Selasa, 07 Juni 2011

My All is in You : Chapter 8


Chapter 8

“Kerja sama untuk apa?”

“Membuat mereka berdua menjadi jauh satu sama lain. Jadi kau akan mendapatkan Shin-Fa, dan aku akan mendapatkan Eunhyuk-ah, bagaimana?”

Kebimbangan mulai datang menyelimuti benak Kyuhyun. Manik matanya masih terus menatap bola mata gadis yang ada di depannya. Gadis itu masih menunggu jawaban yang jelas dari Kyuhyun.

“Kyuhyun-sunbae? Eotteokhae??” suara kerasnya membuat lamunan Kyuhyun buyar.

“Mwo?”

“Bagaimana? Kau setuju atau tidak untuk bekerja sama denganku??” tanya Yuri. Kyuhyun mendesah. Pilihan yang sulit, batinnya.

“A…aku…aku tidak tahu…” jawab Kyuhyun dengan suara yang sedikin tertahan. Yuri memandang Kyuhyun dengan tatapan sinis juga meremehkan.

“Kau takut?”

“Apa? Takut? Tentu saja tidak!!” tukas Kyuhyun.

“Coba kau pikirkan jika rencana ini berhasil dengan mudah, Shin-Fa akan menjadi milikmu, kau tidak akan merasa kalah seperti tadi lagi,” ucap Yuri.

“Kalah?”

“Ya, kalah! Menurutku, kau itu sudah kalah, Sunbae. Meskipun kau sudah berusaha memberi perhatian pada Shin-Fa, tetap saja dia tidak sepenuhnya melihat kearahmu, matanya masih tertuju pada Eunhyuk-ah! Kau bisa lihat sendiri, pancaran matanya berbeda sekali saat Shin-Fa melihatmu!” Yuri terus mencoba untuk menghasut Kyuhyun agar laki-laki itu setuju bekerja sama dengannya. Sepertinya hasutan Yuri  berhasil membuat emosi Kyuhyun tersulut.

“Jadi?” Kyuhyun melemparkan pandangannya kearah lain.

“Aku masih belum tahu, Yuri-ya…Bisakah kau beri aku waktu sehari?” Yuri melengos.

“Baiklah, besok aku akan menemuimu di gedung fakultas hukum,” ujar Yuri.

Yuri segera pergi meninggalkan Kyuhyun sendirian di balkon.

*

Suara pintu dibuka terdengar secara tiba-tiba. Yuri memasuki kamar Shin-Fa dengan wajah santai, kemudian mengambil posisi duduk disamping Jessica.

“Darimana saja kau, Yuri?” tanya Jessica.

“Aku habis mengobrol dengan Kyuhyun-sunbae di balkon,” jawab Yuri.

“Ooh, ngomong-ngomong sekarang sudah menjelang sore, bagaimana kalau kita pulang? Shin-Fa masih butuh istirahat, bukan?” usul Jessica.

“Hmm…benar juga. Hyukkie! ayo, pulang!” ajak Donghae.

“Kau mau pulang?” tanya Shin-Fa pelan. Eunhyuk mengangguk.

“Ne, sudah sore, lagipula kau harus istirahat yang cukup,” jawab Eunhyuk. Shin-Fa sedikit merasa kecewa. Entah kenapa, ia ingin sekali laki-laki itu tetap disini dan menemaninya. Tapi apa boleh buat…Donghae dan Jessica sudah mengajak Eunhyuk pulang.

“Kau kenapa, Shin-Fa? Kenapa kau memasang wajah cemberut seperti itu? kau tidak mau aku pulang?” tanya Eunhyuk dengan senyum jahil. Sontak, Shin-Fa langsung menggeleng cepat.

“A…anio! Siapa bilang aku tidak mau kau pulang!!” sanggah Shin-Fa.

“Kau kesepian, ya??” goda Eunhyuk dengan senyuman lebar yang menghiasi wajahnya.

“Enak saja! tidak!! Sana pulang! Wajahmu menyebalkan!” tukasnya sambil menggembungkan pipinya.

“Ooh, gituu…aku menyebalkan, ya? jadi kau mengusirku? Baiklah…aku pulang sekarang…” Eunhyuk mulai memasang ekspresi kecewa pada Shin-Fa dilengkapi desahan yang keras.

“Ah! Aku tidak mengusirmu! Sungguh! Mianhae, Eunhyuk-ah!!” seru Shin-Fa seraya menarik-narik lengan jaket Eunhyuk. Tiba-tiba terdengar gelak tawa keras dari Eunhyuk.

“Kau itu mudah sekali dibohongi! Aku hanya bercanda, Choi Shin-Fa!! Aku pulang, ya! cepat sembuh!” Tangan kekar Eunhyuk mendarat diatas kepala Shin-Fa dengan lembut. Usapannya sukses membuat jantung Shin-Fa mulai berdetak tidak normal alias semakin cepat dari biasanya.

“Semoga cepat sembuh, jagiya!” Jessica mengecup pipi Shin-Fa.

“Lekas sembuh, Shin-Fa,” ujar Yuri.

“Cepatlah kau masuk kuliah, Shin-Fa! Aku butuh kau untuk mengajarkanku materi kuliah yang tidak kukuasai!” celetuk Donghae.

“Gomawo, mianhae jika aku tidak bisa mengantar kalian kedepan,” ucap Shin-Fa.

“Tidak apa-apa, kami pulang!” pamit Eunhyuk.

Beberapa menit setelah tiga orang tersebut meninggalkan rumah Shin-Fa, gadis itu baru sadar bahwa sedaritadi sosok Kyuhyun tak kunjung muncul di kamarnya. Apakah sudah pulang? Tapi kenapa tidak pamit terlebih dahulu padanya? Pikirnya. Ah, Shin-Fa baru ingat, samar-samar ia mendengarkan ucapan Yuri kalau gadis itu baru saja mengobrol dengan Kyuhyun di balkon. Mungkin saja laki-laki itu masih di balkon. Shin-Fa membuka selimut tebalnya, lalu berdiri dan pergi menuju balkon.

*

Kyuhyun masih termenung sambil menumpukan dagunya diatas kedua tangan. Laki-laki itu terus menatap langit yang perlahan mulai berubah warna menjadi warna senja. Suara lembut tiba-tiba terdengar sedang memanggil namanya.

“Kyuhyun-oppa…”

Kyuhyun menoleh kebelakang. Gadis itu tengah berdiri di belakangnya dengan senyum manis yang sering ia perlihatkan.

“Shin-Fa? Kenapa kau kemari?”

“Aku mencarimu, Oppa…sedaritadi kau tidak kelihatan, kukira kau sudah pulang…” Shin-Fa berjalan pelan dan berhenti tepat disamping Kyuhyun.

“Mana mungkin aku pulang tanpa memberitahumu terlebih dahulu, Shin-Fa. Itu namanya aku bukan pria yang sopan,” ujar Kyuhyun.

“Kenapa tadi Oppa keluar dari kamarku? Apa kau merasa terganggu dengan mereka berempat yang datang menjengukku?” tanyanya. Kyuhyun menggeleng.

“Anio…”

“Terus kenapa?”

“Aku…cemburu…aku sedikit kecewa padamu karena kau tidak memilihku, kau justru memilih laki-laki itu,” ujar Kyuhyun.

“Mianhae, Oppa…kau tahu sendiri yang Jessica dan Yuri tahu aku adalah pacar Eunhyuk-ah, mereka pasti akan menganggapku aneh karena aku tidak memilih Eunhyuk-ah, lagipula aku tidak ingin merepotkan Oppa terus,” tutur Shin-Fa pelan.

“Bukankah sudah kubilang waktu itu, jika kau membutuhkan sesuatu katakan padaku, aku ingin menjadi orang pertama yang paling kau butuhkan. Kau sama sekali tidak merepotkan, aku akan melakukan semuanya asalkan kau yang meminta,”

“Oppa…pasti marah padaku…” gumamnya dengan kepala yang tertunduk.

“Sudahlah, aku tidak marah padamu. Lagipula, kenapa kau tidak jujur saja pada Jessica kalau kalian tidak berpacaran?”

“Aku…aku...bingung…aku sedang mencari waktu yang tepat untuk memberitahu mereka,”

“Kalau kau tidak jujur juga padanya, kapan aku bisa memintamu lagi untuk menjadi pacarku, Shin-Fa?”

Wajah Shin-Fa terangkat, lalu menatap bola mata Kyuhyun yang sekarang tengah menatapnya dengan tatapan penuh harap.

“Aku…membutuhkanmu…” gumam Kyuhyun pelan.

“Oppa…aku…aku…” suaranya mulai terbata-bata.

“Kau boleh menjawab pertanyaanku kapan saja, aku terus menunggu jawabanmu, aku pulang, ya…” sela Kyuhyun. Shin-Fa mengangguk.

“Kau harus istirahat yang cukup hari ini, besok kau masuk kuliah?” tanya Kyuhyun.

“Kalau sudah lebih sehat, aku akan masuk besok,” jawab Shin-Fa.

“Kalau kau besok mau masuk, cepat hubungi aku. Aku akan menjemputmu besok,” Shin-Fa mengangguk pelan.

“Annyeong…” pamit Kyuhyun.

*
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam saat Shin-Fa sedang menonton acara televisi bersama ayahnya. Tiba-tiba ia kembali teringat pada perkataan Kyuhyun sore hari tadi. Shin-Fa segera naik ke lantai atas menuju kamarnya. Ponsel yang masih tergeletak diatas tempat tidur, langsung diraihnya dengan cepat. Shin-Fa mencari-cari kontak yang ingin dihubunginya sekarang juga.

“Yeoboseyo?”

“Yeoboseyo! Eunhyuk-ah! Aku ingin bertemu denganmu sekarang juga! Cepatlah datang kerumahku!”

“Mwo? Sekarang? Kenapa?”

“Nanti kau akan tahu!”

Shin-Fa langsung memutuskan pembicaraanya dengan Eunhyuk, lalu ditaruhnya ponsel tersebut di atas meja. Gadis itu mengambil sebuah jaket dari lemarinya, kemudian pergi keluar kamar menuju teras rumah untuk menunggu kedatangan sahabatnya itu.

Angin malam berhembus pelan dan mulai membuat tubuh gadis itu menggigil. Seharusnya ia mengambil jaket yang lebih tebal. Jaket itu tidak bisa menahan rasa dingin yang Shin-Fa rasakan saat ini. Shin-Fa menggosok-gosok kedua tangan dengan cepat sehingga menimbulkan rasa hangat di telapak tangannya.

Lima belas menit kemudian, terdengar suara mobil yang menderu keras berhenti di depan rumahnya. Sosok tinggi laki-laki itu mulai terlihat sedang membuka pintu pagar dan masuk kedalam rumah.

“Shin-Fa!! Kenapa?”

“Aku…ingin bercerita sesuatu denganmu…”

“Apa?”

“Kyuhyun-oppa…”

“Kyuhyun? Apa yang ia lakukan padamu? Apakah Kyuhyun menyentuhmu?” tanya Eunhyuk secara bertubi-tubi.

“A…anioo!! Dia tidak berbuat sesuatu padaku! Tidak usah khawatir, wajahmu terlihat sangat panik saat aku menyebut nama Kyuhyun-oppa,” tukas Shin-Fa cepat. Terdengar desahan lega dari mulut Eunhyuk.

“Tentu saja aku merasa panik, aku takut jika terjadi apa-apa denganmu!”

Ada getaran yang terasa di dalam dirinya ketika mendengar perkataan Eunhyuk, laki-laki ini baik sekali dan sangat perhatian padanya. Tapi…beberapa detik kemudian ia mulai menyesali pikirannya itu. Tentu saja Eunhyuk perhatian. Eunhyuk adalah sahabatnya, sudah seharusnya ia khawatir jika terjadi sesuatu pada sahabatnya.

“Tadi kau bilang ada yang ingin kau ceritakan, apa?”

“Kyuhyun-oppa memintaku lagi untuk menjadi pacarnya…”

*

“Kyuhyun-oppa memintaku lagi untuk menjadi pacarnya…”

Raut wajah Eunhyuk yang santai tiba-tiba berubah ketika mendengar ucapan Shin-Fa. Dengan cepat, Eunhyuk kembali memasang wajah santai dan biasa saja agar gadis itu tidak melihat ekspresi kakunya.

“Dan kau menerimanya?” tanya Eunhyuk dengan suara yang sedikit tertahan di tenggorokan.

“Tid…err…belum…aku belum menerimanya, bagaimana menurutmu? Apakah aku harus menerimanya?”

“Apa kau mencintainya?”

“Aku…tidak tahu, aku sendiri bingung dengan perasaanku sendiri, untuk itulah aku membutuhkanmu sekarang,” sahut Shin-Fa.

“Kau yang merasakannya kenapa kau yang tidak tahu? Dasar aneh! Baiklah…apa yang kau rasakan saat Kyuhyun-sunbae disampingmu?”

“Hm…kau tahu dulu aku sangat takut padanya karena ia selalu mengancamku, tapi pandanganku mulai sedikit berubah tentangnya. Kau bisa lihat sendiri sekarang bagaimana ia memperlakukanku dengan baik, ternyata ia mempunyai pribadi yang sangat menghangatkan. Oppa selalu membuatku merasa nyaman saat berada disampingnya juga saat ia memperhatikanku, aku yakin Kyuhyun-oppa adalah orang baik,”

“Kau merasa senang saat ia memperhatikanmu?” Shin-Fa mengangguk.

“Tentu saja,”

“Sudah jelas kalau begitu. Kau harus memberikan sebuah jawaban yang menyenangkan untuknya, jangan pernah mengecewakan laki-laki yang sudah memberikan seluruh perhatian dan rasa sayangnya padamu,” ujar Eunhyuk.

Shin-Fa sedikit terkejut mendengar perkataan Eunhyuk. Dalam hatinya, ia sedikit berharap jika laki-laki itu memberikan jawaban lain selain apa yang diucapkannya tadi. Ah, kenapa aku bisa berpikir seperti ini? Kenapa kau ingin Eunhyuk melarangmu untuk menerima Kyuhyun-oppa? apa yang sedang kaupikirkan, Choi Shin-Fa? Beberapa pertanyaan perlahan mulai muncul di pikirannya. Ia mulai tidak mengerti dengan dirinya sendiri, terutama hatinya.

“A…aku harus menerimanya?” tanya Shin-Fa pelan.

“Aku rasa begitu,”

“Dan kau?” pertanyaan itu langsung meluncur begitu saja dari dalam mulut sehingga gadis itu langsung merutuki dirinya sendiri.

“Aku?”

“Ah, maksudku…kau tampak tidak akur dengan Kyuhyun-oppa, apakah tidak akan jadi masalah jika aku berpacaran dengannya?”

Tangan kekar Eunhyuk mendarat diatas kepala Shin-Fa dan mulai mengelusnya dengan pelan.

“Kau itu sahabatku, Shin-Fa. Jika kau bahagia dengannya, aku juga akan merasa bahagia,” jawab Eunhyuk.

Ah, ternyata hanya sebatas itulah hubungannya dengan Eunhyuk. Hanya sebatas sahabat, tidak lebih. Eunhyuk hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat. Tapi…memang seharusnya seperti itu bukan?

“Terima kasih karena kau telah mendengarkan ceritaku, Eunhyuk-ah,” ucap Shin-Fa.

“Tidak apa-apa, sudah seharusnya sebagai sahabat aku mendengarkan ceritamu, bukan?”  Shin-Fa tersenyum simpul.

“Aku pulang, ya…oya, setelah ini kau harus langsung pergi kekamar! Istirahatlah!” suruh Eunhyuk.

“Siap, ahjussi!!” seru Shin-Fa.

“Jangan panggil aku Ahjussi!!”

*

Keesokan harinya

Rumah Kyuhyun

Sambil bersiul-siul, Kyuhyun memasukkan buku-buku mata kuliahnya ke dalam ransel biru kesayangannya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi keras, sebuah panggilan masuk. Begitu melihat siapa nama yang tertera di layar ponselnya, wajahnya langsung berseri-seri dan seulas senyum mengembang di wajah putihnya.

“Yeoboseyo?”

“Yeoboseyo…Oppa…”

“Ada apa, Shin-Fa?”

“Hari ini aku masuk kuliah…”

“Kau mau masuk? Baiklah, tunggu sekitar…hm, 20 menit, aku akan menjemputmu!”

“Oppa benar-benar akan menjemputku? Aku takut akan merepotkanmu…”

“Tentu saja aku akan menjemputmu! Lagi-lagi kau berkata seperti itu! sekarang kau tinggal duduk manis saja di depan rumah, tunggu aku! Aku akan segera datang!”

“Baiklah…gomawo, Oppa.”

“Cheomaneyo,”

Setelah pembicaraan singkat dengan Shin-Fa selesai, ia langsung meraih ransel birunya dan berlari pergi menuju mobil.

Dua puluh menit kemudian, mobilnya sudah berhenti tepat didepan rumah Shin-Fa. Kyuhyun membuka kacamata hitamnya dan kemudian keluar dari mobilnya. Gadis itu sedang duduk manis di depan halaman rumahnya.

“Shin-Fa!” panggil Kyuhyun. Shin-Fa menoleh kearah pagar tempat Kyuhyun berdiri. Kyuhyun langsung melambaikan tangannya. Gadis itu bangkit dari duduknya, lalu berjalan menghampiri Kyuhyun.

“Kau sudah sehat?” tanya Kyuhyun.

“Ne, aku sudah lumayan sehat,” jawab Shin-Fa.

“Kita pergi sekarang?” Shin-Fa mengangguk.

*

“Aigoo…aku lupa sarapan…pantas saja aku lapar,” keluh Kyuhyun seraya menepuk dahinya.

“Oppa tidak sarapan?” tanya Shin-Fa. Kyuhyun mengangguk.

“Mungkin karena saking semangatnya, aku ingin cepat-cepat pergi kerumahmu sampai lupa sarapan,” jawab Kyuhyun santai. Shin-Fa tertawa kecil.

“Kadang-kadang Oppa lucu juga, ya…”

“Memangnya aku pelawak?”

“Memangnya kalau lucu harus diidentikan dengan pelawak? Oppa aneh sekali…kalau begitu, Oppa mau aku temani sarapan sebentar?”tanya Shin-Fa malu-malu. Kyuhyun menatap Shin-Fa heran.

“Kenapa Oppa menatapku seperti itu? memangnya ada yang salah denganku?”

“Selama ini kau tidak pernah menawarkan diri untuk menemaniku makan, biasanya aku yang memaksamu. Yah, lumayan, setidaknya aku bisa menghemat suaraku mengajakmu sarapan di kantin,”

“Habisnya, kupikir…karena aku, Oppa jadi lupa sarapan…” gumam Shin-Fa polos. Kyuhyun langsung tertawa mendengar perkataan Shin-Fa.

“Sumpah demi apapun, kau itu gadis paling polos yang pernah aku kenal, Shin-Fa…haha,” ujar Kyuhyun.

“Jangan bilang aku polos! Memangnya aku anak kecil!” seru Shin-Fa dengan bibir yang dimajukan.

“Memang kenyataannya kau itu polos dan terlihat seperti anak kecil!” celetuk Kyuhyun.

“Oppa…”

“Oke…oke aku tidak akan menyebutmu polos lagi!”


*

“Yesung, taruhlah kura-kuramu di kandang! Ia akan muak jika terus melihatmu dari dekat seperti itu!” Keluh Kangin.

“Ddangkoma, apakah kau muak melihat pemilikmu ini? Tidak bukan?” tanya Yesung dengan wajah polos pada Ddangkoma yang tak lain adalah kura-kura kesayangannya.

“Kenapa dia tiba-tiba membawa Ddangkoma ke kampus?” tanya Siwon pada Ryeowook yang memang sangat dekat dengan Yesung.

“Mungkin tidak ada orang dirumahnya, jadi tidak ada yang bisa memberi makan Ddangkoma,” jawab Ryeowook.

“Hei, Yesung! Lebih baik kau cari saja wanita supaya kau tidak terus-terusan mengajak Ddangkoma bicara!” sahut Sungmin.

“Mana ada wanita yang mau dengan laki-laki sinting yang selalu mengajak bicara seekor kura-kura!” sela Heechul diiringi oleh tawa yang lain.

Tiba-tiba tawa mereka terhenti begitu melihat Kyuhyun datang dengan wajah berseri-seri dan tersenyum sendiri. Teman-temannya saling berpandangan satu sama lain. Dengan wajah yang masih tersenyum senang, Kyuhyun mengambil posisi duduk di samping Sungmin. Sungmin menatap Kyuhyun dengan pandangan sepertinya-temanku-yang-satu-ini-sudah-tidak-waras. Tertawa sendiri dan tersenyum sendiri.

“Hyunnie, kau kenapa tersenyum tidak jelas seperti itu? Wajahmu yang sekarang lebih menyeramkan daripada saat kau marah-marah pada orang lain,” kata Siwon.

“Benar yang dikatakan Siwon, aku lebih takut melihat Hyunnie yang seperti ini,” ujar Leeteuk.

“Apa yang sedang kalian bicarakan? Aku tidak mengerti…” jawab Kyuhyun santai. Tiba-tiba pandangan Kyuhyun teralihkan pada Yesung yang masih saja berbincang-bincang dengan Ddangkoma. Kyuhyun segera mendekati Yesung.

“Yesung, Ddangkoma hari ini terlihat sehat, ya…” kata Kyuhyun. Yesung menatap Kyuhyun heran. Tak hanya Yesung, tapi semuanya juga menatap dengan tatapan yang tak kalah heran dengan Yesung.

“Kau kenapa?” tanya Yesung.

“Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, kenapa kau menatapku dengan tatapan aneh seperti itu?” tanya Kyuhyun balik.

“Biasanya jika melihat Ddangkoma kau ingin sekali mengambilnya dan melemparnya kearah kolam,” jawab Yesung.

“Kenapa aku harus mengambilnya lalu menceburkannya ke kolam? Kasihan Ddangkoma, ia masih mau hidup,” ujar Kyuhyun polos.

“Apakah hari ini langit akan runtuh?” tanya Kibum.

“Atau mungkin akan terjadi tsunami?” tambah Kangin.

“Kalian ini berlebihan sekali!” keluh Sungmin.

“Sumpah demi apapun! Ada yang tidak beres dengan Hyunnie!!” seru Ryeowook.

Sungmin langsung menarik tangan Kyuhyun dan mendudukkannya di bangku taman. Teman-temannya langsung mengerubungi laki-laki itu dan menatapnya seperti menatap seorang pelaku perampokkan.

“Ada apa dengan kalian semua??” tanya Kyuhyun heran.

“Justru kau yang harus ditanyakan dengan pertanyaanmu tadi, ada apa dengan denganmu? Hari ini kau aneh sekali, seperti…orang konyol yang baru saja mendapat hadiah uang berjuta-juta!” seru Heechul asal. Kyuhyun langsung tertawa.

“Kalian lihat sendiri! Hyunnie memang sudah gila! Lebih gila daripada saat ia mabuk dulu!” Keluh Heechul.

“Aku…hanya sedang senang,” jawab Kyuhyun.

“Senang kenapa?”

“Karena hari ini aku berangkat bersama dengan Shin-Fa,”

“Bukankah kau sering berangkat bersamanya?” tanya Kibum heran.

“Tapi hari ini berbeda, Kim Kibum. Kemarin aku bilang padanya kalau sekarang ia masuk, jangan lupa untuk memberitahuku, dan tadi pagi dia benar-benar meneleponku!” seru Kyuhyun antusias.

“Karena itu memang kau yang suruh! Dia takut padamu bukan?” ujar Shindong.

“Dan kalian harus tahu, Shin-Fa menawarkan diri untuk menemaniku sarapan, tidak biasanya bukan dia seperti itu??”

“Pantas saja kau terlihat senang sekali, sampai-sampai aku menganggapmu sudah kehilangan akal,” kata Sungmin.

“Jatuh cinta itu bisa merubah kepribadian seseorang, ya…contohnya laki-laki ini,” celetuk Siwon seraya melirik kearah Kyuhyun.

“Tak usah terlalu jauh, lihat saja Yesung. Saking cintanya pada Ddangkoma, ia sampai mengajak Ddangkoma bicara dan dia kelihatan seperti orang gila yang berbicara dengan kura-kura,” kata Kangin.

“Ah, jangan mengerubungiku seperti ini. Sudahlah, aku ingin berjalan-jalan sebentar, siapa tahu aku berpapasan dengan Shin-Fa. Annyeong!” Kyuhyun pergi meninggalkan teman-temannya sambil bersenandung riang.

“Dasar pria yang sedang jatuh cinta,”gumam Siwon.

“Sepertinya kita tidak bisa memanggilnya Evil Kyu lagi. Kita harus memanggilnya…hm…Loving Kyu mungkin,” celetuk Leeteuk.


*

Shin-Fa duduk di bawah pohon yang tepat berada di pinggir lapangan terus sambil membalik halaman buku tebalnya secara perlahan. Karena tidak ada yang bisa dilakukan, ia memilih untuk membaca buku pelajaran. Bisa saja keesokkan harinya dosen akan memberikan kuis mendadak. Tiba-tiba Shin-Fa merasa ada seseorang yang mencolek bahunya, Shin-Fa menoleh kesamping. Eunhyuk sudah berjongkok disampingnya dengan senyuman lebar yang mengembang di wajahnya.

“Kenapa?” tanya Shin-Fa.

“Kau tidak bosan terus-terusan membaca buku pelajaran?”

“Aku bingung harus melakukan apa, lebih baik aku membaca buku saja, siapa tahu besok ada kuis mendadak,”

“Bingung melakukan sesuatu? Ya, Tuhan! Lakukan apa saja, asalkan kau tidak membaca buku ini! Aku muak melihatmu terus membaca buku pelajaran!”Eunhyuk langsung menarik buku pelajaran dari tangan Shin-Fa.

“Eunhyuk-ah! Jangan iseng! Kembalikan bukuku!” Shin-Fa mencoba untuk meraih buku yang diangkat tinggi-tinggi oleh Eunhyuk.

“Aku tidak mau mengembalikan bukumu, kecuali kau berjanji padaku agar tidak membaca buku disaat seperti waktu bebas seperti ini!” ucap Eunhyuk.

“Baiklah! Aku tidak akan membaca buku sekarang! Puas? Sekarang, kembalikan bukuku!” Eunhyuk tersenyum, lalu mengembalikan buku tersebut pada Shin-Fa. Shin-Fa menggerutu sendiri sambil memasukkan bukunya kedalam tas.

“Kau sedang menggerutu tentangku, bukan?” selidik Eunhyuk.

“Kalau iya, memangnya kenapa? Kau itu menjengkelkan sekali, Eunhyuk-ah!” gerutu Shin-Fa.

“Daripada kau menggerutu tak jelas seperti itu, bagaimana jika kau ikut bermain basket denganku?” tawar Eunhyuk.

“Mwo? Bermain basket? Anioo…aku tidak mau!!” tolak Shin-Fa.

“Ayolah, daripada kau melamun saja disini! Ayo!” Eunhyuk langsung menarik tangan gadis itu dan membawanya ke tengah lapangan.

“Eunhyuk-ah! Aku tidak mau bermain basket!” desak Shin-Fa.

“Wae?”

“Aku memakai rok!”

“Lantas, kenapa jika kau memakai rok? Kau mau meminjam celanaku? Kalau kau memakai celanaku, aku memakai apa? rokmu?” celetuk Eunhyuk sambil tertawa. Shin-Fa memandang laki-laki itu dengan kesal, lalu memukul bahu Eunhyuk dengan keras.

“Aduh! Sakit!” ringis Eunhyuk.

“Kau itu jangan asal bicara! Menyebalkan!” keluh Shin-Fa.

“Aku hanya bercanda!! Kau ini tidak mau bermain basket karena kau memakai rok? Dasar perempuan!”

“Tidak hanya karena aku memakai rok, tapi aku tidak bermain basket!”

“Kuajarkan! Lihat aku!”

Eunhyuk sudah mulai bersiap-siap melempar bola basketnya kearah ring. Kedua tangannya yang memegang bola mulai terangkat, kemudian laki-laki itu melempar bolanya dengan sekuat tenaga. Bola itu masuk kedalam ring dengan mudahnya. Shin-Fa yang berada di samping Eunhyuk langsung berdecak kagum ketika bola tersebut sukses masuk kedalam ring.

“Bagaimana?”

“Kau keren sekali, Eunhyuk-ah!”

“Sekarang kau yang mencoba!” Eunhyuk segera mengambil bolanya dan kembali ke tempat Shin-Fa berdiri. Laki-laki itu memberikan bola basketnya pada Shin-Fa.

“Coba kau lempar kearah ring dengan sekuat tenaga!” suruh Eunhyuk. Shin-Fa mengangguk dan gadis itu langsung melemparnya dengan asal dan juga tanpa tenaga yang kuat. Alhasil bola tersebut jatuh cukup jauh dari ring. Eunhyuk menggelengkan kepalanya.

“Lemparanmu jelek sekali, Shin-Fa! Kau juga melemparnya dengan asal!” keluh Eunhyuk sambil mengambil bola yang menggelinding bebas.

“Sudah kubilang aku tidak bisa bermain basket!”

“Kalau kau latihan terus, kau akan bisa mahir bermain basket, sini kuberitahu caranya!” Eunhyuk berdiri di belakang Shin-Fa dan memegang kedua tangan Shin-Fa yang memegang bola basket. Sontak wajah gadis itu memerah dan mulai merasakan sebuah getaran yang tidak biasa di hatinya. Ini adalah yang kedua kalinya untuk Shin-Fa berada di jarak yang sangat dekat dengan Eunhyuk. Gadis itu bisa merasakan badan Eunhyuk yang menempel di punggungnya, ia juga bisa mendengar dan merasa debaran kecil yang muncul dari laki-laki itu.

“Pandanganmu tetap lurus kearah ring, lalu angkat kedua tanganmu secara perlahan. Bayangkan kalau kau bisa melempar bola basket tepat kearah ring dan masuk kedalamnya,” gumam Eunhyuk. Shin-Fa menghela napas dan mulai mengangkat tangannya keatas.

“Sekarang lempar!”

Dengan tangan Eunhyuk yang masih memegang tangannya, Shin-Fa mulai melempar bolanya dengan sekuat tenaga dan juga bantuan dari Eunhyuk. Dan…bola basket itu tepat masuk kedalam ring. Wajah Shin-Fa mulai berseri-seri begitu melihat bolanya masuk.

“Eunhyuk-ah! Aku bisa memasukkan bolanya!” seru Shin-Fa antusias. Eunhyuk tersenyum.

“Sekarang kau coba sekali lagi,” kata Eunhyuk. Shin-Fa langsung mengambil bola basketnya dan berlari kembali ke tempatnya.

Gadis itu langsung melempar bolanya dengan sekuat tenaga. Namun sayang, bola tersebut tidak masuk kedalam ring, melainkan memantul kembali kearahnya.

“Ah! Eunhyuk-ah! Bolanya tidak masuk!”

“Shin-Fa!! Awas!!” seru Eunhyuk. Shin-Fa menoleh kearah ring, dan…

BUGH!!

Bola tersebut memantul kearahnya dan menghantam wajahnya dengan keras. Eunhyuk langsung menangkap badan Shin-Fa yang hampir saja jatuh kebawah. Wajah gadis itu memerah akibat hantaman bola. Eunhyuk membopongnya menuju pinggir lapangan.

“Sakit?”

Gadis itu menangis karena wajahnya terasa sangat panas dan sakit sekali. Shin-Fa terus meringis kesakitan sambil memengang wajahnya.

“Ne…sakit sekali…” gumam Shin-Fa.

“Hidungmu sampai merah seperti itu, Shin-Fa…” gumam Eunhyuk.

“Apakah hidungku patah? Hidungku terlihat miring?” tanya Shin-Fa seraya menyentuh hidungnya yang merah.

“Kau itu berlebihan sekali, Shin-Fa!”

“Tapi rasanya sakit sekali, Eunhyuk-ah!”

Eunhyuk menghela napas panjang. Kemudian, laki-laki itu menarik Shin-Fa kedalam pelukannya, tangannya terus mengelus puncak kepala Shin-Fa dengan lembut.

“Choi Shin-Fa, berhentilah menangis! Kalau tidak, orang-orang akan mengira aku telah melakukan sesuatu padamu!” seru Eunhyuk.

“Biar saja!” ucap Shin-Fa.

“Kau ini…ingin sekali melihatku dipukuli oleh orang-orang, ya?”

“Ne, supaya wajahmu sama sepertiku, merah karena dipukuli!”

“Bukan merah lagi, wajahku akan babakbelur!!”

Shin-Fa tertawa kecil di pelukan Eunhyuk. Eunhyuk melepas pelukannya dan menatap wajah Shin-Fa yang basah karena menangis. Laki-laki itu langsung mengambil saputangannya dan mengusap wajah Shin-Fa dengan pelan.

“Sudah, sekarang jangan menangis lagi. Kau itu sudah 19 tahun, tapi kau masih seperti anak kecil. Rubahlah sikapmu itu, Shin-Fa…” keluh Eunhyuk. Shin-Fa menggigit bibir, lalu mengangguk pelan.

“Sekarang senyum!” Suruh Eunhyuk. Tapi, Shin-Fa masih memasang wajah datar. Saking kesalnya Eunhyuk langsung menarik pipi Shin-Fa supaya wajah gadis itu terlihat sedang tersenyum.

“Senyuuum…” paksa Eunhyuk.

“Iya, iya! Aku senyum!!” Shin-Fa langsung menyunggingkan senyum manisnya.

“Nah, begitu lebih baik!” seru Eunhyuk.

*

Kyuhyun menyusuri jalan setapak yang berada disamping gedung fakultas. Pandangan matanya terus melihat kearah sekeliling jalan juga taman, mencari sosok gadis yang sedaritadi dicari olehnya. Tapi, sampai sekarang ia belum menemukan sosok gadis tersebut. Apa mungkin dikelas? Pikirnya. Kyuhyun terus berjalan menuju arah lapangan.

Tiba-tiba langkahnya terhenti begitu melihat dua orang yang sedang mencoba untuk memasukkan bola basket kedalam ring. Eunhyuk dan Shin-Fa. Kyuhyun tertegun melihat Shin-Fa yang berada di posisi yang cukup dekat dengan Eunhyuk. Ketika bola tersebut masuk, raut wajah gadis itu berubah menjadi bahagia setelah melihat lemparannya masuk. Tak hanya Shin-Fa, Eunhyuk yang berada di depan Shin-Fa juga terlihat senang. Bukan karena lemparan bolanya masuk, melainkan karena gadis itu terlihat sangat senang dan bahagia.

Tangan Kyuhyun terkepal kuat-kuat. Emosinya perlahan mulai naik dan hampir tidak bisa ditahan lagi. Ketika Kyuhyun mulai berjalan menuju lapangan, tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dari belakang.

“Sunbae…” Kyuhyun menoleh kebelakang. Yuri sudah berdiri tepat dibelakangnya.

“Mau apa kau?” tanya Kyuhyun dengan nada sinis.

“Apa yang akan kau lakukan? kau mau memukul Eunhyuk-ah?”

“Ne, memangnya kenapa? Kau tidak suka?”

“Bukan begitu, tapi…jika kau langsung memukulnya, apakah Shin-Fa tidak akan marah padamu?” tanya Yuri dengan wajah santai. Kyuhyun terdiam.

“Aku harus bagaimana??”

“Kalau begitu…ikutilah rencanaku, kita bisa membuat mereka saling menjauh secara perlahan. Lebih bagus memakai caraku dibandingkan caramu yang menggunakan kekerasan!” serunya. Yuri melihat raut wajah laki-laki itu mulai menegang.

“Bagaimana? Kau mau?” tanya Yuri.

“Baiklah…”

*

*Jagiya: sayang
*Eotteokhae: bagaimana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar