Jumat, 24 Juni 2011

My All is in You : Chapter 12

Chapter 12

Pertengahan musim panas

“Pabo, pabo, pabo, pabo…”

Eunhyuk terus merutuki dirinya sendiri selama di dalam mobil. Pikirannya kali ini tidak sejalan dengan gerak tubuhnya. Tak hanya terus merutuki dirinya, sesekali ia terus menepuk-nepuk dahinya atau memukul kepalanya.

Pagi ini, awalnya ia hanya ingin berkeliling-keliling menggunakan mobilnya. Lumayan untuk membuat mesin mobil menjadi panas, supaya mesinnya tidak cepat rusak. Dan tanpa sadar mobilnya melaju pelan kearah rumah Shin-Fa. Sekarang ia hanya bisa terus menggerutu di sepanjang jalan besar menuju rumah gadis itu yang hanya berjarak beberapa meter lagi dari tempatnya sekarang. Dengan terpaksa ia meneruskan laju mobilnya, ia memutuskan hanya lewat saja, tidak mampir kerumahnya.

Begitu melewati depan rumah Shin-Fa, mata laki-laki itu melebar ketika melihat Shin-Fa sedang mencuci mobil ayahnya di garasi rumah. Eunhyuk langsung menginjak rem dengan keras dan menepikan mobilnya tak jauh dari rumah Shin-Fa. Eunhyuk membuka kaca mobil dan mulai bercermin di spion mobil. Ia merapihkan rambutnya, memastikan penampilannya apakah terlihat rapi atau tidak. Beberapa detik kemudian, ia kembali merutuki dirinya sendiri.

“Aigoo!! Lee Hyukjae, kau itu tampan, tapi kau sangat bodoh, kenapa kau harus seperti ini hanya untuk bertemu dengannya saja?” rutuknya dengan suara yang terdengar seperti bisikan.

Pikirannya semakin aneh. Eunhyuk sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan rasa cintanya pada Shin-Fa, tapi sepertinya sulit sekali untuk dilakukannya dengan pikiran yang tidak pernah sejalan dengan batinnya. Pikiran berkata tidak, namun batin berkata iya. Eunhyuk masih kebingungan, lebih baik mampir sebentar apa terus jalan saja. Ia mendesah pelan, setelah itu Eunhyuk melepas sabuk pengaman yang masih melingkar di badannya lalu keluar dari dalam mobil.

“Sudah terlanjur! Lanjutkan saja! datang hanya sebatas teman tidak ada salahnya!” gumamnya.

Eunhyuk mengintip dari balik tembok pagar rumah Shin-Fa. Gadis itu sedang memegang selang sambil mengosok-gosokkan spons busa ke mobil dengan tangan yang lain. Shin-Fa terlihat sangat kelelahan, wajah dan pakaian yang dikenakannya basah, tidak tahu karena terkena air atau pori-pori wajahnya yang mengeluarkan keringat. Tiba-tiba, sebuah ide terlintas di pikirannya.  Kebetulan sekali gadis itu membelakangi pintu pagar sehingga tidak sadar jika Eunhyuk ada di balik tembok pagarnya. Laki-laki itu mengendap-endap dengan pelan tanpa menimbulkan suara. Eunhyuk langsung menepuk bahunya dan menyapa dengan suara keras.

“Annyeong, Choi Shin-Fa!!!”

Gadis itu terkejut dan tanpa sengaja ketika berbalik selang air yang dipegangnya langsung diarahkan ke wajah Eunhyuk.

“KYAAA!!!”

“Aigoo!!! Matikan airnya! Matikan airnya!!” seru Eunhyuk.

Shin-Fa langsung melempar selangnya ke bawah. Gadis itu tersenyum lebar dengan barisan gigi putihnya. Eunhyuk langsung mengusap wajahnya yang basah dengan tangannya. Untung saja ia memakai jaket, setidaknya kaos yang dipakainya tidak begitu basah.

“Ah, mianhae, Eunhyuk-ah!!”

“Shin-Fa…seperti inikah caramu menyambut seorang tamu? Menyiramnya dengan air?” tanya dengan mata mendelik kearah Shin-Fa.

“Ini salahmu sendiri, kenapa kau tiba-tiba menepuk bahuku disaat aku tidak sadar kalau kau ada di belakangku!”

“Aku baru saja menata rambutku tadi pagi, sekarang basah terkena air!”

“Kau duduk saja di teras rumah, aku akan mengambilkanmu handuk!”

Shin-Fa segera berlari masuk ke dalam rumahnya dengan cepat. Tiba-tiba Eunhyuk tertawa kecil jika mengingat kejadian yang baru saja terjadi beberapa menit yang lalu. Shin-Fa memang terlihat lucu disaat panik. Apalagi ditambah dengan senyuman lebar yang memperlihat barisan gigi putihnya yang rapi dan teratur, menambah kesan manis di dirinya. Eunhyuk duduk di kursi yang berada di teras rumah Shin-Fa. Tak lama kemudian, gadis itu keluar dan memberikan handuk pada Eunhyuk. Eunhyuk mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk itu.

“Kau kelihatan rapi sekali, kau mau kemana?” tanya Shin-Fa.

“Aku hanya sedang berkeliling saja dengan mobil,” jawabnya.

“Berkeliling saja? tapi kenapa harus lewat rumahku? Bukankah rumahku jauh dari rumahmu?”

Aish…gadis ini pintar sekali…pikirnya. Eunhyuk mulai kebingungan mencari jawaban yang tepat. Tidak mungkin jika dirinya menjawab kalau ia tidak sadar mobilnya sudah melaju kearah rumah Shin-Fa. Ah, ia baru ingat jika nanti siang ia ada janji dengan Yuri di Itaewon untuk menemaninya membeli hadiah.

“Ah! Sebenarnya tidak hanya berkeliling saja, tapi nanti siang aku ada janji dengan Yuri untuk menemaninya membeli hadiah di Itaewon!”

“Tapi Itaewon itu jauh dari rumahku, kenapa kau tidak berkeliling saja di Seoul, setidaknya pemandangan disana lebih bagus daripada jalanan rumahku,” kata gadis itu sambil menggerak-gerakkan kedua kakinya.

DUGH!

Eunhyuk merasa seperti ada sebongkah batu besar mendarat tepat diatas kepalanya. Gadis itu memang sangat pintar menganalisis, tidak heran jika setiap kuis ia mendapat nilai bagus dan hampir sempurna. Tidak seperti dirinya, mendapat nilai pas-pasan saja sudah bersyukur. Eunhyuk sudah tidak bisa mengelak lagi, ia hanya diam dengan pandangan kearah lain.

“Eunhyuk-ah…”

“Ne?”

“Bagaimana hubunganmu dengan Yuri?”

“Hm…baik, sampai saat ini kami belum pernah berselisih satu sama lain, aku selalu berusaha untuk mengerti dirinya, ” jawabnya asal.

“Ooh, begitu…”

“Kau sendiri dengan Kyuhyun-sunbae?”

“Dia…baik sekali…ia bisa membuatku merasa nyaman saat disampingnya,” jawab Shin-Fa singkat. Eunhyuk memandang gadis itu dalam diam. Tiba-tiba ia ingin sekali bertanya pada Shin-Fa karena ia merasa aneh dengan jawaban Shin-Fa.

“Mianhae jika aku lancang, tapi apa karena dia baik dan kau nyaman saja?” tanya Eunhyuk.

“Apa maksudmu?”

“Kau menjalankan hubunganmu dengan Kyuhyun-sunbae hanya karena dia baik dan kau nyaman di sampingnya? Tidak ada alasan yang lain?”

“Ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? aku tidak mengerti…”

“Kalau kau menerimanya hanya karena dia baik dan kau nyaman bersamanya, bukankah itu berarti hubungan diantara kau dan dia hanya cinta sepihak saja?”

“Ya! Bukankah dulu kau yang menyuruhku untuk menerima Kyuhyun Oppa? dan sekarang sudah kulakukan!”

“Berarti…kau sebenarnya terpaksa menerima Sunbae?”

“Eunhyuk-ah…kau…”

“Saat kau mulai bercerita padaku dulu, kukira kau memang benar-benar menyukainya! karena saat bercerita wajahmu kelihatan antusias dan berseri-seri! tak heran jika aku menyuruhmu untuk menerima cintanya!”

“Eunhyuk-ah! Kau seperti sedang menyudutkanku!” Emosi Shin-Fa mulai naik.

“Aku tidak sedang menyudutkanmu! Tapi justru kau sendiri yang merasa tersudut karena aku!” balas Eunhyuk.

“Kau tahu begitu aku mendengar jawabanmu tadi, pikiranku mulai berubah tentang hubungan kalian berdua…dan boleh aku tanya satu hal lagi padamu?” lanjutnya dengan lembut dan emosi yang mulai mereda. Shin-Fa menatap Eunhyuk dengan kesal.

“Apakah kau pernah berkata padanya jika kau mencintainya? Walau hanya sekali saja?”

Badan Shin-Fa mulai kaku. Kali ini ia tidak bisa menjawab pertanyaan Eunhyuk. Baginya pertanyaan tersebut terasa sangat menusuk. Eunhyuk menghela napas, dan sepertinya ia tidak butuh jawaban tersebut. Itu bukan urusannya, buat apa ia harus tahu. Eunhyuk tersenyum simpul. Kemudian ia mengembalikan handuk basah itu pada pemiliknya. 

“Lebih baik sekarang kau pikirkan baik-baik tentang hubunganmu itu, daripada kau dan Sunbae merasa sakit karena cinta sepihak…aku pulang…”

Setelah laki-laki itu pergi, Shin-Fa langsung masuk kedalam rumahnya dan menutup pintu dengan keras.

*

“ARRRGHHH!!! Kau benar-benar bodoh!!!” Eunhyuk terus mengerang kesal di dalam mobil. Kepalanya langsung dijatuhkan ke kemudi setirnya. Ia bingung harus memasang tampang seperti apa jika ia bertemu dengan gadis itu hari Senin nanti. Eunhyuk mulai berpikir jika hubungan pertemanannya dengan Shin-Fa akan semakin buruk karena pikirannya yang keluar begitu saja dari mulutnya.

Kemudian Eunhyuk diam sejenak dan kembali mengingat ucapan asalnya yang keluar tanpa pikir panjang tadi, apa yang dikatakannya ada benarnya juga. Menjalankan cinta sepihak itu hanya akan menyakitkan kedua belah pihak. Lagipula alasan yang Shin-Fa berikan tidak sepenuhnya bisa diterima oleh akal sehat. Hanya karena baik, berteman saja pun bisa, tidak harus berpacaran bukan? Yah, setidaknya gadis itu bisa berpikir baik-baik tentang hubungannya.

Ternyata ia memang tidak bisa melupakan rasa cintanya pada Shin-Fa. Perasaannya sudah terlalu besar dan sulit untuk ditekan.

Eunhyuk menyalakan mesin mobilnya lalu memacu kecepatan mobilnya dengan cepat menuju rumahnya untuk berganti baju.

*

“Eunhyuk-ah!!”

Eunhyuk tersentak ketika Yuri memanggilnya dengan nada kesal. Yuri memandang Eunhyuk dengan kesal karena sedaritadi ucapannya tidak diperdulikan.

“Ada apa, Yuri?”

“Kau melamun?”

“A…anio…”

“Kalau begitu, apa kau mendengar ucapanku tadi?

“Ng…anio…”

“Aish…sudah kuduga!” gerutunya sambil mengaduk-aduk makanan dengan asal.

“Yuri…” panggil Eunhyuk pelan.

“Apa?”

“Sampai kapan kita seperti ini? Mianhae…kupikir dengan berpacaran denganmu aku bisa melupakan perasaanku pada Shin-Fa…tapi…”

BRAAK!!

Eunhyuk tersentak ketika Yuri menggebrak meja dengan kuat. Tak hanya Eunhyuk saja yang terkejut, para pengunjung lain yang sedang menyantap makan siangnya juga terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya kearah meja mereka berdua.

“Kau mau memutuskanku?”

“A…aku…”

“Kau bilang padaku kau akan melupakan gadis itu dan mencoba untuk mencintaiku, dan sekarang kau berubah pikiran?”

“Yuri…melupakan perasaanku padanya sangat sulit!”

“Terserah apa katamu saja!!” Yuri meraih tas tangannya dan plastik yang berisikan hadiah. Yuri meninggalkan Eunhyuk sendirian di dalam restaurant. Tanpa pikir panjang lagi, Eunhyuk langsung bangkit dari duduknya dan mengejar gadis itu.

“Yuri!!”

Secepat apapun gadis itu berlari, tetap saja Eunhyuk bisa menyusulnya. Eunhyuk langsung menarik tangannya dengan kuat.

“Ya! Kwon Yuri! Dengarkan aku dulu!”

“Apa? Dengar kalau kau lebih memilihnya dibanding aku?” bentaknya dengan suara parau. Gadis itu hampir menangis. Ia takut Eunhyuk memutuskannya. Ia takut kehilangan laki-laki itu karena lebih memilih Shin-Fa dibanding dengannya.

“Bukan! begini saja…baiklah kita tetap jalani hubungan ini, tapi aku tidak tahu sampai kapan ini akan bertahan…aku akan terus mencoba untuk melupakannya dan mencoba untuk mencintaimu…percayalah padaku…” gumamnya lirih. Yuri hanya diam saja. Tak lama kemudian, Eunhyuk menarik kepala Yuri dan membenamkannya di dalam dekapannya.

“Mianhae…”

Disaat memeluk Yuri, Eunhyuk kembali teringat dengan pernyataan Yuri padanya dipantai. Saat ia patah hati karena melihat Shin-Fa dipeluk oleh Kyuhyun di pinggir pantai sore itu.

-Flashback-

“Aku menyukaimu…”

“Yuri…”

“Ah, lebih tepatnya aku mencintaimu, Eunhyuk-ah…”

Yuri menyukainya. Yuri menyukainya. Kata-kata itu terus terekam di otaknya. Semakin sering terngiang-ngiang, Eunhyuk semakin salah tingkah. Untuk pertama kalinya ada seorang yeoja yang menyatakan cinta padanya.

“Yuri…aku…aku…”

“Jadilah pacarku! Aku tidak akan mengecewakanmu sedikitpun!”

“Mianhae…aku tidak bisa menerimamu. Aku…”

“Ne, aku tahu. Kau mencintai Shin-Fa bukan?”

“Ne…”

“Tapi kau lihat sendiri! Shin-Fa lebih memilih Kyuhyun sunbae dibanding kau! Lantas apa yang akan kau lakukan?”

“Menunggunya mungkin…”

“Menunggu itu sangat menyakitkan! Daripada menunggu hal yang tidak jelas, lebih baik kau lupakan saja Shin-Fa! Aku yakin mereka akan bertahan lama. Cobalah kau berpacaran denganku dan coba untuk mencintaiku…kau akan melupakan perasaanmu pada Shin-Fa secara perlahan…”

“Tapi…”

“Eunhyuk-ah…aku gila karena kau…kumohon…aku akan melakukan apa saja untukmu…”

“Yuri…”

“Sepertinya kau butuh waktu, baiklah kuberi kau waktu sekitar…” dengan cepat Eunhyuk membekap mulut Yuri.

“Baiklah! Aku akan coba untuk berpacaran denganmu…mungkin kau benar, aku harus melupakannya. Aku akan mencoba untuk mencintaimu, mungkin akan memakan waktu lama…”

-Flashbackend-

“Mianhae, Yuri jika aku menyakitimu…”

Yuri tidak menjawab, ia terus menangis di pelukan laki-laki itu.


*

Keesokan harinya

“Nah! Sudah selesai!” Kyuhyun mengusap keringat yang bercucuran di wajahnya dengan tangan yang kotor karena tanah. Wajahnya pun menjadi kotor belepotan tanah.

“Oppa! pakailah handuk! Jangan usap keringatmu dengan tangan yang kotor, lihat wajahmu yang sekarang!” Shin-Fa tertawa dengan tangan yang tertunjuk kearah wajah Kyuhyun.

“Sini wajahmu! Supaya wajahmu juga kotor!!” Kyuhyun mencubit kedua pipi Shin-Fa dengan cepat dan mengusapkan tangannya ke wajah Shin-Fa. Shin-Fa juga tak kalah kotornya dengan Kyuhyun.

“Oppa!! kotor!!” rontanya.

“Supaya sama denganku!” Kyuhyun terkekeh.

“Bibit mawar putihnya sudah semuanya ditanam, bukan?” tanya Shin-Fa.

“Ne, sekarang tinggal diberi pupuk dan disiram!”

Kyuhyun mengambil sekantong pupuk yang ada di sampingnya lalu dipupukinya tanah yang baru saja ditanam bibit-bibit mawar putih. Sementara itu, Shin-Fa mengambil selang air dan membawanya ke taman. Setelah dipupuki, Shin-Fa langsung menyiramnya dengan wajah yang berseri-seri.

“Tumbuhlah dengan cepat!” serunya.

“Sekarang rumahmu akan dipenuhi dengan mawar putih!”

“Ne, seperti rumahku yang dulu! Rumahku yang ada di Mokpo di penuhi dengan mawar putih, tapi selalu saja dipetik oleh adikku untuk diberikan ke yeoja-chingu-nya!” Shin-Fa memajukan bibirnya.

“Wah, adikmu keren juga, haha! Aku jadi ingin sekali bertemu dengannya!”

“Aku juga, aku sangat merindukannya…”

“Kalau begitu, liburan musim panas ini bagaimana jika kita pergi ke Mokpo?”

“Jinja?” Kyuhyun mengangguk.

“Tapi…jika kau merasa risih karena hanya berdua, ajak saja Jessica dan yang lain,”

“Baiklah! Oppa, ayo kita masuk. Aku membuat kue tadi pagi,”

“Oya? Kebetulan perutku lapar! Kajja!”

*

“Nona, ada yang perlu dibantu?” Bibi Kim menawarkan bantuan pada Shin-Fa yang sedang memotong kue buatannya di dapur. Shin-Fa melempar senyum lalu menggeleng pelan.

“Tidak usah Bibi Kim, aku bisa sendiri,” jawab Shin-Fa.

“Baiklah.”

“Lebih baik sekarang kau pikirkan baik-baik tentang hubunganmu itu, daripada kau dan Sunbae merasa sakit karena cinta sepihak…”

Pikiran Shin-Fa masih dipenuhi dengan ucapan Eunhyuk tempo hari. Cinta sepihak, sepertinya laki-laki itu memang benar. Shin-Fa dan Kyuhyun mengalami cinta dari satu pihak saja. Sampai saat ini meskipun sudah lama menjalin hubungan dengan seniornya itu, ia sama sekali belum pernah mengatakan kalau ia mencintainya. Bukannya belum berani, tapi ia memang belum mencintai laki-laki itu. Sekeras apapun mencoba, tetap saja rasa itu belum muncul meskipun hanya sedikit. Pikirannya tidak tertuju pada satu orang, melainkan dua orang.

“Lama sekali…aku lapar…”

Shin-Fa terkejut ketika terdengar sebuah suara berbisik ditelinganya. Shin-Fa menoleh kebelakang, Kyuhyun sudah berdiri dibelakangnya dengan sangat dekat.

“Oppa! kau mengagetkanku saja! tunggu sebentar…”

“Baiklah…aku akan menunggu di meja makan,” Kyuhyun pergi meninggalkan Shin-Fa dan pergi ke meja makan.

Setelah selesai memotong kuenya, Shin-Fa membawa piring yang berisikan kue ke meja makan. Shin-Fa duduk di samping Kyuhyun dan menggeser piring kuenya ke depan Kyuhyun.

“Ini benar buatanmu? Enak sekali!”

“Gomawo, Oppa…”

Disaat Kyuhyun sedang melahap kue buatan Shin-Fa. Shin-Fa mengetuk-ngetuk jarinya ke meja sambil berpikir. Gadis itu ingin sekali bertanya mengenai hubungan mereka.

“Oppa…”

“Ne?”

Baru ingin bertanya, tapi tiba-tiba ia mengurungkan niatnya dan hanya melempar senyum.

“Ah, tidak apa-apa…” Kyuhyun mengangkat bahu sekilas dan kembali memakan kuenya.

*

“Shin-Fa, aku pulang ya…besok kujemput…” pamit Kyuhyun.

“Oppa…”

“Ada apa?”

“Ada yang ingin kubicarakan denganmu?”

“Apa?”

Shin-Fa terdiam sebentar. Ia bingung harus memulai darimana. Takut Kyuhyun akan memarahinya.

“Shin-Fa? apa? kenapa kau diam saja? bukankah ada yang ingin kau bicarakan?”

“Ah, aku lupa…” katanya tanpa pikir panjang.

“Aigoo…kau baru 19 tahun tapi sudah pikun, kau seperti halmeoni-ku saja!” Kyuhyun mensentil dahi Shin-Fa.

“Aku pulang ya…” Setelah masuk ke dalam mobil Audi hitamnya, Kyuhyun membuka kaca mobil lalu melambaikan tangan pada Shin-Fa. Shin-Fa membalas lambaian tangannya sampai mobil tersebut sudah tidak terlihat lagi.

“Akhirnya aku tidak bisa mengatakannya…” gumamnya.

*

Sepanjang hari, Eunhyuk lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan daripada menghadiri kelas. Ia duduk di meja yang berada di samping jendela. Eunhyuk duduk termangu-mangu memandang sebuah buku tebal dengan tulisan kecil-kecil di depan matanya. Baru sebentar membaca, ia langsung menguap. Laki-laki itu memang tidak suka membaca buku, sekalipun ingin membaca, ia hanya bisa membaca buku komik yang menampilkan lebih banyak gambar dibanding tulisan. Tugas dari Park Songsaenim memang sangat menguras otak.

Awalnya ia ingin meminta bantuan Shin-Fa, tapi tiba-tiba pikirannya kembali melayang ke dua hari yang lalu saat ia mengucapkan serangkaian kalimat tanpa pikir panjang. Eunhyuk menghela napas panjang, lalu menjatuhkan kepalanya keatas buku tebal itu.

“Pabo sekali aku…”

Hari ini ia sama sekali belum bertemu Shin-Fa, melihat sosok gadis itu pun tidak. Yah, setidaknya ia tidak perlu kebingungan untuk memasang ekspresi apa saat bertemu dengannya, tapi tetap saja rasanya seperti ada kurang kalau tidak melihat gadis itu.

“Shin-Fa…lagi apa ya?” gumamnya.

“Bounce to you, bounce to you nae gaseumeun neol hyanghae jabil sudo eobseul mankeum ddwigo itneungeol…”

Ponselnya yang tiba-tiba berbunyi, serentak para mahasiswa yang berada di ruangan tersebut langsung menatap melotot pada Eunhyuk dan menyuruhnya untuk mematikan ponselnya. Tak hanya para mahasiswa, sang penjaga perpustakaan juga melakukan hal sama. Eunhyuk hanya bisa mengucapkan kata ‘maaf’ berkali-kali pada mereka dengan senyum lebar yang memamerkan gusi juga gigi putihnya.
Eunhyuk mengangkat teleponnya dan berbicara pelan.

“Yuri! kenapa kau meneleponku? Aku sedang di perpustakaan!” serunya dengan suara kecil.

“Aku hanya ingin mendengar suaramu!”

“Tapi tidak sekarang!”

“Sebentar lagi waktunya makan siang, bagaimana kalau kita ke kantin?”

“Aku tidak bisa! Aku harus mengerjakan tugas!”

“Tapi…”

“Ya!! Yuri! tolong mengerti keadaanku sekarang!” tanpa sadar suaranya mulai meninggi dan keras.

“SSST!!!”

Eunhyuk lagi-lagi mengucapkan kata ‘maaf’ kepada mereka yang merasa terganggu.

“Dengar, aku ada tugas dan aku tidak bisa makan siang denganmu! Tolong jangan memaksa!” Eunhyuk langsung memutuskan pembicaraannya dengan Yuri.

“Menyebalkan!” decaknya sambil melempar ponselnya ke dalam tas.

Ia bangkit dari duduknya dan pergi menuju rak buku untuk mengambil buku tentang hukum-hukum internasional. Eunhyuk terus mencari-cari buku yang tepat untuk dijadikan referensi tugasnya. Tak lama kemudian, ia menemukan sebuah buku yang sesuai dan bisa dijadikan referensi. Disaat Eunhyuk mau mengambil bukunya, tangannya tak sengaja menyentuh sebuah tangan yang ternyata juga ingin mengambil buku yang sama. Eunhyuk menoleh kesamping. Matanya melebar begitu melihat sosok gadis yang disampingnya. Begitu juga Shin-Fa –gadis tersebut-, tangannya yang sudah memegang buku terlebih dahulu tiba-tiba melepas pegangannya sehingga buku tersebut langsung jatuh dan menghantam kaki Eunhyuk dengan keras.

“ADUH!!” Ringisnya.

“Aaa! Eunhyuk-ah! Mianhae! Aku tidak sengaja!!” serunya panik.

“Ah, gwenchana-yo…” jawabnya dengan suara yang mengerang karena menahan sakit.

Eunhyuk duduk di bawah lantai dengan menyandarkan punggungnya ke rak buku yang ada di belakangnya. Ia memegang kaki yang tadi baru saja dihantam buku tebal dengan keras. Shin-Fa langsung duduk disampingnya, memasang wajah bersalah pada Eunhyuk.

“Eunhyuk-ah…mianhae, aku tidak sengaja…”

“Tidak apa-apa, tenang saja…” jawabnya.

Tak lama kemudian, Shin-Fa kembali mengucapkan ‘mianhae’ berkali-kali pada Eunhyuk sampai ia hilang kesabaran dan sudah muak mendengarnya. Ia langsung membekap mulut Shin-Fa dengan cepat agar tidak terus-terusan minta maaf.

“Kalau kau mengucapkannya lagi kubunuh kau!”

Shin-Fa mengangguk cepat dan tidak berbicara lagi.

“Shin-Fa…” Eunhyuk memanggilnya.

“Ne?”

“Kau tidak marah padaku?”

“Ha? buat apa aku marah? Bukankah aku yang salah karena sudah menjatuhkan buku tebal itu di kakimu? Mianha…” lagi-lagi gadis itu akan mengucapkan ‘mianhae’. Eunhyuk langsung menyela ucapannya.

“Ya!! berhenti mengucapkan ‘mianhae’! belum-belum aku sudah bosan mendengarnya! Bukan itu maksudku, Choi Shin-Fa! tapi tentang ucapanku waktu itu…tentang…hubunganmu,”

Shin-Fa mendesah, lalu ia memeluk kedua kakinya dengan erat.

“Aku tidak marah…justru itu membuatku berpikir. Kau mengatakan sebuah pertanyaan yang tepat, selama ini aku memang belum pernah mengatakan padanya jika aku mencintainya. Aku…masih ragu dengan hatiku sendiri…”

“Maksudmu?”

“Aku selalu berusaha mencoba untuk terus ‘melihat’nya dan menempatkan Oppa sebagai namja nomor satu di hati juga pikiranku…tapi rasanya sulit sekali…pikiranku seperti dibayang-bayangi oleh sesuatu yang membuatku terhambat untuk menomorsatukan Oppa…”

“Jadi sekarang…apa kau mencintainya?”

“Aku…tidak tahu…kuakui aku bukan pacar yang baik. Bukannya memikirkan Oppa, aku malah memikirkan orang lain…”

“Mwo? Nugu?” Eunhyuk mulai penasaran. Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan frekuensi yang cukup cepat seperti habis melakukan olahraga. Gadis itu menatapnya lekat-lekat, tatapannya membuat Eunhyuk tidak bisa mengalihkan matanya kearah lain.

“Wae? Kenapa kau menatapku seperti itu? Mengerikan sekali…” gumam Eunhyuk asal.

“Aku memikirkan…” belum sempat menyelesaikan ucapannya, sang penjaga perpustakaan tiba-tiba berteriak dengan keras mengejutkan mereka berdua yang berada di dalam keadaan serius.

“YA!! APA YANG KALIAN LAKUKAN DISINI! JIKA INGIN MEMADU KASIH, PERGILAH KE TAMAN!!” Teriakannya mengagetkan semua mahasiswa yang berada di perpustakaan terutama Eunhyuk dan Shin-Fa. Mereka berdua langsung cepat-cepat berdiri dan meminta maaf.

“Mianhae, songsaenim!! Kami akan segera pergi!” ujar Eunhyuk. Ia langsung menarik tangan Shin-Fa dan membawanya keluar perpustakaan.

Setelah keluar dari perpustakaan, mereka bisa bernapas lega. Setidaknya mereka tidak akan melihat aura hitam yang sebentar lagi akan keluar dan mulai menyebar di ruang perpustakaan. Yoon Songsaenim memang dikenal sebagai yeoja paling sensitif di gedung fakultas hukum ketika melihat dua orang yang berbeda jenis sedang berduaan. Mungkin karena di umurnya yang hampir 35 tahun, ia belum menikah.

“Shin-Fa…teruskan yang tadi!” Shin-Fa tersentak.

“Ha? apa? teruskan yang mana?”

“Kau memikirkan siapa?”

Gawat! Batinnya. Shin-Fa merasa bodoh sekali sekarang. Tanpa pikir panjang, tadi ia hampir mengucapkan kalimat yang harusnya tidak ia katakan. Untung saja Yoon Songsaenim datang memotong pembicaraan mereka. Kalau tidak, mungkin Shin-Fa sudah melancarkan bunuh diri di tempat karena hampir menjawab ‘aku memikirkanmu’.

“Halo…Choi Shin-Fa! jangan buat aku menunggu!”

“Aku…aku memikirkan…” Tiba-tiba ia teringat dengan pembicaraannya dengan Kyuhyun tentang liburan musim panas nanti di Mokpo.

“Aku memikirkan Mokpo!” jawabnya asal.

“Ha? Mokpo? Buat apa kau memikirkan Mokpo?” Eunhyuk memandangnya heran. Sepertinya Shin-Fa sudah mulai gila karena tugas Park Songsaenim, pikirnya.

“Ma…maksudku! Aku memikirkan tentang rencana liburan musim panas nanti, aku dan Oppa berencana untuk liburan di Mokpo. Kami ingin mengajakmu, Yuri, Sica, dan Donghae-ya. Lebih baik kalau beramai-ramai, bukan?” Shin-Fa tersenyum lebar.

“Mokpo? Tidak apa-apa jika kami ikut? Aku takut kami berempat akan menganggu kalian berdua,”

“Tenang saja! Oppa sendiri yang menawarkan…nanti kita akan menginap di rumah lamaku. Memang tidak terlalu besar, tapi nyaman.”

“Hmm…baiklah!”

Shin-Fa bernapas lega karena Eunhyuk tidak membahas tentang ucapannya tadi diperpustakaan. Kemudian Shin-Fa berpikir sejenak, alangkah baiknya jika ia pergi menghindar dari laki-laki itu, berancang-ancang siapa tahu Eunhyuk akan kembali bertanya.

“Eunhyuk-ah! Aku duluan ya! Annyeong!!” Shin-Fa langsung berlari cepat meninggalkan Eunhyuk.

“Ya!!! Shin-Fa!!”

 Setelah merasa cukup jauh dari tempat pertama, Shin-Fa berhenti dan mulai mengatur napasnya yang terengah-engah akibat berlari cukup kencang.

“Choi Shin-Fa! kau pabo!” Shin-Fa terus memukul-mukul kepalanya secara bertubi-tubi.

“Kenapa aku bisa hampir berkata seperti itu…apa jangan-jangan…” ucapan terhenti. Ia tidak bisa meneruskan kata-katanya sendiri. Kata-kata terakhir itu seolah-olah tidak ingin keluar atau bahkan ia sendiri enggan untuk mengakui dan mengucapkannya meskipun dengan suara kecil sekalipun. Tapi tak lama kemudian…ia mengucapkannya…

“Aku…menyukainya…”

*

My All is in You : Chapter 11


Chapter 11

“Gomawo, Oppa!”

“Cheonmaneyo, mau kuantar sampai kekelas?” tawar Kyuhyun. Shin-Fa menggeleng.

“Tidak usah, Oppa. Lagipula kalau Oppa mengantarku sampai ke kelas, jarakmu ke kelas akan semakin jauh, aku bisa sendiri,” Shin-Fa menolak tawaran Kyuhyun dengan halus.

“Baiklah, sampai ketemu nanti saat makan siang!”

Kyuhyun dan Shin-Fa mulai berselisih jalan. Seperti biasa, Shin-Fa memilih untuk melewati taman, salah satu jalan pintas menuju kelasnya. Gadis itu menyusuri jalan setapak kecil di taman sambil menikmati udara musim semi yang sebentar lagi akan berganti menjadi musim panas. Tidak jauh dari tempatnya berjalan, terdengar suara hentakkan bola basket yang dipantul berkali-kali. Shin-Fa menghentikan langkah kakinya dan melihat kearah sumber suara. Sebuah senyuman kecil terlihat di wajahnya. Shin-Fa berlari-lari kecil menghampiri laki-laki yang sedang memantulkan bola basketnya ke dinding gedung.

“Eunhyuk-ah?”

Laki-laki itu menoleh. Shin-Fa sudah berdiri di belakangnya dengan senyum manis yang menghiasi wajah putihnya.

“Oh, kau Shin-Fa…sedang apa kau disini?”

“Ng? setiap pergi kekelas aku selalu lewat jalan ini, lebih cepat. Kau sendiri sedang apa disini? Kenapa tidak bermain basket di lapangan?”

“Ah, anio…aku sedang ingin sendiri,” jawab Eunhyuk sambil memantulkan bola basketnya ke dinding gedung.

“Haloo!!” Tak berapa lama kemudian, suara renyah yang sangat familiar terdengar keras menyapa mereka berdua. Siapa lagi kalau bukan Donghae.

“Apa yang kalian berdua lakukan disini? Hei, Hyukkie! ingat, sandiwara kalian telah selesai, dan sekarang Shin-Fa sudah punya Kyuhyun-sunbae, jangan sekali-kali kau tebar pesona dan menggodainya!” Donghae tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya dan kemudian merangkul mereka berdua.

“Jangan asal bicara kau!” Eunhyuk langsung mendorong wajah Donghae dengan bola basketnya.

“Aish! Sakit!”

“Bounce to you, bounce to you nae gaseumeun neol hyanghae jabil sudo eobseul mankeum ddwigo itneungeol…”

Tiba-tiba sebuah ponsel terdengar berbunyi nyaring melantunkan lagu Bonamana yang sekarang sedang terkenal di Korea. Eunhyuk langsung merogoh saku celananya dan melihat nama yang terpampang di layar ponselnya.

“Mianhae, kutinggal sebentar!”

“Telepon dari siapa?” tanya Donghae.

“Seperti biasa,” jawabnya. Eunhyuk mulai menjauh dari Donghae dan Shin-Fa.

“Donghae-ya, siapa yang menelepon Eunhyuk-ah? Apa maksudnya seperti biasa?” tanya Shin-Fa.

“Yuri, seperti biasa Yuri selalu meneleponnya,”

“Memangnya ada apa dengan mereka berdua?”

“Kau tidak tahu tentang mereka berdua?” tanya Donghae dengan mata yang melebar seketika. Shin-Fa menggeleng pelan. Donghae berpikir jika Shin-Fa sudah mengetahui semuanya tentang Eunhyuk dan Yuri. Eunhyuk memang paling dekat dengan Shin-Fa dibandingkan dekat dengannya, begitu pula sebaliknya. Donghae sedikit tidak percaya jika Shin-Fa tidak tahu apa-apa tentang Eunhyuk dengan Yuri.

“Kukira Hyukkie sudah menceritakan semuanya padamu, tapi ternyata tidak…” gumamnya.

“Cepat beritahu aku, Donghae-ya. Aku penasaran…”

“Mereka sudah resmi berpacaran,” jawab Donghae singkat.

Shin-Fa terhenyak begitu mendengar jawaban Donghae. Sejak kapan mereka berdua berpacaran? Pikirnya.

“Shin-Fa? hei, Choi Shin-Fa??” Donghae mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Shin-Fa. Lamunannya pun buyar dan memandang Donghae dengan kikuk.

“A…apa?”

“Kau melamun?”

“A…anio…Donghae-ya, bagaimana kalau kita kekelas sekarang?”

“Baiklah, biarkan saja Hyukkie sendirian disana,”

*

Tatapan matanya sesekali tertuju pada pintu kelasnya. Laki-laki itu belum datang juga. Karena tidak bisa berkonsentrasi, Shin-Fa hanya membolak-balik halaman demi halaman bukunya dengan asal. Pikirannya masih tetap tertuju pada Eunhyuk dan Yuri. Entah kenapa ia ingin sekali lebih tahu tentang hubungan mereka berdua. Sejak kapan mereka resmi berpacaran dan kenapa Eunhyuk tidak memberitahunya. Shin-Fa mulai sedikit kecewa padanya yang tidak mau berterus terang.

Tak lama kemudian, Eunhyuk muncul dari luar dan berjalan menuju bangku di sebelah Shin-Fa yang masih kosong. Eunhyuk duduk disebelahnya dan melempar senyum pada Shin-Fa. Shin-Fa hanya tersenyum masam dan langsung mengalihkan pandangan ke bukunya.

“Eunhyuk-ah…” panggilnya pelan.

“Ne?”

“Kenapa kau tidak memberitahuku?”

“Memberitahu apa? apa maksudmu?”

“Kau…sudah berpacaran dengan Yuri bukan?”

Eunhyuk diam sejenak, lalu ia mengalihkan pandangannya kearah lain.  Ia tidak berani menatap mata gadis itu, karena hatinya mulai diselimuti perasaan bersalah.

“Kenapa kau tidak cerita padaku…dulu saat Kyuhyun-oppa menyatakan perasaannya padaku, aku menceritakan semuanya padamu, tapi sekarang…kenapa kau tidak menceritakannya padaku?”

“Kau bercerita padaku karena kau ingin meminta pendapat dariku bukan? waktu itu aku tidak berpikiran untuk meminta pendapatmu karena aku bisa memutuskannya sendiri. Lagipula memangnya seorang sahabat harus selalu tahu tentang masalah-masalah sahabatnya? Tidak juga bukan?” tuturnya.

Tidak tahu mengapa ucapan Eunhyuk terasa sangat menusuk di hatinya. Ah, benar juga yang dikatakan olehnya, ia tidak harus selalu tahu tentang masalah laki-laki itu. Eunyuk juga punya privasi sendiri yang tidak boleh diceritakan pada orang lain, sekalipun itu adalah sahabatnya sendiri. Tangan Shin-Fa perlahan mulai terkepal, badannya mulai bergetar. Gadis itu mencoba untuk mengeluarkan senyuman meskipun terlihat sangat terpaksa.

“Chukkae, Eunhyuk-ah! Akhirnya kau resmi berpacaran dengannya!” seru Shin-Fa.

“Gomawo, Shin-Fa…”

Shin-Fa menutup buku yang baru saja dibaca, lalu bangkit dari duduknya.

“Kau mau kemana?”

“A…aku mau ke toilet,” katanya dengan terbata-bata. Tanpa pikir panjang lagi, Shin-Fa langsung berlari keluar dari kelas.

Gadis itu tidak masuk ke dalam toilet, ia baru saja melewati toilet tersebut. Shin-Fa berlari menuju arah tangga yang berada di sisi kanan gedung. Ia duduk di tangga dan mulai merenung sendiri sambil memeluk kedua kakinya. Shin-Fa membenamkan wajah didalamnya, kemudian berpikir.

‘Pabo sekali kau, Shin-Fa! harusnya kau senang melihatnya sudah mendapatkan gadis yang cocok untuknya, tapi kenapa kau malah merasa kecewa…’ rutuknya dalam hati.

Tiba-tiba air matanya mulai jatuh dan membentuk sebuah aliran sungai kecil di wajahnya. Air matanya tidak bisa berhenti, terus keluar diluar kendalinya.

“Kenapa aku merasa sesedih ini ketika mendengarnya…kenapa aku merasa tidak rela jika Eunhyuk-ah bersama gadis lain…” gumamnya lirih.

“Maybe you’re the one, maybe eojjeomyeon, eojjeomyen niga, naega gidarin banjjogingeonji…”

Shin-Fa tersentak ketika ponselnya berbunyi. Ia mengambil ponselnya dari dalam saku celana panjangnya. Kyuhyun meneleponnya. Shin-Fa langsung mencoba untuk menahan tangisnya. Ia menarik napas panjang, lalu menjawab teleponnya.

“Yeoboseyo?”

“Yeoboseyo…Shin-Fa?”

“Ne?”

“Kenapa suaramu parau seperti itu? Ada apa denganmu?”

“A…anio…tidak ada apa-apa, Oppa…”

“Kau pasti berbohong lagi padaku, ada apa denganmu?”

“Sungguh, aku tidak apa-apa…mungkin aku hanya kurang minum, tenggorokanku terasa…kering, jadi terdengar agak parau,” ah sial! Alasan yang kurang logis! Rutuknya.

“Kau ada dimana? Aku akan pergi menemuimu,” mata Shin-Fa melebar seketika. Bisa gawat jika Kyuhyun ingin mendapati dirinya sedang menangis sendirian dengan alasan yang tidak jelas.

“Ha? Anio!! Tidak perlu! Lagipula, aku harus masuk kelas sekarang! Dosenku sudah datang! Sudah, ya! annyeong!” Shin-Fa langsung mengakhiri pembicaraannya dengan Kyuhyun. Shin-Fa mulai bernapas lega.

Kemudian Shin-Fa bangkit dari duduknya dan segera pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya yang bau saja menangis. Sesampainya di toilet, Shin-Fa terus menatap pantulan bayangannya di cermin. Syukurlah matanya tidak terlihat bengkak, sehingga tidak terlalu kelihatan kalau Shin-Fa baru saja menangis. Ia mulai membasuh wajahnya, setelah merasa lebih baik, ia kembali kekelasnya.

*

Kyuhyun menatap layar ponselnya dengan tatapan tidak percaya, tidak biasanya Shin-Fa langsung memutuskan pembicaraannya secara tiba-tiba.

“Ada apa, Hyunnie?” tanya Kibum.

“Aku…tidak tahu, tiba-tiba Shin-Fa langsung memutuskan pembicaraan secara tiba-tiba,” jawabnya.

“Terakhir kali apa yang ia katakan?” sekarang giliran Sungmin yang bertanya padanya.

“Dia berkata kalau dosennya sudah datang,”

“Nah, itu alasannya kenapa ia langsung memutuskan pembicaraan! Kenapa kau jadi linglung seperti itu?”

“Tapi…ada satu hal yang membuatku bingung,”

“Apalagi yang kau bingungkan?” Keluh Sungmin diiringi dengan anggukan Kibum.

“Suaranya…parau…”

“Ha?”

“Seperti habis menangis…”

“Jinjja?” Kyuhyun mengangguk.

“Gadis itu memang susah ditebak,” gumam Kibum.

“Coba saja nanti kau tanyakan lagi padanya,” saran Sungmin. Kyuhyun mengangguk pelan, lalu kembali berkutat dengan buku kuliahnya yang tebal.

*

Saat makan siang di kantin, Shin-Fa hanya mengaduk-aduk makanannya dengan asal. Tak ada satu suapan yang masuk kedalam mulutnya, hanya dipandang dengan malas sampai makanan tersebut mulai dingin. Tak lama kemudian, terdengar desahan panjang darinya. Kyuhyun melirik Sungmin yang juga sedang makan bersamanya. Begitupun sebaliknya, Sungmin juga melirik Kyuhyun. Tak hanya mereka berdua, teman-temannya –Siwon, Shindong, Leeteuk, Heechul, Kibum, Yesung, Ryeowook, Kangin yang juga ikut makan bersama –jadi ikutan diam dan saling melirik satu sama lain. Begitu melihat Shin-Fa yang menjadi…pendiam, suasana pun terasa hambar.

“Shin-Fa? Shin-Fa?” panggil Kyuhyun yang duduk tepat didepannya. Shin-Fa masih tetap diam sambil mengaduk-aduk makanannya.

Yesung yang duduk disamping Shin-Fa, tiba-tiba mencubit lengan Shin-Fa dengan keras tanpa pikir panjang. Sontak, Shin-Fa langsung terkejut dan berteriak sekeras mungkin.

“ADUH!!” Shin-Fa melihat lengannya yang memerah akibat dicubit oleh Yesung.

Tanpa pikir panjang, Kyuhyun langsung memukul Yesung dengan cepat, saking marahnya ketika melihat lengan Shin-Fa dicubit oleh Yesung. Yang lain hanya menahan tawa ketika melihat Yesung yang dipukul oleh Kyuhyun.

“Jangan mencubit lengan orang seenaknya!!” seru Kyuhyun.

“Aku tidak tahan dengan keadaan diam seperti ini, lagipula sejak tadi Shin-Fa dipanggil tidak pernah menjawab, siapa tahu jika aku mencubitnya ia akan segera sadar!” Sungutnya dengan cepat.

“Tapi cubitanmu terlalu keras, Yesung!” Kata Siwon sambil menunjuk kearah lengan Shin-Fa yang masih memerah.

“Mianhae, Shin-Fa…sebagai gantinya kau boleh mencubit lenganku sekeras mungkin,” Yesung mengulurkan lengannya pada Shin-Fa. Shin-Fa langsung tertawa.

“Tidak apa-apa, Sunbae! Tarik saja lagi lenganmu, cubitanku lebih menyakitkan dibandingkan cubitanmu!”

“Kenapa kau melamun?” tanya Kyuhyun pada Shin-Fa.

“Tidak apa-apa…” jawabnya.

“Ah, apa mungkin kau merasa terganggu dengan kehadiran kami disini yang ikut makan bersama?” Sungmin menyela pembicaraan mereka berdua.

“Kalau begitu kenapa kita tidak pindah saja ke meja sebelah?” Shindong menunjuk kearah meja sebelah yang baru saja ditinggal oleh mahasiswa yang baru selesai makan.

Mereka langsung bangkit dari duduknya dan pindah ke meja sebelah, membiarkan Shin-Fa dan Kyuhyun mengobrol berdua.

“Kau sakit?” tanya Kyuhyun. Shin-Fa menggeleng.

“Lantas kenapa kau melamun seperti tadi? Tadi juga…saat aku meneleponmu, suaramu terdengar parau, kau tidak menangis bukan?”

Shin-Fa mulai bingung harus menjawab apa. Sepertinya ia lebih memilih untuk berbohong lagi daripada berkata jujur pada Kyuhyun. Ia tersenyum masam sambil menggaruk-garuk kepalanya.

“Su…sudah kubilang aku hanya kurang minum, tenggorokanku jadi terasa kering!” jawab Shin-Fa asal.

“Jheongmal?” tanya Kyuhyun dengan nada tidak percaya. Shin-Fa langsung mengangguk cepat.

“Ne, Oppa…tenang saja, kau tidak perlu khawatir,” jawabnya.

Akhirnya Kyuhyun tidak lagi bertanya, sebanyak apapun bertanya pada gadis itu ia tetap akan menjawab dengan jawaban yang sama. Ia pun melemparkan pandangan pada makan siangnya yang tinggal setengah.

“Baiklah…aku tidak akan bertanya lagi, lagipula percuma saja aku bertanya kau akan terus menjawab dengan jawaban yang sama…”

Kyuhyun dan Shin-Fa kembali menyantap makan siangnya dalam diam. Sesekali, Kyuhyun melirik kearah yeoja-cingu-nya itu. Wajahnya terlihat sangat resah dan tidak tenang. Makan hanya beberapa suap, selebihnya ia hanya memandang makanannya dalam diam. Kenapa lagi dia? pikirnya. Ingin kembali bertanya, tapi sudah dipastikan gadis itu hanya akan menjawab”tidak apa-apa”. sebuah jawaban biasa saat seseorang tidak mau menceritakan masalah.

“Aku paling tidak suka melihat wajahmu yang seperti itu…” Kyuhyun bergumam dengan pelan. Gumamannya tidak terdengar jelas membuat Shin-Fa mendongak dan menatap Kyuhyun dengan penuh tanya.

“Oppa kenapa?” tanyanya. Kyuhyun mendengus. Laki-laki itu sudah kehilangan kesabarannya. Ia menggerakkan tubuhnya untuk berdiri lalu menarik lengan Shin-Fa.

“Ikut aku!”

“Ha? apa? kemana?”

“Membolos!” jawabnya tegas.

“Apa? membolos? Aku tidak mau!”

“Kau harus ikut aku!! Cepat!” Kyuhyun semakin menarik lengannya dengan kencang membuat gadis itu tidak bisa mengelak lagi. Kepalanya terus menengok kearah belakang, tepatnya kearah meja Sungmin dan yang lain minta pertolongan. Shin-Fa ingin mereka mencoba untuk mencegah Kyuhyun, terutama Sungmin yang notabene sangat dekat dengannya. Sungmin hanya mengangkat bahu dan menggerakkan mulut tanpa suara.

“Ikut saja…” ujar Sungmin tanpa suara dan hanya menggerakan mulutnya.

Sosok Shin-Fa dan Kyuhyun semakin lama semakin hilang ditelan oleh kerumunan para mahasiswa yang memadati kantin. Sungmin mendesah lalu kembali menyantap makan siangnya.

“Sungmin, Hyunnie dan Shin-Fa mau kemana?” Shindong bertanya pada Sungmin. Sungmin mengangkat bahu sekilas.

“Tidak tahu, biarkan saja…”

*

Kyuhyun terus menarik lengannya dan membawanya menuju mobil. Mereka melewati taman dan berjalan kearah kawasan parkir yang tidak jauh dari kantin.

“Oppa! lepaskan tanganmu!” Shin-Fa mencoba untuk melepaskan lengannya yang dicengkram oleh Kyuhyun.

“Kalau aku melepas tanganmu, kau akan kabur dariku!”

“Kalau begitu, renggangkan saja peganganmu! Tanganku sakit…” rengeknya.

Kyuhyun menatapnya sambil mendesah panjang. Ia melepas lengan Shin-Fa yang baru saja ia tarik, lalu menurunkan tangannya dan meraih jemari Shin-Fa untuk digenggam.

“Merasa lebih baik?” tanya Kyuhyun.

“Ya, setidaknya aku tidak perlu meronta-ronta untuk memintamu melepas lenganku,” jawabnya.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju tempat parkir. Tiba-tiba Kyuhyun merasa tangan Shin-Fa mulai menegang dan menggenggam tangan Kyuhyun dengan kuat-kuat. Kyuhyun menoleh kearah Shin-Fa yang menunduk kebawah, salah satu tangannya sekarang meraih lengan jaket Kyuhyun dan terus memegangnya.

“Kau kenapa?” Gadis itu tidak menjawab. Kyuhyun tidak habis pikir, apa yang terjadi sebenarnya hari ini? Kenapa hari ini yeoja-chingu-nya sangat aneh. Pertama, saat dihubungi suaranya terdengar parau, kemudian saat di kantin tatapannya kosong karena melamun, sekarang badannya menjadi menegang.

Kyuhyun terus melemparkan pandangan kesekeliling taman. Dan pandangannya sekarang tertuju pada dua sosok yang sedang duduk berdua di taman. Apa karena mereka? pikirnya. Kyuhyun melepaskan genggamannya  kemudian merangkul bahu Shin-Fa dan membawanya pergi dari taman secepat mungkin.

Setelah sampai di tempat parkir, Kyuhyun membukakan pintu untuk Shin-Fa dan membiarkan masuk.

“Go…gomawo, Oppa…” ucapnya. Kyuhyun tidak merespon ucapan Shin-Fa, ia langsung membanting pintu mobilnya dengan keras, kemudian masuk kedalam mobil.

Mobil tidak dinyalakan sama sekali. Mereka dalam keadaan diam sekitar sepuluh menit sebelum Kyuhyun menghela napas panjang. Mulanya Kyuhyun ingin sekali bertanya pada Shin-Fa, apakah ada hubungannya dengan Eunhyuk atau tidak atas perubahan sikap Shin-Fa hari ini. Tapi kemudian ia mengurungkan niat awalnya, Kyuhyun mencoba untuk menahan emosinya yang hampir meluap. Pandangannya tetap lurus kedepan dengan kedua tangan yang memegang kemudi setir dengan kuat.

“Jangan terus-terusan memasang wajah seperti itu, aku tidak suka,” Kyuhyun mengatakannya dengan nada datar.

Shin-Fa menoleh kearah laki-laki itu dan hanya bisa mengatakan, “Mianhae, Oppa…”

“Buat apa kau minta maaf? Tidak ada gunanya…” Kyuhyun mengalihkan pandangannya kearah Shin-Fa lalu puncak kepalanya.

“Hari ini kau dilarang untuk memasang wajah muram, gelisah, sedih dan teman-temannya, selama kau bersamaku kau harus memasang wajah gembira, lupakan semua pikiran yang menjadi beban untukmu.”

Shin-Fa menggigit bibir bawahnya. Ia mengangguk dan mencoba untuk tersenyum. Kyuhyun membalas senyumannya dan mengelus puncak kepalanya dengan pelan.

“Kita mau kemana, Oppa?”

“Nanti kau akan tahu!”

*

“Oppa, kita mau kemana?” Shin-Fa terus menanyakan pertanyaan yang sama pada Kyuhyun. Tapi, Kyuhyun malah tidak memperdulikannya dan tetap memandang kearah jalan besar yang sekarang ia susuri sekarang dengan mobil Audi hitamnya. Kyuhyun sudah malas menjawab pertanyaan Shin-Fa dengan jawaban yang sama, lebih baik dia diam saja dan terus menyetir. Supaya suasana didalam mobil tidak terkesan sunyi dan hanya suara Shin-Fa yang terus terdengar sedang mendesaknya, Kyuhyun menyetel kumpulan lagu-lagu terkenal favoritnya dan ikut bernyanyi.

Karena tidak dipedulikan, Shin-Fa mulai merengut dan menggerutu sendiri layaknya anak kecil. Samar-samar Kyuhyun bisa mendengar gerutuan gadis itu, ia hanya bisa menahan tawa dan geleng-geleng kepala.

Tak berapa lama kemudian, mereka sampai ditempat yang dituju. Kyuhyun segera keluar dari mobilnya, lalu membukakan pintu untuk Shin-Fa. Shin-Fa hanya bisa memandang sebuah kawasan yang ada didepannya dalam diam. Seoul Grand Park. Seoul Grand Park merupakan salah satu tempat favoritnya juga tempat yang telah menyimpan kenangan manis dan membuatnya kembali teringat pada masa lalunya bersama keluarga. Satu keluarga yang terdiri dari appa, eomma, namja-dongsaeng, juga dirinya. Shin-Fa tersenyum getir ketika mengingat saat-saat dimana mereka masih saling melengkapi satu sama lain.

“Kau kenapa?” Kyuhyun menyentuh puncak kepala Shin-Fa sehingga membuat gadis itu mendongak dan melihat kearahnya. Kemudian gadis itu menggeleng pelan.

“Anio, Oppa. Hanya saja aku kembali teringat dengan keluargaku. Dulu aku sering sekali pergi kesini dengan mereka, aku…sangat merindukan masa-masa itu…” gumamnya.

“Tempat ini mengingatkanmu pada eomma dan namja-dongsaeng-mu, ya?” Shin-Fa mengangguk.

“Kau sedih?” tanya sekali lagi. Senyum getir itu kembali terlihat di wajahnya.

“Sedikit.”

“Lebih baik kita pergi ketempat lain yang bisa membuatmu lebih senang, aku tidak ingin melihatmu sedih seperti itu,”

“Anio. Gwenchana-yo…aku suka tempat ini, dan sudah lama aku tidak kesini. Tenang saja aku tidak akan memperlihatkan wajah sedih lagi,” ucapnya.

“Baiklah, kalau itu maumu. Jadi, apa kau menyesal menerima ajakanku untuk membolos?”

“Sejujurnya, tidak. Aku justru senang karena kau telah membawaku kemari!”

Kyuhyun menyipitkan matanya dan terus menatap Shin-Fa dengan penuh curiga. Shin-Fa merasa risih dibuatnya, cepat-cepat ia melempar pandangannya kearah lain.

“Benarkah apa yang kau katakan?” Kyuhyun kembali bertanya.

“Ne, Oppa. Percayalah padaku! Dan tolong jangan menatapku dengan tatapan aneh seperti itu!”

“Oke…baiklah! Nah, sekarang ayo kita masuk dan mari kita bersenang-senang!” Kyuhyun langsung menarik tangan Shin-Fa dan membawanya berlari dengan cepat menuju area Seoul Grand Park. Mau tidak mau Shin-Fa harus mengimbangi Kyuhyun yang sedang terus berlari dan menarik tangannya. Ia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri akibat terjatuh karena tidak bisa mengimbangi langkah kaki namja-chingu-nya itu.

*

“Ya! harusnya kita kesini saat awal musim semi lalu, kita bisa melihat bunga sakura bermekaran dengan indahnya!” Kyuhyun mulai mengeluh ketika melihat area pohon sakura yang sudah tidak bermekaran lagi. Yang ada hanyalah pohon gundul karena semakin lama bunga terus berkurang karena mulai berguguran seiring jalan waktu.

“Yah, memang harusnya begitu…” gumamnya dengan napas yang masih terengah-engah.

“Kalau begitu bagaimana jika tahun depan kita kesini lagi saat awal musim semi berdua?”

“Berdua?”

“Tentu saja berdua! Memangnya dengan siapa lagi? Dengan seorang anak? Anak kita? Jadi bertiga seperti sebuah keluarga? Ya, Tuhan! Kita masih kuliah! Belum saatnya berpikiran terlalu jauh seperti itu!” senyum jahilnya yang mulai keluar, membuat Shin-Fa kembali merengut dan langsung memukul bahu Kyuhyun dengan keras.

“Oppa!! kau yang berpikiran terlalu jauh! Kau sungguh sangat menyebalkan!” sungutnya.

“Aku hanya bercanda, Shin-Fa! kau jangan berpikir bahwa aku adalah laki-laki yang selalu berpikiran kotor!”

“Laki-laki memang seperti itu!” Shin-Fa membalas ucapan Kyuhyun.

“Tidak semuanya!! Sudahlah, lupakan saja! ayo!”

Dengan tangan yang masih terus tergenggam kuat, Kyuhyun mengajak Shin-Fa kembali menikmati kawasan alam yang disuguhkan oleh Seoul Grand Park. Sebuah harta karun indah milik Korea yang sering dikunjungi oleh masyarakat sekitar namun jarang sekali didatangi oleh para wisatawan asing.

“Ikut aku!”

Kyuhyun kembali menarik tangan Shin-Fa dan membawanya ke sebuah pohon sakura yang sudah gundul karena bunganya yang sudah berguguran. Shin-Fa menatap Kyuhyun dengan bingung, laki-laki itu membuka ranselnya dan mengambil sebuah spidol dari dalam tempat pensilnya. Matanya langsung melebar seketika saat melihat Kyuhyun sedang mencoba…menulis sesuatu di batang pohon tersebut. Shin-Fa langsung menarik-narik lengan jaketnya agar Kyuhyun mau berhenti mencorat-coret batang pohon itu.

“Oppa! Kau itu nakal sekali! jangan mencorat-coret pohonnya dengan spidol!” Larangnya.

“Aku tidak sedang mencorat-coret pohon! Aku hanya menulis sesuatu di batangnya!”

“Itu sama saja, Oppa! tolong hentikan!”

“Nah, sudah selesai!!” serunya sambil melirik kearah Shin-Fa dengan wajah yang berseri-seri. Ia kembali menaruh spidolnya di tempat pensil dan dimasukkan lagi kedalam ransel.

“Memangnya apa yang kau tulis, Oppa?” tanya Shin-Fa penasaran. Kyuhyun menunjuk ke kulit pohon yang baru saja ia tulis dengan spidol. Shin-Fa terdiam dan tidak bergeming begitu membaca tulisan Hangeul yang di buat oleh laki-laki itu.

Semoga Cho Kyuhyun dan Choi Shin-Fa bisa terus bersama
Saranghae Choi Shin-Fa :)

“Oppa…”

“Aku tahu mungkin tindakanku ini terkesan seperti anak kecil, tapi aku hanya ingin kau tahu jika aku ingin terus bersamamu, semoga tahun depan atau tahun-tahun berikutnya kita bisa terus melihat tulisanku ini bersama-sama dengan berpegangan tangan,” tuturnya. Shin-Fa merasa tersentuh dengan serangkaian kata yang terucap dari mulut Kyuhyun. Segitu besarkah rasa cinta Kyuhyun padanya? Entah kenapa hatinya sekarang mulai diselimuti perasaan bersalah pada laki-laki itu. Kenapa ia tidak bisa terus-terusan memusatkan perhatiannya pada Kyuhyun. Kenapa selalu ada bayangan orang lain yang terus menghalanginya untuk menyayangi namja-chingunya itu. Kenapa selalu ada bayangan Eunhyuk yang terus berkeliaran di otaknya.

“Shin-Fa?” Shin-Fa menoleh pada Kyuhyun.

“Apakah kau tersentuh dengan ucapanku sampai membuatmu terus menatap tulisanku itu?”

“Ah, Oppa…kau bisa saja,” Shin-fa tertawa kecil.

“Bagaimana jika kita beristirahat sebentar, sepertinya kau terlihat kelelahan. Ayo kita kesana, ada bangku kosong!”

“Ne,”

Mereka menempati sebuah bangku taman kosong yang berada tak jauh dari tempat semula. Setelah duduk sebentar, Kyuhyun kembali berdiri dari duduknya.

“Di sebelah sana ada penjual minuman, aku beli minuman sebentar, ya.” Shin-Fa mengangguk dan terus menatap punggung Kyuhyun yang semakin lama semakin jauh dari tempatnya.

Sambil menunggu Kyuhyun, Shin-Fa memejamkan mata secara perlahan dan merasakan angin musim semi di penghujung musin menerpa kulitnya. Ia kembali merenung. Semakin hari perasaannya semakin tidak karuan, ia sendiri tidak bisa menebak jalan pikirannya. Apakah gadis itu memang sama sekali tidak tahu menahu tentang hatinya atau ia memang terlalu bodoh dan terlalu takut untuk mengakui semuanya. Ah, kau memang aneh juga pabo, Choi Shin-Fa. Matanya langsung terbuka ketika mendengar suara Kyuhyun yang tidak jauh dari tempatnya. Shin-Fa menoleh ekarah sumber suara. Ia melihat Kyuhyun sedang di kerubungi oleh segerombolan gadis mudah yang dilihat-lihat seumuran dengannya, hanya saja penampilan mereka terlihat lebih modern dan lebih menarik daripada dirinya.

“Sillyehamnida, aku mau lewat.”

“Kenapa kau terburu-buru? Mainlah bersama kami!” seru salah satu seorang yeoja yang berdiri disamping dengan jarak begitu dekat.

“Sudah kubilang aku mau lewat!!!” Tiba-tiba emosinya meledak dan membuatnya berteriak. Sontak semua pengunjung menoleh kearah mereka. Kyuhyun menatap mereka dengan tajam. Tatapan matanya membuat para gadis itu tidak bisa berkutik, alias mati kutu, ah mungkin mati gaya.

“Mianhae, aku benci dengan gadis yang berpenampilan norak layaknya pesolek seperti kalian,” ucapnya dengan ketus.

Para gadis itu masih berdiri kaku dan terus menatap Kyuhyun dengan tatapan heran bercampur rasa takut akibat dibentak oleh laki-laki itu. Kyuhyun langsung duduk disamping Shin-Fa lalu memberikan sebotol air mineral untuknya.

“Oppa, kenapa tadi kau berteriak?” tanya Shin-Fa.

Setelah meminum air mineral yang baru saja dibelinya, Kyuhyun menjawab dengan santai, “Mereka ingin menggodaku dan mengajakku main bersama mereka! Mereka terkesan sangat murahan!”

“Mereka lebih cantik daripada aku…” gumamnya dengan mata yang masih tertuju pada sekumpulan gadis-gadis yang baru saja menggoda Kyuhyun.

“Ah, anio! Bagiku mereka sangat norak!” sanggah Kyuhyun.

“Ngomong-ngomong, kenapa Oppa memilihku untuk menjadi pacarmu? Bukankah masih banyak gadis yang lebih cantik dariku? Coba kau bandingkan aku dengan Jessica atau Yuri, aku kalah cantik dari mereka…kenapa kau memilihku?”

“Apakah sebuah kecantikan harus menjadi patokan?” Shin-Fa hanya diam dan memilih untuk tidak menjawab.

“Buat apa mempunyai wajah cantik jika hatinya busuk atau seperti gadis-gadis tadi, menggoda setiap namja yang lewat di hadapan mereka? tidak ada harganya!”

“Ah! Sebelum hari menjelang sore, ayo kita ke kebun mawar!” ajak Kyuhyun. Shin-Fa mengangguk lalu berdiri dan berjalan di belakang mengikuti Kyuhyun melangkah.

“Kenapa kau berjalan di belakangku seperti itu? memangnya kau pelayanku?” keluhnya. Kyuhyun langsung menyambar pergelangan tangan Shin-Fa lalu menariknya kedalam rangkulan laki-laki itu. Pipinya mulai bersemu merah ketika Kyuhyun merangkul bahunya.

“Kau itu pacarku dan harusnya kita berjalan berdampingan seperti ini, bukan seperti tadi! Kau terlihat seperti seorang pelayan yang mengekor tuannya kemana-mana!”

“Tapi aku malu…”

“Buat apa malu! Dasar aneh!”

“Kau yang aneh, Oppa!”

“Kenapa kau menyebutku aneh?”

“Ng…aku tidak tahu, tapi bagiku kau itu aneh!”

“Justru jika kau seperti itu, kaulah yang terlihat aneh Choi Shin-Fa!!”

*

Tak henti-hentinya Shin-Fa berdecak kagum begitu memandang hamparan bunga mawar aneka warna yang ada di sekelilingnya. Shin-Fa memang sangat menyukai bunga mawar, terutama mawar putih. Baginya bunga mawar putih adalah sebuah bunga yang tidak terpengaruh warna apapun tapi bisa mempengaruhi warna lainnya. Warna yang bisa memberikan sebuah ketenangan bagi siapa yang melihatnya.

“Kau suka mawar putih, ya? sejak tadi kau terus menyentuh bunga yang berwarna putih,” ujarnya.

“Ne, aku suka sekali bunga mawar putih,” jawabnya.

“Mau kupetikkan?” tanya Kyuhyun dengan polos. Pertanyaannya membuat Shin-Fa langsung mencubit tangan lengan Kyuhyun dengan keras.

“Aish!! Sakit! Waeyo?”

“Kau itu nakal sekali, jangan coba-coba untuk memetiknya, ini sama saja kau merusak keindahan alam yang berada di sini!”

“Ne, ne…arasseo! Kau jangan marah-marah seperti itu! kau seperti eommaku saja!” Ujarnya sambil mengusap-usap lengannya yang terasa nyeri.

“Oppa, sebentar lagi malam, bagaimana kalau kita pulang sekarang?”

“Kau sudah puas memandang bunga-bunganya?” Shin-Fa mengangguk mantap.

“Ne, ayo!”

*

Sesampai di tempat parkir, Kyuhyun membukakan pintu mobilnya untuk Shin-Fa dan menyuruhnya masuk kedalam mobil, sesaat sebelum menutup pintu mobil tiba-tiba Kyuhyun teringat sesuatu. Ada sesuatu yang harus dibelinya.

“Ah, Shin-Fa! mianhae aku lupa…kau bisa tunggu sebentar di mobil? Ada yang ingin aku beli didalam,” ujarnya.

“Baiklah, aku akan menunggu disini,”

“Oke! aku tidak akan lama!” Kyuhyun menutup pintu mobilnya dengan rapat, lalu berlari masuk kembali kedalam area Seoul Grand Park.

Karena bingung harus melakukan apa selama Kyuhyun kembali ke dalam, Shin-Fa mengambil ponselnya yang ada didalam tas dan memainkan game yang ada di ponselnya. Tak lama kemudian, layar ponsel yang menampilkan permainan tiba-tiba berubah menjadi sebuah nama yang tertera di layar menandakan sebuah panggilan masuk datang ke ponselnya.

Eunhyuk is calling…

Eunhyuk meneleponnya. Begitu melihat namanya tertera di layar ponsel, frekuensi detak jantungnya menjadi cepat tidak seperti biasanya. Shin-Fa menekan tombol berwarna hijau lalu menjawab panggilannya.

“Yeoboseyo…”

“Shin-Fa, apa kau ada dirumah?”

“Se…sekarang aku sedang diluar,”

“Mwo? Dimana?”

“Seoul Grand Park…dengan Kyuhyun-oppa…”

“Ooh begitu, pantas saja tadi kau tidak masuk di mata kuliah selanjutnya, aku ingin memberikan beberapa lembaran materi yang dosen titipkan padaku,”

“Ah, mianhae jika merepotkanmu…”

“Tidak apa-apa, kira-kira kau akan sampai pukul berapa di rumah?”

“Ng…sekitar satu jam lagi mungkin,”

“Aigoo, lama sekali. Kalau begitu akan kutitipkan pada ayahmu, ya.”

“Ne, Eunhyuk-ah. Gomawo,”

“Cheonmaneyo. Annyeong.”

“Annyeong.”

Shin-Fa mengakhiri pembicaraannya dengan Eunhyuk. Tak lama kemudian Kyuhyun datang dengan napas terengah-engah akibat berlari dengan cepat menuju mobilnya.

“Mianhae, Shin-Fa jika aku terlalu lama!”

“Gwenchana-yo, Oppa…apa yang Oppa beli?” tanyanya seraya melirik sebuah kantong plastik kecil yang dibawa olehnya dan ditaruh di bangku belakang.

“Rahasia! Nanti akan kuberitahu!”

“Oppa senang sekali bermain rahasia-rahasiaan denganku!”

Kyuhyun tertawa kecil. Setelah itu ia menyalakan mesin mobilnya, lalu pergi meninggalkan area Seoul Grand Park dan pergi mengantar Shin-Fa pulang kerumah.

*

“Gomawo, Oppa untuk hari ini!” ucap Shin-Fa.

“Cheonmaneyo. Setidaknya rencanaku berhasil untuk membuatmu kembali tersenyum seperti ini bukan?” Kyuhyun langsung mencubit pipi Shin-Fa saking gemasnya dengan tingkah laku yeoja-chingu-nya itu.

“Aish! Sakit, Oppa!”

“Pembalasan yang tadi di kebun mawar!” Kyuhyun memeletkan lidah pada Shin-Fa. Shin-Fa merengut dan memajukan bibirnya kedepan.

“Ah, iya! Kau ingin tahu apa yang kubeli tadi, bukan?” Kyuhyun melepas sabuk pengamannya, lalu membalikkan badan mengambil kantong plastik yang ia taruh di bangku belakang.

“Ini buatmu!” Kyuhyun memberikan kantong plastik tersebut pada Shin-Fa. Alisnya terangkat dan menatap kantong plastik tersebut juga Kyuhyun secara bergantian.

“Apa ini?”

“Buka saja.” suruhnya. Shin-Fa membuka kantong plastiknya dan mengeluarkan sebuah bungkusan kertas yang ada didalamnya. Sekantong bibit mawar putih. Ya, Kyuhyun membelikannya sekantong bibit mawar putih untuk ditanam dirumahnya.

“Bibit mawar putih?” Kyuhyun mengangguk.  

“Oppa kenapa kau jadi repot seperti ini? Kau tidak perlu membelikanku bibitnya!”

“Bukankah kau suka dengan mawar putih? Daripada kau susah-susah membeli mawar putihnya atau ke Seoul Grand Park hanya untuk melihat mawar putih, lebih baik kau menanamnya dirumah. Kau belum menanam mawar putih di halamanmu, bukan?”

Wajah Shin-Fa terlihat sangat berseri-seri. Ia tidak tahu harus berbuat apa untuk membalas semua kebaikan dan kasih sayang yang Kyuhyun berikan padanya. Diluar kendalinya, tiba-tiba air mata menetes keluar dari matanya. Buru-buru Shin-Fa menghapusnya dengan salah satu tangannya yang bebas.

“Kenapa kau menangis?”

“Kau baik sekali, Oppa…” ucapnya.

“Tentu saja. Aku akan berbuat apa aja asalkan bisa membuatmu terus tersenyum, Shin-Fa…”

“Gomawo…”

“Oh, iya bagaimana kalau hari Minggu pagi nanti aku akan datang kerumahmu untuk membantumu menanam bibit mawar putihnya? Kau mau?” tawar Kyuhyun. Shin-Fa mengangguk.

“Tentu saja,”

Kyuhyun dan Shin-Fa keluar dari dalam mobil secara bersamaan.

“Aku masuk kedalam, ya Oppa…sampai ketemu besok,” ucapnya.

“Ah, tunggu dulu!” cegahnya. Shin-Fa kembali berbalik kebelakang dan menatap laki-laki itu heran.

“Wae?”

Sebuah kecupan lembut mendarat di kening Shin-Fa. Kecupannya sukses membuat wajah Shin-Fa bersemu merah.

“Tidurlah yang nyenyak, jjaljayo, jagiya!”

Kyuhyun masuk kedalam mobilnya dan pergi meninggalkan rumah Shin-Fa juga Shin-Fa yang berdiri depannya dengan tangan yang terus melambai kearah mobil Kyuhyun yang semakin lama semakin menjauh. Shin-Fa menghela napas dan kemudian pergi kedalam rumahnya dengan sekantung bibit mawar putih yang dipeluknya dengan erat.

*

Eunhyuk memarkirkan mobilnya tak jauh dari rumah Shin-Fa hanya berjarak sekitar beberapa meter saja dari depan rumahnya. Laki-laki itu treus menatap lurus kedepan menunggu kedatangan dua orang itu. Tak lama kemudian, pancaran cahaya mobil yang terlampau silau membuatnya harus menyipitkan mata. Mobil tersebut tepat berhenti di depan rumah Shin-Fa. Sudah dipastikan itu adalah mobil Audi hitam milik Kyuhyun meskipun tidak terlihat jelas dari mobilnya.

Eunhyuk terus menunggu beberapa menit, tapi tetap saja kedua orang itu tidak keluar dari mobil. Apakah mereka sedang mengobrol didalam? Ia tidak tahu. Tak lama kemudian, Shin-Fa dan Kyuhyun keluar dari mobilnya. Tiba-tiba pegangannya pada kemudi setir mengeras ketika melihat adegan yang terjadi di depan rumah tingkat dua yang sangat minimalis tersebut. Kyuhyun mengecup kening gadis itu dengan pelan juga lembut. Adegan itu sukses membuatnya cemburu dan hatinya hancur secara perlahan.

Saking emosinya, ia memukul kemudi setirnya dengan kencang tanpa memperdulikan rasa nyeri yang terasa di tangannya. Baginya rasa nyeri di tangannya belum seberapa dibandingkan dengan rasa sakitnya ketika melihat mereka berdua.

“Memang sepertinya kau harus melupakannya, Eunhyuk…Ya, aku harus mencoba untuk mencintai Yuri…dan mencoba untuk melupakan Shin-Fa…”

Setelah mobil Kyuhyun pergi meninggalkan rumah Shin-Fa dan Shin-Fa mulai masuk kedalam rumahnya, Eunhyuk menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari sana secepatnya.

*