Jumat, 24 Juni 2011

My All is in You : Chapter 12

Chapter 12

Pertengahan musim panas

“Pabo, pabo, pabo, pabo…”

Eunhyuk terus merutuki dirinya sendiri selama di dalam mobil. Pikirannya kali ini tidak sejalan dengan gerak tubuhnya. Tak hanya terus merutuki dirinya, sesekali ia terus menepuk-nepuk dahinya atau memukul kepalanya.

Pagi ini, awalnya ia hanya ingin berkeliling-keliling menggunakan mobilnya. Lumayan untuk membuat mesin mobil menjadi panas, supaya mesinnya tidak cepat rusak. Dan tanpa sadar mobilnya melaju pelan kearah rumah Shin-Fa. Sekarang ia hanya bisa terus menggerutu di sepanjang jalan besar menuju rumah gadis itu yang hanya berjarak beberapa meter lagi dari tempatnya sekarang. Dengan terpaksa ia meneruskan laju mobilnya, ia memutuskan hanya lewat saja, tidak mampir kerumahnya.

Begitu melewati depan rumah Shin-Fa, mata laki-laki itu melebar ketika melihat Shin-Fa sedang mencuci mobil ayahnya di garasi rumah. Eunhyuk langsung menginjak rem dengan keras dan menepikan mobilnya tak jauh dari rumah Shin-Fa. Eunhyuk membuka kaca mobil dan mulai bercermin di spion mobil. Ia merapihkan rambutnya, memastikan penampilannya apakah terlihat rapi atau tidak. Beberapa detik kemudian, ia kembali merutuki dirinya sendiri.

“Aigoo!! Lee Hyukjae, kau itu tampan, tapi kau sangat bodoh, kenapa kau harus seperti ini hanya untuk bertemu dengannya saja?” rutuknya dengan suara yang terdengar seperti bisikan.

Pikirannya semakin aneh. Eunhyuk sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan rasa cintanya pada Shin-Fa, tapi sepertinya sulit sekali untuk dilakukannya dengan pikiran yang tidak pernah sejalan dengan batinnya. Pikiran berkata tidak, namun batin berkata iya. Eunhyuk masih kebingungan, lebih baik mampir sebentar apa terus jalan saja. Ia mendesah pelan, setelah itu Eunhyuk melepas sabuk pengaman yang masih melingkar di badannya lalu keluar dari dalam mobil.

“Sudah terlanjur! Lanjutkan saja! datang hanya sebatas teman tidak ada salahnya!” gumamnya.

Eunhyuk mengintip dari balik tembok pagar rumah Shin-Fa. Gadis itu sedang memegang selang sambil mengosok-gosokkan spons busa ke mobil dengan tangan yang lain. Shin-Fa terlihat sangat kelelahan, wajah dan pakaian yang dikenakannya basah, tidak tahu karena terkena air atau pori-pori wajahnya yang mengeluarkan keringat. Tiba-tiba, sebuah ide terlintas di pikirannya.  Kebetulan sekali gadis itu membelakangi pintu pagar sehingga tidak sadar jika Eunhyuk ada di balik tembok pagarnya. Laki-laki itu mengendap-endap dengan pelan tanpa menimbulkan suara. Eunhyuk langsung menepuk bahunya dan menyapa dengan suara keras.

“Annyeong, Choi Shin-Fa!!!”

Gadis itu terkejut dan tanpa sengaja ketika berbalik selang air yang dipegangnya langsung diarahkan ke wajah Eunhyuk.

“KYAAA!!!”

“Aigoo!!! Matikan airnya! Matikan airnya!!” seru Eunhyuk.

Shin-Fa langsung melempar selangnya ke bawah. Gadis itu tersenyum lebar dengan barisan gigi putihnya. Eunhyuk langsung mengusap wajahnya yang basah dengan tangannya. Untung saja ia memakai jaket, setidaknya kaos yang dipakainya tidak begitu basah.

“Ah, mianhae, Eunhyuk-ah!!”

“Shin-Fa…seperti inikah caramu menyambut seorang tamu? Menyiramnya dengan air?” tanya dengan mata mendelik kearah Shin-Fa.

“Ini salahmu sendiri, kenapa kau tiba-tiba menepuk bahuku disaat aku tidak sadar kalau kau ada di belakangku!”

“Aku baru saja menata rambutku tadi pagi, sekarang basah terkena air!”

“Kau duduk saja di teras rumah, aku akan mengambilkanmu handuk!”

Shin-Fa segera berlari masuk ke dalam rumahnya dengan cepat. Tiba-tiba Eunhyuk tertawa kecil jika mengingat kejadian yang baru saja terjadi beberapa menit yang lalu. Shin-Fa memang terlihat lucu disaat panik. Apalagi ditambah dengan senyuman lebar yang memperlihat barisan gigi putihnya yang rapi dan teratur, menambah kesan manis di dirinya. Eunhyuk duduk di kursi yang berada di teras rumah Shin-Fa. Tak lama kemudian, gadis itu keluar dan memberikan handuk pada Eunhyuk. Eunhyuk mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk itu.

“Kau kelihatan rapi sekali, kau mau kemana?” tanya Shin-Fa.

“Aku hanya sedang berkeliling saja dengan mobil,” jawabnya.

“Berkeliling saja? tapi kenapa harus lewat rumahku? Bukankah rumahku jauh dari rumahmu?”

Aish…gadis ini pintar sekali…pikirnya. Eunhyuk mulai kebingungan mencari jawaban yang tepat. Tidak mungkin jika dirinya menjawab kalau ia tidak sadar mobilnya sudah melaju kearah rumah Shin-Fa. Ah, ia baru ingat jika nanti siang ia ada janji dengan Yuri di Itaewon untuk menemaninya membeli hadiah.

“Ah! Sebenarnya tidak hanya berkeliling saja, tapi nanti siang aku ada janji dengan Yuri untuk menemaninya membeli hadiah di Itaewon!”

“Tapi Itaewon itu jauh dari rumahku, kenapa kau tidak berkeliling saja di Seoul, setidaknya pemandangan disana lebih bagus daripada jalanan rumahku,” kata gadis itu sambil menggerak-gerakkan kedua kakinya.

DUGH!

Eunhyuk merasa seperti ada sebongkah batu besar mendarat tepat diatas kepalanya. Gadis itu memang sangat pintar menganalisis, tidak heran jika setiap kuis ia mendapat nilai bagus dan hampir sempurna. Tidak seperti dirinya, mendapat nilai pas-pasan saja sudah bersyukur. Eunhyuk sudah tidak bisa mengelak lagi, ia hanya diam dengan pandangan kearah lain.

“Eunhyuk-ah…”

“Ne?”

“Bagaimana hubunganmu dengan Yuri?”

“Hm…baik, sampai saat ini kami belum pernah berselisih satu sama lain, aku selalu berusaha untuk mengerti dirinya, ” jawabnya asal.

“Ooh, begitu…”

“Kau sendiri dengan Kyuhyun-sunbae?”

“Dia…baik sekali…ia bisa membuatku merasa nyaman saat disampingnya,” jawab Shin-Fa singkat. Eunhyuk memandang gadis itu dalam diam. Tiba-tiba ia ingin sekali bertanya pada Shin-Fa karena ia merasa aneh dengan jawaban Shin-Fa.

“Mianhae jika aku lancang, tapi apa karena dia baik dan kau nyaman saja?” tanya Eunhyuk.

“Apa maksudmu?”

“Kau menjalankan hubunganmu dengan Kyuhyun-sunbae hanya karena dia baik dan kau nyaman di sampingnya? Tidak ada alasan yang lain?”

“Ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? aku tidak mengerti…”

“Kalau kau menerimanya hanya karena dia baik dan kau nyaman bersamanya, bukankah itu berarti hubungan diantara kau dan dia hanya cinta sepihak saja?”

“Ya! Bukankah dulu kau yang menyuruhku untuk menerima Kyuhyun Oppa? dan sekarang sudah kulakukan!”

“Berarti…kau sebenarnya terpaksa menerima Sunbae?”

“Eunhyuk-ah…kau…”

“Saat kau mulai bercerita padaku dulu, kukira kau memang benar-benar menyukainya! karena saat bercerita wajahmu kelihatan antusias dan berseri-seri! tak heran jika aku menyuruhmu untuk menerima cintanya!”

“Eunhyuk-ah! Kau seperti sedang menyudutkanku!” Emosi Shin-Fa mulai naik.

“Aku tidak sedang menyudutkanmu! Tapi justru kau sendiri yang merasa tersudut karena aku!” balas Eunhyuk.

“Kau tahu begitu aku mendengar jawabanmu tadi, pikiranku mulai berubah tentang hubungan kalian berdua…dan boleh aku tanya satu hal lagi padamu?” lanjutnya dengan lembut dan emosi yang mulai mereda. Shin-Fa menatap Eunhyuk dengan kesal.

“Apakah kau pernah berkata padanya jika kau mencintainya? Walau hanya sekali saja?”

Badan Shin-Fa mulai kaku. Kali ini ia tidak bisa menjawab pertanyaan Eunhyuk. Baginya pertanyaan tersebut terasa sangat menusuk. Eunhyuk menghela napas, dan sepertinya ia tidak butuh jawaban tersebut. Itu bukan urusannya, buat apa ia harus tahu. Eunhyuk tersenyum simpul. Kemudian ia mengembalikan handuk basah itu pada pemiliknya. 

“Lebih baik sekarang kau pikirkan baik-baik tentang hubunganmu itu, daripada kau dan Sunbae merasa sakit karena cinta sepihak…aku pulang…”

Setelah laki-laki itu pergi, Shin-Fa langsung masuk kedalam rumahnya dan menutup pintu dengan keras.

*

“ARRRGHHH!!! Kau benar-benar bodoh!!!” Eunhyuk terus mengerang kesal di dalam mobil. Kepalanya langsung dijatuhkan ke kemudi setirnya. Ia bingung harus memasang tampang seperti apa jika ia bertemu dengan gadis itu hari Senin nanti. Eunhyuk mulai berpikir jika hubungan pertemanannya dengan Shin-Fa akan semakin buruk karena pikirannya yang keluar begitu saja dari mulutnya.

Kemudian Eunhyuk diam sejenak dan kembali mengingat ucapan asalnya yang keluar tanpa pikir panjang tadi, apa yang dikatakannya ada benarnya juga. Menjalankan cinta sepihak itu hanya akan menyakitkan kedua belah pihak. Lagipula alasan yang Shin-Fa berikan tidak sepenuhnya bisa diterima oleh akal sehat. Hanya karena baik, berteman saja pun bisa, tidak harus berpacaran bukan? Yah, setidaknya gadis itu bisa berpikir baik-baik tentang hubungannya.

Ternyata ia memang tidak bisa melupakan rasa cintanya pada Shin-Fa. Perasaannya sudah terlalu besar dan sulit untuk ditekan.

Eunhyuk menyalakan mesin mobilnya lalu memacu kecepatan mobilnya dengan cepat menuju rumahnya untuk berganti baju.

*

“Eunhyuk-ah!!”

Eunhyuk tersentak ketika Yuri memanggilnya dengan nada kesal. Yuri memandang Eunhyuk dengan kesal karena sedaritadi ucapannya tidak diperdulikan.

“Ada apa, Yuri?”

“Kau melamun?”

“A…anio…”

“Kalau begitu, apa kau mendengar ucapanku tadi?

“Ng…anio…”

“Aish…sudah kuduga!” gerutunya sambil mengaduk-aduk makanan dengan asal.

“Yuri…” panggil Eunhyuk pelan.

“Apa?”

“Sampai kapan kita seperti ini? Mianhae…kupikir dengan berpacaran denganmu aku bisa melupakan perasaanku pada Shin-Fa…tapi…”

BRAAK!!

Eunhyuk tersentak ketika Yuri menggebrak meja dengan kuat. Tak hanya Eunhyuk saja yang terkejut, para pengunjung lain yang sedang menyantap makan siangnya juga terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya kearah meja mereka berdua.

“Kau mau memutuskanku?”

“A…aku…”

“Kau bilang padaku kau akan melupakan gadis itu dan mencoba untuk mencintaiku, dan sekarang kau berubah pikiran?”

“Yuri…melupakan perasaanku padanya sangat sulit!”

“Terserah apa katamu saja!!” Yuri meraih tas tangannya dan plastik yang berisikan hadiah. Yuri meninggalkan Eunhyuk sendirian di dalam restaurant. Tanpa pikir panjang lagi, Eunhyuk langsung bangkit dari duduknya dan mengejar gadis itu.

“Yuri!!”

Secepat apapun gadis itu berlari, tetap saja Eunhyuk bisa menyusulnya. Eunhyuk langsung menarik tangannya dengan kuat.

“Ya! Kwon Yuri! Dengarkan aku dulu!”

“Apa? Dengar kalau kau lebih memilihnya dibanding aku?” bentaknya dengan suara parau. Gadis itu hampir menangis. Ia takut Eunhyuk memutuskannya. Ia takut kehilangan laki-laki itu karena lebih memilih Shin-Fa dibanding dengannya.

“Bukan! begini saja…baiklah kita tetap jalani hubungan ini, tapi aku tidak tahu sampai kapan ini akan bertahan…aku akan terus mencoba untuk melupakannya dan mencoba untuk mencintaimu…percayalah padaku…” gumamnya lirih. Yuri hanya diam saja. Tak lama kemudian, Eunhyuk menarik kepala Yuri dan membenamkannya di dalam dekapannya.

“Mianhae…”

Disaat memeluk Yuri, Eunhyuk kembali teringat dengan pernyataan Yuri padanya dipantai. Saat ia patah hati karena melihat Shin-Fa dipeluk oleh Kyuhyun di pinggir pantai sore itu.

-Flashback-

“Aku menyukaimu…”

“Yuri…”

“Ah, lebih tepatnya aku mencintaimu, Eunhyuk-ah…”

Yuri menyukainya. Yuri menyukainya. Kata-kata itu terus terekam di otaknya. Semakin sering terngiang-ngiang, Eunhyuk semakin salah tingkah. Untuk pertama kalinya ada seorang yeoja yang menyatakan cinta padanya.

“Yuri…aku…aku…”

“Jadilah pacarku! Aku tidak akan mengecewakanmu sedikitpun!”

“Mianhae…aku tidak bisa menerimamu. Aku…”

“Ne, aku tahu. Kau mencintai Shin-Fa bukan?”

“Ne…”

“Tapi kau lihat sendiri! Shin-Fa lebih memilih Kyuhyun sunbae dibanding kau! Lantas apa yang akan kau lakukan?”

“Menunggunya mungkin…”

“Menunggu itu sangat menyakitkan! Daripada menunggu hal yang tidak jelas, lebih baik kau lupakan saja Shin-Fa! Aku yakin mereka akan bertahan lama. Cobalah kau berpacaran denganku dan coba untuk mencintaiku…kau akan melupakan perasaanmu pada Shin-Fa secara perlahan…”

“Tapi…”

“Eunhyuk-ah…aku gila karena kau…kumohon…aku akan melakukan apa saja untukmu…”

“Yuri…”

“Sepertinya kau butuh waktu, baiklah kuberi kau waktu sekitar…” dengan cepat Eunhyuk membekap mulut Yuri.

“Baiklah! Aku akan coba untuk berpacaran denganmu…mungkin kau benar, aku harus melupakannya. Aku akan mencoba untuk mencintaimu, mungkin akan memakan waktu lama…”

-Flashbackend-

“Mianhae, Yuri jika aku menyakitimu…”

Yuri tidak menjawab, ia terus menangis di pelukan laki-laki itu.


*

Keesokan harinya

“Nah! Sudah selesai!” Kyuhyun mengusap keringat yang bercucuran di wajahnya dengan tangan yang kotor karena tanah. Wajahnya pun menjadi kotor belepotan tanah.

“Oppa! pakailah handuk! Jangan usap keringatmu dengan tangan yang kotor, lihat wajahmu yang sekarang!” Shin-Fa tertawa dengan tangan yang tertunjuk kearah wajah Kyuhyun.

“Sini wajahmu! Supaya wajahmu juga kotor!!” Kyuhyun mencubit kedua pipi Shin-Fa dengan cepat dan mengusapkan tangannya ke wajah Shin-Fa. Shin-Fa juga tak kalah kotornya dengan Kyuhyun.

“Oppa!! kotor!!” rontanya.

“Supaya sama denganku!” Kyuhyun terkekeh.

“Bibit mawar putihnya sudah semuanya ditanam, bukan?” tanya Shin-Fa.

“Ne, sekarang tinggal diberi pupuk dan disiram!”

Kyuhyun mengambil sekantong pupuk yang ada di sampingnya lalu dipupukinya tanah yang baru saja ditanam bibit-bibit mawar putih. Sementara itu, Shin-Fa mengambil selang air dan membawanya ke taman. Setelah dipupuki, Shin-Fa langsung menyiramnya dengan wajah yang berseri-seri.

“Tumbuhlah dengan cepat!” serunya.

“Sekarang rumahmu akan dipenuhi dengan mawar putih!”

“Ne, seperti rumahku yang dulu! Rumahku yang ada di Mokpo di penuhi dengan mawar putih, tapi selalu saja dipetik oleh adikku untuk diberikan ke yeoja-chingu-nya!” Shin-Fa memajukan bibirnya.

“Wah, adikmu keren juga, haha! Aku jadi ingin sekali bertemu dengannya!”

“Aku juga, aku sangat merindukannya…”

“Kalau begitu, liburan musim panas ini bagaimana jika kita pergi ke Mokpo?”

“Jinja?” Kyuhyun mengangguk.

“Tapi…jika kau merasa risih karena hanya berdua, ajak saja Jessica dan yang lain,”

“Baiklah! Oppa, ayo kita masuk. Aku membuat kue tadi pagi,”

“Oya? Kebetulan perutku lapar! Kajja!”

*

“Nona, ada yang perlu dibantu?” Bibi Kim menawarkan bantuan pada Shin-Fa yang sedang memotong kue buatannya di dapur. Shin-Fa melempar senyum lalu menggeleng pelan.

“Tidak usah Bibi Kim, aku bisa sendiri,” jawab Shin-Fa.

“Baiklah.”

“Lebih baik sekarang kau pikirkan baik-baik tentang hubunganmu itu, daripada kau dan Sunbae merasa sakit karena cinta sepihak…”

Pikiran Shin-Fa masih dipenuhi dengan ucapan Eunhyuk tempo hari. Cinta sepihak, sepertinya laki-laki itu memang benar. Shin-Fa dan Kyuhyun mengalami cinta dari satu pihak saja. Sampai saat ini meskipun sudah lama menjalin hubungan dengan seniornya itu, ia sama sekali belum pernah mengatakan kalau ia mencintainya. Bukannya belum berani, tapi ia memang belum mencintai laki-laki itu. Sekeras apapun mencoba, tetap saja rasa itu belum muncul meskipun hanya sedikit. Pikirannya tidak tertuju pada satu orang, melainkan dua orang.

“Lama sekali…aku lapar…”

Shin-Fa terkejut ketika terdengar sebuah suara berbisik ditelinganya. Shin-Fa menoleh kebelakang, Kyuhyun sudah berdiri dibelakangnya dengan sangat dekat.

“Oppa! kau mengagetkanku saja! tunggu sebentar…”

“Baiklah…aku akan menunggu di meja makan,” Kyuhyun pergi meninggalkan Shin-Fa dan pergi ke meja makan.

Setelah selesai memotong kuenya, Shin-Fa membawa piring yang berisikan kue ke meja makan. Shin-Fa duduk di samping Kyuhyun dan menggeser piring kuenya ke depan Kyuhyun.

“Ini benar buatanmu? Enak sekali!”

“Gomawo, Oppa…”

Disaat Kyuhyun sedang melahap kue buatan Shin-Fa. Shin-Fa mengetuk-ngetuk jarinya ke meja sambil berpikir. Gadis itu ingin sekali bertanya mengenai hubungan mereka.

“Oppa…”

“Ne?”

Baru ingin bertanya, tapi tiba-tiba ia mengurungkan niatnya dan hanya melempar senyum.

“Ah, tidak apa-apa…” Kyuhyun mengangkat bahu sekilas dan kembali memakan kuenya.

*

“Shin-Fa, aku pulang ya…besok kujemput…” pamit Kyuhyun.

“Oppa…”

“Ada apa?”

“Ada yang ingin kubicarakan denganmu?”

“Apa?”

Shin-Fa terdiam sebentar. Ia bingung harus memulai darimana. Takut Kyuhyun akan memarahinya.

“Shin-Fa? apa? kenapa kau diam saja? bukankah ada yang ingin kau bicarakan?”

“Ah, aku lupa…” katanya tanpa pikir panjang.

“Aigoo…kau baru 19 tahun tapi sudah pikun, kau seperti halmeoni-ku saja!” Kyuhyun mensentil dahi Shin-Fa.

“Aku pulang ya…” Setelah masuk ke dalam mobil Audi hitamnya, Kyuhyun membuka kaca mobil lalu melambaikan tangan pada Shin-Fa. Shin-Fa membalas lambaian tangannya sampai mobil tersebut sudah tidak terlihat lagi.

“Akhirnya aku tidak bisa mengatakannya…” gumamnya.

*

Sepanjang hari, Eunhyuk lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan daripada menghadiri kelas. Ia duduk di meja yang berada di samping jendela. Eunhyuk duduk termangu-mangu memandang sebuah buku tebal dengan tulisan kecil-kecil di depan matanya. Baru sebentar membaca, ia langsung menguap. Laki-laki itu memang tidak suka membaca buku, sekalipun ingin membaca, ia hanya bisa membaca buku komik yang menampilkan lebih banyak gambar dibanding tulisan. Tugas dari Park Songsaenim memang sangat menguras otak.

Awalnya ia ingin meminta bantuan Shin-Fa, tapi tiba-tiba pikirannya kembali melayang ke dua hari yang lalu saat ia mengucapkan serangkaian kalimat tanpa pikir panjang. Eunhyuk menghela napas panjang, lalu menjatuhkan kepalanya keatas buku tebal itu.

“Pabo sekali aku…”

Hari ini ia sama sekali belum bertemu Shin-Fa, melihat sosok gadis itu pun tidak. Yah, setidaknya ia tidak perlu kebingungan untuk memasang ekspresi apa saat bertemu dengannya, tapi tetap saja rasanya seperti ada kurang kalau tidak melihat gadis itu.

“Shin-Fa…lagi apa ya?” gumamnya.

“Bounce to you, bounce to you nae gaseumeun neol hyanghae jabil sudo eobseul mankeum ddwigo itneungeol…”

Ponselnya yang tiba-tiba berbunyi, serentak para mahasiswa yang berada di ruangan tersebut langsung menatap melotot pada Eunhyuk dan menyuruhnya untuk mematikan ponselnya. Tak hanya para mahasiswa, sang penjaga perpustakaan juga melakukan hal sama. Eunhyuk hanya bisa mengucapkan kata ‘maaf’ berkali-kali pada mereka dengan senyum lebar yang memamerkan gusi juga gigi putihnya.
Eunhyuk mengangkat teleponnya dan berbicara pelan.

“Yuri! kenapa kau meneleponku? Aku sedang di perpustakaan!” serunya dengan suara kecil.

“Aku hanya ingin mendengar suaramu!”

“Tapi tidak sekarang!”

“Sebentar lagi waktunya makan siang, bagaimana kalau kita ke kantin?”

“Aku tidak bisa! Aku harus mengerjakan tugas!”

“Tapi…”

“Ya!! Yuri! tolong mengerti keadaanku sekarang!” tanpa sadar suaranya mulai meninggi dan keras.

“SSST!!!”

Eunhyuk lagi-lagi mengucapkan kata ‘maaf’ kepada mereka yang merasa terganggu.

“Dengar, aku ada tugas dan aku tidak bisa makan siang denganmu! Tolong jangan memaksa!” Eunhyuk langsung memutuskan pembicaraannya dengan Yuri.

“Menyebalkan!” decaknya sambil melempar ponselnya ke dalam tas.

Ia bangkit dari duduknya dan pergi menuju rak buku untuk mengambil buku tentang hukum-hukum internasional. Eunhyuk terus mencari-cari buku yang tepat untuk dijadikan referensi tugasnya. Tak lama kemudian, ia menemukan sebuah buku yang sesuai dan bisa dijadikan referensi. Disaat Eunhyuk mau mengambil bukunya, tangannya tak sengaja menyentuh sebuah tangan yang ternyata juga ingin mengambil buku yang sama. Eunhyuk menoleh kesamping. Matanya melebar begitu melihat sosok gadis yang disampingnya. Begitu juga Shin-Fa –gadis tersebut-, tangannya yang sudah memegang buku terlebih dahulu tiba-tiba melepas pegangannya sehingga buku tersebut langsung jatuh dan menghantam kaki Eunhyuk dengan keras.

“ADUH!!” Ringisnya.

“Aaa! Eunhyuk-ah! Mianhae! Aku tidak sengaja!!” serunya panik.

“Ah, gwenchana-yo…” jawabnya dengan suara yang mengerang karena menahan sakit.

Eunhyuk duduk di bawah lantai dengan menyandarkan punggungnya ke rak buku yang ada di belakangnya. Ia memegang kaki yang tadi baru saja dihantam buku tebal dengan keras. Shin-Fa langsung duduk disampingnya, memasang wajah bersalah pada Eunhyuk.

“Eunhyuk-ah…mianhae, aku tidak sengaja…”

“Tidak apa-apa, tenang saja…” jawabnya.

Tak lama kemudian, Shin-Fa kembali mengucapkan ‘mianhae’ berkali-kali pada Eunhyuk sampai ia hilang kesabaran dan sudah muak mendengarnya. Ia langsung membekap mulut Shin-Fa dengan cepat agar tidak terus-terusan minta maaf.

“Kalau kau mengucapkannya lagi kubunuh kau!”

Shin-Fa mengangguk cepat dan tidak berbicara lagi.

“Shin-Fa…” Eunhyuk memanggilnya.

“Ne?”

“Kau tidak marah padaku?”

“Ha? buat apa aku marah? Bukankah aku yang salah karena sudah menjatuhkan buku tebal itu di kakimu? Mianha…” lagi-lagi gadis itu akan mengucapkan ‘mianhae’. Eunhyuk langsung menyela ucapannya.

“Ya!! berhenti mengucapkan ‘mianhae’! belum-belum aku sudah bosan mendengarnya! Bukan itu maksudku, Choi Shin-Fa! tapi tentang ucapanku waktu itu…tentang…hubunganmu,”

Shin-Fa mendesah, lalu ia memeluk kedua kakinya dengan erat.

“Aku tidak marah…justru itu membuatku berpikir. Kau mengatakan sebuah pertanyaan yang tepat, selama ini aku memang belum pernah mengatakan padanya jika aku mencintainya. Aku…masih ragu dengan hatiku sendiri…”

“Maksudmu?”

“Aku selalu berusaha mencoba untuk terus ‘melihat’nya dan menempatkan Oppa sebagai namja nomor satu di hati juga pikiranku…tapi rasanya sulit sekali…pikiranku seperti dibayang-bayangi oleh sesuatu yang membuatku terhambat untuk menomorsatukan Oppa…”

“Jadi sekarang…apa kau mencintainya?”

“Aku…tidak tahu…kuakui aku bukan pacar yang baik. Bukannya memikirkan Oppa, aku malah memikirkan orang lain…”

“Mwo? Nugu?” Eunhyuk mulai penasaran. Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan frekuensi yang cukup cepat seperti habis melakukan olahraga. Gadis itu menatapnya lekat-lekat, tatapannya membuat Eunhyuk tidak bisa mengalihkan matanya kearah lain.

“Wae? Kenapa kau menatapku seperti itu? Mengerikan sekali…” gumam Eunhyuk asal.

“Aku memikirkan…” belum sempat menyelesaikan ucapannya, sang penjaga perpustakaan tiba-tiba berteriak dengan keras mengejutkan mereka berdua yang berada di dalam keadaan serius.

“YA!! APA YANG KALIAN LAKUKAN DISINI! JIKA INGIN MEMADU KASIH, PERGILAH KE TAMAN!!” Teriakannya mengagetkan semua mahasiswa yang berada di perpustakaan terutama Eunhyuk dan Shin-Fa. Mereka berdua langsung cepat-cepat berdiri dan meminta maaf.

“Mianhae, songsaenim!! Kami akan segera pergi!” ujar Eunhyuk. Ia langsung menarik tangan Shin-Fa dan membawanya keluar perpustakaan.

Setelah keluar dari perpustakaan, mereka bisa bernapas lega. Setidaknya mereka tidak akan melihat aura hitam yang sebentar lagi akan keluar dan mulai menyebar di ruang perpustakaan. Yoon Songsaenim memang dikenal sebagai yeoja paling sensitif di gedung fakultas hukum ketika melihat dua orang yang berbeda jenis sedang berduaan. Mungkin karena di umurnya yang hampir 35 tahun, ia belum menikah.

“Shin-Fa…teruskan yang tadi!” Shin-Fa tersentak.

“Ha? apa? teruskan yang mana?”

“Kau memikirkan siapa?”

Gawat! Batinnya. Shin-Fa merasa bodoh sekali sekarang. Tanpa pikir panjang, tadi ia hampir mengucapkan kalimat yang harusnya tidak ia katakan. Untung saja Yoon Songsaenim datang memotong pembicaraan mereka. Kalau tidak, mungkin Shin-Fa sudah melancarkan bunuh diri di tempat karena hampir menjawab ‘aku memikirkanmu’.

“Halo…Choi Shin-Fa! jangan buat aku menunggu!”

“Aku…aku memikirkan…” Tiba-tiba ia teringat dengan pembicaraannya dengan Kyuhyun tentang liburan musim panas nanti di Mokpo.

“Aku memikirkan Mokpo!” jawabnya asal.

“Ha? Mokpo? Buat apa kau memikirkan Mokpo?” Eunhyuk memandangnya heran. Sepertinya Shin-Fa sudah mulai gila karena tugas Park Songsaenim, pikirnya.

“Ma…maksudku! Aku memikirkan tentang rencana liburan musim panas nanti, aku dan Oppa berencana untuk liburan di Mokpo. Kami ingin mengajakmu, Yuri, Sica, dan Donghae-ya. Lebih baik kalau beramai-ramai, bukan?” Shin-Fa tersenyum lebar.

“Mokpo? Tidak apa-apa jika kami ikut? Aku takut kami berempat akan menganggu kalian berdua,”

“Tenang saja! Oppa sendiri yang menawarkan…nanti kita akan menginap di rumah lamaku. Memang tidak terlalu besar, tapi nyaman.”

“Hmm…baiklah!”

Shin-Fa bernapas lega karena Eunhyuk tidak membahas tentang ucapannya tadi diperpustakaan. Kemudian Shin-Fa berpikir sejenak, alangkah baiknya jika ia pergi menghindar dari laki-laki itu, berancang-ancang siapa tahu Eunhyuk akan kembali bertanya.

“Eunhyuk-ah! Aku duluan ya! Annyeong!!” Shin-Fa langsung berlari cepat meninggalkan Eunhyuk.

“Ya!!! Shin-Fa!!”

 Setelah merasa cukup jauh dari tempat pertama, Shin-Fa berhenti dan mulai mengatur napasnya yang terengah-engah akibat berlari cukup kencang.

“Choi Shin-Fa! kau pabo!” Shin-Fa terus memukul-mukul kepalanya secara bertubi-tubi.

“Kenapa aku bisa hampir berkata seperti itu…apa jangan-jangan…” ucapan terhenti. Ia tidak bisa meneruskan kata-katanya sendiri. Kata-kata terakhir itu seolah-olah tidak ingin keluar atau bahkan ia sendiri enggan untuk mengakui dan mengucapkannya meskipun dengan suara kecil sekalipun. Tapi tak lama kemudian…ia mengucapkannya…

“Aku…menyukainya…”

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar