Eunhyuk pada Shin-Fa. Shin-Fa menggelengkan kepalanya.

Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari kejauhan, seorang pemuda dengan mata tajamnya menatap semua mahasiswa baru, terutama Shin-Fa dan Eunhyuk yang sangat mencolok karena berdiri paling depan.

“Akhirnya Ketua datang juga, kau harus tahu dua orang ini harus dihukum karena mereka telat datang,” ujar Sungmin sambil melipat tangannya di dada. Secara perlahan, laki-laki selalu dipanggil dengan sebutan ‘Ketua’ itu berjalan menuju Shin-Fa juga Eunhyuk.

Shin-Fa tidak berani menatap laki-laki yang sudah berdiri di depannya itu. Tatapan matanya yang sangat tajam membuat Shin-Fa semakin ketakutan. Raut wajahnya pun juga semakin pucat.

“Siapa namamu?” tanyanya.

“Choi…Choi Shin-Fa…” gumam Shin-Fa dengan keadaan masih menundukkan kepalanya.

“APA KAU TIDAK PERNAH DIAJARKAN OLEH ORANG TUAMU?? KAU HARUS MENATAP LAWAN BICARAMU JIKA DIA SEDANG BICARAA!!” laki-laki itu tiba-tiba berteriak tepat di telinga Shin-Fa. Teriakkannya yang keras membuat semua diam dan sunyi.

“Ouch, jiwa evilnya mulai keluar…” gumam Shindong kepada teman-temannya.

“Mianhae, Sunbae jika saya lancang, tapi apakah kau tidak bisa bicara baik-baik dengannya? Kau lihat sendiri, wajahnya sudah ketakutan,” tiba-tiba Eunhyuk menyela dengan mudahnya. Alhasil, pemuda itu segera menatap Eunhyuk dengan tajam.

“Berani sekali kau memotong pembicaraanku dengan gadis ini…” gumamnya sambil tertawa sinis.

“Aku berani karena aku merasa kasihan padanya, apa kau tidak merasa kasihan padanya?”

“Kau mau membelanya?? Wah, beruntung sekali gadis ini mempunyai pahlawan seperti kau! Hei, Siwon, Kangin! Bawa laki-laki ini! Terserah kalian saja mau kalian apakan dia!” suruhnya.

“Oke!” Siwon dan Kangin segera membawa Eunhyuk entah kemana bersama Sungmin, Ryeowook, juga Yesung. Semua orang tidak bisa memprediksikan apa yang akan terjadi dengan Eunhyuk. Hanya satu yang sepertinya mereka pikirkan, mungkin Eunhyuk tidak akan kembali dengan selamat.

“Heechul! Leeteuk! Shindong! Bawa mereka semua bersama yang lain untuk kegiatan selanjutnya!!” tambahnya.

“Lalu kau dan gadis itu?” tanya Leeteuk.

“Aku?” Laki-laki itu mengeluarkan senyum jahatnya. Tiba-tiba ia menarik tangan Shin-Fa supaya dirinya bisa lebih dekat, sedangkan salah satu tangannya memegang dagu kecil Shin-Fa.

“Aku akan bersenang-senang dulu dengan gadis ini, kami akan menyusul sepuluh menit lagi!”

Shin-Fa semakin ketakutan dan hampir menangis begitu melihat tatapannya yang tajam dan menusuk.

“Aku, Cho Kyuhyun, akan membuat harimu semakin menyenangkan dan tak akan pernah kau lupakan semudah itu…Choi Shin-Fa…”

*

*histeris* asli sumpah gue histeris banget bikin ini cerita. tapi ini kayaknya agak ancur ya -.-'
oya sedikit cerita, cerita ini merupakan project gue, kak mely juga anind, awalnya request-an kak mely haha
ceritanya udah didiskusiin kemaren sampe jam setengah satu malem

gue nggak bisa ngebayangin kalo mereka ntar jadi senior gue pas ospek nanti, meskipun galak-galak tapi ganteng *plak* oke gue mulai ngayal -.-

jangan hanya jadi silent reader ya, bolehlah komen dikit hehe
terima kasih ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar